GT-3

1262 Kata
Marah, hanya itu yang dirasakanya ketika dengar cerita dari Chantika, tentang Debby kekasih yang mulai dia percaya sebulan ini. Riefaldi meninggalkan Chantika begitu saja, bukan karena tak percaya dengannya, namun dia tak mau menunjukkan dan melampiaskan amarah yang sudah sampai puncak dihadapnya. Dia melangkah menuju garasi menuju mobil sport pribadinya. melaju kencang, menuju apartemen Debby dan lelaki simpanannya itu. Dia tahu alamat apartemennya beberapa menit yang lalu, setelah beranjak dari hadapan Chantika. Dia langsung menghubungi orang kepercayaan, untuk mencari alamat Debby dan pria sialan, yang bernama Aditya itu. Tidak butuh waktu lama, dia langsung dapat informasi alamat, dan mengejutkan, informasi yang di dapat ternyata benar. Mereka tinggal bersama sudah lama, sebelum Riefaldi menjalin hubungan dengan Debby. melangkahkan kaki selebar mungkin, untuk sampai ke tempat wanita sialan itu, yang membuatnya emosi. Kini dia berdiri tepat di depan pintu putih apartemennya. Dengan tidak sebaran mengedor pintu sialan itu. Tidak lama Debby muncul menggunakan kemeja putih laki-laki, yang tampak kebesaran di tubuhnya. Terlihat wanita itu terkejut. "Sa..sayang kamu?" tergagap, jelas dia pasti kaget melihat Riefaldi ada dihadapnya. Sementara Riefaldi sudah menduga ini. "iya aku! Wow terkejut hah?" jawab Riefaldi dengan sinis, mengangkat satu alis dan melipat kedua tangan di d**a. "kamu tau dari mana ak..." belum sempat Debby bertanya, muncul sosok pria yang sepertinya bernama Aditya itu. “sayang siapa yang pagi begini ganggu Kita?" pria itu langsung memeluk Debby dari belakang. Riefaldi Jelas marah pada dirinya sendiri, bisa-bisanya dia seperti pria bodoh yang tidak tahu, seperti apa perempuan dihadapkannya ini. ASTAGA! BISA-BISANYA DIA TERTIPU!  "Sori, sepertinya saya salah nomor unit apartemen. Maaf mengganggu" Dia memilih berlalu meninggalkan kedua orang bodoh itu, bukan tidak ingin menumpahkan amarah pada kedua orang itu. hanya saja, sayang tenaga dan kehormatan jika mengikuti nafsu untuk mengurusi orang-orang macam mereka. Ini kenyataan pahit dalam hidupnya sebagai pria, sudah beberapa kali dia dikhianati seperti ini. Bahkan, semua mantan kekasihnya, pada kenyataan-nya mereka hanya menginginkan uangnya saja. bergegas pergi ke Cafe narnia, menghubungi ketiga pria yang tak lain adalah sahabat-sahabat-nya, tadinya ingin mengajak Chantika, namun dia ingat, hari ini dia ada bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya. Dia butuh menghilangkan penat ini, jika ke Kelab ini masih siang. Mungkin nanti malam. Riefaldi membuka grup chat dengan para sahabatnya,  Riefaldi : Cafe narnia, 10 menit Gue tunggu tanpa penolakan. Yoga: gila!! 10 menit sedangkan posisi gue lagi di barat. 30 menit atau Nggak sama sekali.  Dony: tau nih orang sekali muncul di grup bikin bala. Otw   Irfan : gak bisa gue al, menyusul aja nanti. lagi bimbingan nih. Oia gue ketemu Chantika nih yoga, mau salami ga? Yoga : waaah, boleh boleh salam kecup dari gue yah.. Riefaldi : kecup -kecup jidat lo lebar! udah cepat jalan ke sini Gak Pakai lama. Yoga : Jealous Irfan : Jealous (2) Dony : Jealous (3) Riefaldi mendengus kesal membaca Isi di Grup sahabatnya ini. Riefaldi memang sudah tahu tentang ketertarikan yoga pada Chantika, namun dia enggan menanggapinya. Dia sangat tau kelakuan sahabatnya ini, yah bisa dibilanh sejajar dengannya atau bahkan lebih parah. sedangkan dia sangat tahu prinsip Chantika, yang tidak ingin memiliki kekasih sejak dulu. Riefaldi memasuki Cafe langganan bersama teman-temannya, dia memilih duduk di salah satu sofa disudut ruangan. Cafe ini cukup ramai di waktu makan siang seperti ini. Di hadapannya telah tersaji secangkir Espresso dengan warnanya yang hitam dan aroma kopi yang sangat kuat, dibuat langsung dari biji kopi dengan menggunakan kadar air yang sangat sedikit. Berkat teknologi mesin dari Italia, kopi yang dikenal pahit ini diolah dalam waktu yang singkat. Riefaldi sendiri pernah membaca Disalah satu situs tentang filosofinya, Penggemar kopi satu ini biasanya menyukai pengalaman yang menjanjikan, keras, dan penuh tantangan. Biasanya penggemar Espresso adalah orang yang kreatif. Sesuai jiwanya, entah sejak kapan dia sangat mengilai kopi terutama Espresso, terutama disaat sedang penat seperti ini. Cukup lama Riefaldi menunggu, hingga perlahan-lahan