Tidak ada lagi penyangkalan

1741 Kata

“Menatapku seolah kamu menginginkanku padahal yang sebenarnya kamu rasakan hanya perasan bersalah.” Kalimat itu aku ucapkan tepat disaat aku naik ke motornya, rasa familiar saat aku duduk dibelakangnya segera menyergapku membuat suaraku semakin pahit bahkan ditelingaku sendiri. Aku tidak berharap jawaban apapun dari Saka, aku sudah tidak berharap apapun darinya, aku sudah terlampau lelah mencintainya sendirian, namun saat hatiku mulai lelah, pria tersebut justru membawa tanganku untuk memeluknya, mengusapnya perlahan dan membawanya ke dalam genggamannya. Rasa hangat tersebut membuat perutku kembali mulas, tersekat dan nyaris kehilangan nafas. “Maafin aku yang pernah marah ke kamu karena Bunda dengan mudahnya menyayangimu, Rania. Maaf karena sudah mengasingkanmu dan menganggapmu bersalah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN