“Aku tidak pernah tahu jika kamu bisa seculas ini, Rania.” Mendengar tanggapan Saka atas apa yang aku ceritakan soal kenapa aku membiarkan Alisa memukuliku tanpa perlawanan aku hanya bisa menyeringai. Aku sama sekali tidak tersinggung, karena aku sadar aku pun curang mengimbangi permainan curang yang dimainkan oleh Alisa. “Aku menganggapnya sebagai sebuah pujian.” Saka yang ada dibalik kemudi mendengkus, terlihat dia masih ingin memberikan komentarnya namun dia memilih untuk tidak berkata apapun lagi, justru Saka mengulurkan tangannya dan mengusap rambutku pelan, begitu perlahan karena sedari tadi aku mengeluh kepalaku pusing karena jambakan Alisa, seolah dia takut terlalu kasar sentuhannya bisa menyakitiku. “Jangan lakuin itu lagi. Aku tidak suka melihat wajahmu babak belur seperti