muncul satu persatu orang yang ditunggunya. "sori lama Bro, lagi dadakan!" Dony yang pertama muncul. Sahabatnya ini paling on time diantara yang lain, walau kalau bicara sedikit ceplas-ceplos. "Hahah, gak dadakan 'kan memang biasa kita kumpul kalau hari ini, cuman waktunya aja diganti biasa malam jadi siang" Riefaldi melipat kedua tangannya, tersenyum meledek pada Dony. "Yaaa... terserah lo, oia yang lain lagi otw" Dony mengambil duduk di seberang Riefaldi. Kemudian dia memesan makanan ringan dan secangkir Capuccino "Jadi ada apa dengan muka lu yang kusut kali ini?" Tanyanya lagi setelah selesai memesan pada pelayan Cafe Riefaldi mendengus mendengar pertanyaan yang memojokkannya itu "Masalah kecil tapi cukup bikin emosi!" Dia meletakkan cangkir kopinya dulu sebelum melanjutkan "Cewek terakhir gak ada bedanya, sama aja!" Sontak tawa kencang terdengar dari Dony "lagi?" Ya ampun al, tampang boleh tampan, dompet tebalnya kayak apa, kekuasaan? Jelad lo punya. tapi lagi dan lagi lu bego kalau soal cewek!" See , benarkan Dony kalau ngomong asal ceplos tapi benar. Pasalnya semua sahabat Riefaldi sudah sering mengingatkan untuk hati-hati pada kekasih pilihannya, mereka cukup pintar, membaca karakter pacar-pacar yang selama ini di gandeng Riefaldi. "Yah, gue juga heran kenapa gampang banget kena tipu" jawab lesu Riefaldi yang memang tak bisa mengelak dari pernyataan Dony. Belum sempat Dony menjawab, yoga dan Irfan datang bersamaan. "Kalian Bareng? Bukannya tadi di lokasi yang beda?" Tanya Dony begitu Irfan dan yoga mengambil posisi untuk duduk. Yoga mengambil duduk tepat di samping Dony, dan Irfan di samping Riefaldi. Kini lengkap sudah kumpul semua. Wanita-wanita yang berada di dalam Cafe tersebut, sesekali mencuri curi pandang pada mereka. "Tadi ketemu di depan, parkiran" saut Irfan. Keduanya dibiarkan memesan terlebih dahulu, setelah pesanan mereka datang baru mereka memulai perbincangan. "Jadi kita ketinggalan cerita nih kayanya" Irfan yang sedang menghirup kopi pesanannya melirik ke arah Dony meminta penjelasan. "Teman lo satu ini, Player masa kini tapi bego soal cewek, di begoin lagi seperti biasa!" jawab Dony memberi pengumuman pada keduanya dengan senyum meledek pada Riefaldi. "Bahasa lo, Don!" Tegur Riefaldi "ngapain bahas lagi, malas gue!" Riefaldi mencibir dengan kesal. Dia sudah tahu, setelah ini dia pasti diledek habis-habisan oleh ketiganya. Tamat sudah dan benar saja, Yoga tertawa terbahak-bahak mendengar berita Riefaldi, yang sudah tidak langka lagi di telinganya "Hahah.. kali ini siapa yang jadi pelaku?" Begitu pun dengan Irfan yang hanya tersenyum sinis, namun tidak menghilangkan raut wajah yang terkesan meledek Riefaldi "wah Gue tahu nih siapa, cewek Sexy yang kenalan sama kita Kelab bulan lalu nih pasti. Siapa namanya, Gue lupa...Geby, Lebby" Riefaldi mengusap wajahnya dengan kasar, ini sih bukan menghilangkan suntuknya. melainkan tambah suntuk, jadi bulan-bulanan trio b******k didepanya ini. Jika Tahu bakal begini, lebih baik dia sabar menunggu Chantika, ah Ya... cuman Chantika yang memiliki hati lembut. Siap menerima keluh resahnya selama ini dan bodohnya Riefaldi lupa itu. "Debby, namanya Debby" "Jadi kenapa kali ini dengan percintaan lu al?" Tanya yoga yang memiliki sifat lebih dewasa diantara mereka, setelah puas tertawa dan menstabilkan suasana, barulah bertanya pada Riefaldi. "Ah malas, palingan kalian ledeki habis ini!" jawab Riefaldi dengan mengambil cangkir kopinya yang isinya tinggal sedikit, meminumnya sampai habis. "Gak lah, udah cerita aja! Dari pada jadi bisulan entar!" Dony menaik turunkan alisnya. Dengan terpaksa mengalirlah cerita Riefaldi, tentang yang baru saja dia alami. Juga Perkenalan Debby dan Chantika minggu lalu. "Ah lu sih bego, udah jelas di samping lu itu ada cewek kayak Chantika. kenapa masih cari yang lain sih?" yoga yang pertama kali menanggapi, setelah ceritanya selesai. "Chantika sama Gue? Sudah berapa kali dibilang cuman sahabat! Nggak lebih dan kurang" "Yakin?" Dengan santainya Irfan menaikkan sebelah alisnya. "Sudah, gak usah bahas soal gue lagi. Entar malam jadi ke Kelab 'kan, seperti biasa?" Riefaldi selalu mengalihkan pembicaraan, bila pembicaraan diantara mereka sudah mengarah pada Chantika. "Ya seperti biasa" saut Dony tentu diangguki oleh ketiganya. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN