Keyra pun beranjak dari tempat duduknya. Namun, sebelum ia melangkahkan kaki, saat itu juga pintu rumah mereka terbuka. Tampak dua lria tampan masuk ke dalam rumah. Mereka adalah Andre papanya Keyra dan Dandi. Keyra hanya tersenyum, lalu kembali duduk.
"Hei, Keyra," sapa Dandi.
"Hai, Om. Sini duduk denganku," ujar Keyra sembari melambaikan tangannya.
"Sibuk banget, gambar apa?" tanya Dandi.
"Ini Om, gambar apalah ini." Keyra tetap asik dengan gambarnya meski di ajak ngobrol.
"Gimana, Din. Apa yang terjadi?" tanya Andre.
"Tuh tanya si Rara." Dinar menatap ke arah Keyra. "Rara, jelasin apa yang kamu lihat tadi, tuh. Jangan asik sendiri."
Dinar pun kembali menjelaskan apa yang ia lihat. Bahkan yang tadinya hanya terlihat biasa saja foto tergeletak, bunga dan jarum serta kalin kafan. Tetapi, saat ini semua barang-barang itu dibungkus kain kafan yang mencakup keseluruhan barang yang ada. Setiap bungkusan kain kafan, terdapat di dalam barang-barang itu namun yang membedakan setiap satu kain terdapat satu foto anggota keluarga. Berhubung di rumah ini ada enam orang, makan kain kafan itu dijadikan enam.
Sebenarnya juga bukan barang itu saja, tetapi satu barang lagi tetapi Keyra tak bisa menjelaskannya.
"Terus kita harus bagaimana?" tanya Dandi.
"Ya kita hentikan niat jahatnya itu. Aku akan bawa Sisca dan Emely untuk menghentikanitu. Makanya sekarang nggak usah buang-buang waktu dan banyak tanya, makanya kita segera berangkat. Nanti, kalau sudab terlanjur dilaksanakan kita akan pusing mencari di mana barang itu akan diletakkan," ujar Keyra memperingatkan.
"Bukan hanya itu, kalian harus ingat untuk selalu dzikir dan membaca ayat suci Alquran. Kalian segera berangkat, biarkan Dita dan Ibu di rumah. Kami bantu bantu doa dan usaha dengan membaca Alquran hingga kalian pulang nanti." Ibunya Dinar menyarankan.
Ibunya Dinar menyarankan agar mereka juga melakukan hal yang sama. Jika sibuk sedang menyetir, baca semampunya. keyra, Dandi, Dinar dan Andre pun segera berangkat. Sedangkan Sisca dan Emely ikut serta dengan mereka meski tak masuk ke dalam mobik seperti sebelumnya.
"Kak, aku pernah sih baca artikel gitu cara menangkal agar santet tak masuk ke dalam tubuh kita. Masih ada di dalam ponselku. Coba baca, siapa tahu kita bisa menerapkannya dalam tubuh kita saat ini," ujar Dandi saat berada di dalam mobil.
Andre pun meraih ponsel Dandi yang sengaja diletakkan di dashboard mobilnya. Andre segera membaca dan aetikel itu menjelaskan.
1. Membaca Al Quran dan Zikir
Ruqyah menjadi salah satu doa menghilangkan santet dari tubuh. Bagian dari ruqyah adalah membaca ayat Al Quran dan zikir yang mudah.
Hal itu sesuai dengan hadis riwayat Abu Daud nomor 3884 dan Tirmidzi nomor 2057. Dari Imron bin Hushain, dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam , beliau bersabda:
Artinya: Tidak ada ruqyah kecuali pada penyakit karena mata hasad (dengki) atau karena sengatan binatang.
2. Doa Penangkal Santet
Ada cara menangkal sihir di rumah. Doa penangkal santet ini bisa diamalkan sesuai dengan hadis riwayat Bukhari nomor 3371, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdoa untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain:
Latin: Audzu bi kalimaatillahit taammati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli 'ainin laammatin
Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh 'ain yang buruk
3. Penyebab Terkena Santet
Santet bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama karena lalai mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak mau mengindahkan ketaatan (ibadah), dan tidak mau memperhatikan zikir-zikir syar'i (pagi, petang, sebelum tidur, dan ketika masuk kamar mandi).
