Marisa nggak berniat menanyakan soal tanda merah itu dan juga hubungan yang sebenarnya Mario dan Cecil. Tapi dia harus bersiap kalau-kalau apa yang dia takutkan terjadi. Yang dia lakukan saat ini hanya menunggu sembari berusaha mempercayai suaminya. Selagi dia mengerjakan rekapan seperti biasa, ponselnya berdering. Tetangganya di kompleks yang dulu menelepon. Pasti soal rumah itu lagi. Sebenarnya Marisa enggan kembali ke rumah itu lagi. Dia sudah nyaman tinggal di ruko ini. Tapi rumah itu pun sayang kalau dibiarkan kosong seperti itu. “Halo, Bu?” “Bu Marisa. Bisa nggak ya teman saya ini melihat rumahnya sekarang? Ini dia lagi ada di rumah saya dan dia berminat untuk melihat dalamnya rumah Ibu.” “Anu, tapi Bu … Saya belum diskusi sama suami saya. Belum tentu juga rumah itu akan dikont