Kiandra mulai sibuk dengan soal-soal Kimia di hadapannya, dia begitu lihai menjawab semua dengan mudah. Ini semua berkat kecerdasan orang tua yang menurun kepadanya. Kiandra menatap dengan senyuman lembar jawabannya yang sudah penuh dengan jawaban dia. Kiandra segera bangkit dan mengumpulkannya. Pak Atim sekilas tersenyum menatap Kiandra, meski sikapnya yang suka sekali membuat onar, tetapi Kiandra selalu bisa menjawab dengan benar dan tepat. Nilai Kimianya kali ini seratus sempurna. Bell istirahat berbunyi, mereka semua teman sekelas Kiandra keluar kelas, siap untuk memburu makanan mengisi perut mereka yang keroncongan. Lain halnya dengan Kiandra, dia merasakan kantuk ketimbang kelaparan, perutnya sejak kemarin hanya terisi mie instan, namun dia merasa hanya membutuhkan tidur saat ini.
“Kian, masa mau tidur lagi si?” tanya Aurel melihat Kiandra sudah mulai mempersiapkan posisi tidurnya.
“Sumpah Rel, gue ngantuk. Otak gue abis dipake kerja keras,” ucap Kiandra. Aurel hanya tertawa mendengarnya.
“Yaudah, ntar gue bawain makanan deh. Lo mau apa?” tanya Aurel. Kiandra tidak tau makanan apa yang dia inginkan.
“Apa aja deh,” jawab Kiandra cepat. Baru saja Aurel hendak berbalik, Davon datang dengan empat kotak nasi kuning dan beberapa camilan. Dia juga membawakan Kiandra sebotol air mineral dan obat pereda nyeri haid.
“Nih,” ucap Davon. Dia meletakkan makanan di meja. Teman sebangku Davon—Andrew berbinar melihatnya, dia segera memutar bangku agar bisa makan di meja yang sama.
“Wuiih Davon lagi baik nih.”
Kiandra mendongak, melihat semua yang dibawa Davon, gadis mana yang tidak luluh dengan sikap Davon yang seperti ini. Tentu saja Kiandra menerima kebaikan Davon dengan senang hati.
“Yok makan.” Davon membagikan kotak makan dan mereka semua memakannya bersama.
“Kalian sejak kapan pacaran?” tanya Aurel yang membuat Kiandra tersedak. Davon segera membukakan air mineral untuk Kiandra.
“Pacaran? Gue sama dia?” ucap Kiandra dengan tatapan melongo. Aurel menjawabnya dengan anggukan.
“Kapan ya? Kemarin pas di UKS gue ciuman sama dia,” ucap Davon secara gamblang. Kiara langsung memerah wajahnya, dia memukul lengan Davon sampai membuat Davon meringis.
“WHAT? KISSING?” ucap Aurel dengan Andrew bersamaan.
“Iya, gue ciuman sama dia. Gini loh,” ucap Davon mempraktikkan adegan ciuman dengan menyatukan kedua tangannya.
“Gue kira Kiandra anak polos loh,” sahut Andrew. Kiandra semakin geram kepada Davon dia hendak menjambak Davon namun tangannya lebih cepat diraih oleh Davon.
“Kamu mau ngapain sih beb? Jangan malu-malu gitu,” ucap Davon tertawa, entah kenapa dia suka sekali menggoda Kiandra. Wajahnya yang memerah menahan malu dan amarah membuat dia senang.
“Itu kecelakaan tau! Gue gak sengaja narik dia, ya terus gitu!” ucap Kiandra kepada Aurel dengan Andrew. Tetapi rupanya kedua temannya itu hanya mencibir tak percaya. Tatapan keduanya malah menggoda Kiandra. Dengan wajah sebal Kiandra kembali duduk menghabiskan nasi kuningnya.
Davon menamati wajah Kiandra, entah bagaimana Davon bisa jatuh hati bagi Kiandra. Setiap melihatnya Davon selalu ingin dekat bersama Kiandra, entah bagaimana hatinya bisa begitu terpikat oleh Kiandra.
“Apa lo liat-liat?” ucap Kiandra galak kepada Davon.
“Kamu kenapa sih sayang galak banget sama aku,” ucap Davon menopang dagunya dengan kedua tangan.
Kiandra menyipitkan matanya, dia menginjak kaki Davon dengan keras.
“AW! Ampun-ampun! Iya-iya gue cuma bercanda tadi!” ucap Davon meringis kesakitan. Sosok yang baru saja lewat di depan pintu kelas Kiandra membuatnya menoleh. Dia langsung berlari keluar kelas dan mengejar lelaki itu.
Fabian, dia datang berniat menemui Lisa di saat jam istirahat, Kiandra sangat tau yang datang ke sekolahnya adalah Fabian. Siapa lagi yang datang ke sekolah dengan bodyguard. Fabian anak pejabat, wajar saja kemanapun dia pergi selalu dikawal. Tetapi kalau dia sendirian tanpa bodygurad itu artinya dia berhasil kabur. Kiandra diam-diam mengikuti Fabian, sampai dia melihat Fabian dengan Lisa berbicara di perpustakaan paling pojok.
“Kenapa lo baru dateng sekarang?” ucap Lisa dengan linangan air mata. Kiandra menatapnya dengan menyeringai. Lisa terlihat sangat tertarik dengan Fabian, masih sama seperti dulu, tatapannya yang memuja ketampanan Fabian tidak pernah berubah.
“Lis, gue minta sama lo untuk tetep bersahabat sama Kiandra. Dia itu enggak salah, dia...,”
PLAK. Satu tamparan keras di pipi Fabian, bodyguard Fabian yang hendak maju Fabian cegah. Dia mengibaskan tangannya meminta bodyguardnya untuk menjauh.
“Lo gak usah bahas Kiandra, gue benci sama dia. Gara-gara dia hubungan kita jadi hancur. Gue duluan yang suka sama lo, gue yang cinta sama lo, tapi dia ngerebut lo dari gue,” ucap Lisa. Kiandra memutar bola matanya kesal, ucapan Lisa sepenuhnya salah, dia tidak sama sekali tertarik dengan Fabian. Walaupun Fabian nampak sempurna, tampan, mapan sejak muda dan sikapnya yang manis. Semua itu tidak membuat Kiandra terpikat dengannya. Entah kenapa dari dulu Kiandra hanya menganggap Fabian hanya teman.
“Enggak, lo salah. Kiandra sama sekali enggak ada hubungannya sama kita. Sejak awal gue enggak pernah suka sama lo,” ucap Fabian. Lisa menggeleng tidak percaya dengan ucapan Fabian.
Fabian menghela nafasnya, dia sangat lelah berbicara dengan Lisa, dia berbicara apapun tidak bisa membuat Lisa percaya. Fabian menjelaskan bahwa semua itu benar, dia mengakui menggoda Kiandra, mendekati Kiandra karena memang menyukai Kiandra sejak awal. Lisa seketika menjatuhkan air matanya mendengar hal itu, Fabian begitu tega kepadanya membohongi Lisa.
Davon sedari tadi ada di belakang Kiandra, ikut mengintip drama yang terjadi di perpustakaan di dekat sekat jendela.
“Jadi Fabian emang suka ya sama lo?” tanya Davon sembari berbisik. Kiandra terkejut dan menoleh menatap Davon. Kiandra hampir saja terjatuh, namun Davon meraih pinggang Kiandra terlebih dahulu. Mereka saling menatap, mata Davon begitu teduh sampai membuat Kiandra kehabisan kata-kata. Davon mendekatkan wajahnya kepada Kiandra, menggesekkan hidungnya ke hidung Kiandra.
“Kayanya gue emang suka sama lo,” bisik Devan. Kiandra segera menjauh, melepaskan Davon. Jantungnya berdegup kencang.
"Davon Gila! Batin Kiandra. . Kiandra menjauh dari Davon. Mencoba menenangkan jantungnya yang sudah tidak karuan. Terlebih lagi saat Davon menatapnya secara intens. Ingin rasanya jantungnya copot. Kiandra benar-benar bingung dengan perasaannya kali ini. Perasaan yang baru dia rasakan. Disatu sisi Kiandra begitu nyaman dengan sosok Davon. satu-satunya pria yang sangat perhatian pada Kiandra. meskipun Davon juga sering membuat Kiandra kesal karena kelakuannya.