Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
[Ingat Zahra! Kamu masih Istriku!] Aku tersenyum membaca pesan dari Mas Dewa. Pesan yang tersirat penuh penekanan dan emosi yang memuncak. Dari sudut mataku, nampak Mas Dewa mengikuti aku dan Devan hingga ke lobby. Devan membukakan pintu mobil untukku. Kami duduk berdua di kursi belakang. Dari balik kaca mobil ini aku bisa melihat wajah Mas Dewa berubah menjadi merah padam, rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal. Rasanya sangat puas membuat suamiku itu marah. Agar dia tahu seperti apa rasanya dikhianati. Bagaimana rasanya jika disakiti. Aku tak pernah mengatakan padanya seperti apa rasanya. Tapi aku menyampaikannya dengan caraku. "Ada apa, Zahra? Kenapa senyum-senyum?" Spontan aku menoleh pada Devan yang ternyata memperhatikanku sejak tadi. "Eh, tidak, tidak apa-apa. Kary