Allah SWT dalam Quran Surah Az-Zukhruf ayat 36 pun berfirman
Artinya: Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb Yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
"Ini aja?" tanya Andre.
"Geser aja, kak. Nanti ada banyak bacaan, mana tahu bisa kita terapkan dengan mudah. Kita orang awam, nggak ada salahnya mencoba untuk menangkal diri dari sihir." Dandi mengingat, jika pernah menyimpan baca-bacaan mengenai santet. Dia melakukan itu bukan tanpa alasan, dulunya salah satu tetangganya nuga mengalami hal seperti itu. Kalau dia hanya mengamati tak akan pernah paham, tetapi haru smcari info-info daei berbagai sumber. Karena kesibukannya, dia belum bisa belajar dari orang ke orang. Tetapi hal itu tak menciutkan keinginannya, sehingga dia memilih belajar melalui jaringan internet yang ada pada masa kini.
Andre kembali membaca. Begini bunyi bacaan artikel itu.
Tradisi di masyarakat Indonesia masih kental dengan hal hal mistis seperti santet. Santet dikenal sebagai cara yang kejam untuk menyakiti seseorang dengan cara gaib. Lalu, bagiamana agar seseorang tidak terkena santet? Bacaan doa-doa berikut bisa dipraktikkan.
Membaca ayat-ayat Alquran sebagai berikut:
Al-Fatihah
Tiga surat terakhir dari Alqurann (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, Surat An-Nas)
Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255)
Di samping itu, hafalkan doa-doa di bawah ini dan ucapkan tiga kali atau lebih di pagi dan sore hari: “Bismillahilladzi la yadurru maa ismihi shay’un fil-ardi wa la fis-sama’i wa huwas-samiul-`alim” (Dengan nama Allah; yang bersama nama-Nya tidak celaka sesuatupun yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Hasbiyallahu la ilaha illa huwa alayhi tawakkaltu wahuwa rabbul-arshil-`azhim (Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung).
Allaahumma inni audzu bika min hamazatish-shayatin wa audzu bika rabbi an yahdurun (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan setan dan aku berlindung kepada-Mu dari segala gangguan setan yang mendatangiku).
Audzu biizzatillahi wa qudratihi mimma ajidu wa uhadhiru (Aku berlindung dengan kekuatan Allah dan kehendak-Nya dari sakit dan nyeri yang aku alami).
Perlu diingat bahwa doa dan zikir akan membawa manfaat jika itu datang dari hati yang lurus dan yakin kepada Allah SWT, dengan demikian maka kita akan menaruh segala pengharapan dan doa kita hanya kepada Allah yang Maha Kuat lagi Maha Berkuasa.
Andre serius kala membaca itu, sehingga membuat Dinar tampak penasaran.
"Kak, coba lihat. Sini, biar aku kirim ke Kak Dita. Biar merek ayang di rumah juga menerapkannya. Apalagi Kak Dita yang sedang mengandung." Dinar memibta ponsel Dandi dari Andre
"Aku tuh nggak habis pikir, ada dendam apa sih, dia dengan kalian? Hatinya jahat banget," gumam Dandi.
"Namanya juga orang yang sudah sekutu dengan jin, dia tak akan pernah baik isi hatinya. Ih, pengen rasanya memohon ke yang maha Kuasa memberikan karma ke dia. Pengen tahu, dia terkena adzab di saat kita semua yang di sakiti masih sehat walafiat." Keyra kala kesal, terkadang mulutnya asal nyeletuk.
"Rara, bilang apa, sih? Doakan dia dapat hidayah, biar cepat-cepat taubat. Jangan mendoakan orang seburu-buruknya, maka doa itu akan kembali pada diri kita sendiri. Semua hal yang kita lakukan baik, mulai dari perkataan, tingkah laku maka hal seerti itu juga bakal kembali kita dengan baik. Kita tak tahu, kapan kembali ke kita, yang terpenting kita sudah mebgusahakannya." Andre menegur Keyra agar berbicara dengan baik.
"Iya, Pa. Maaf, Keyra salah," ujar Keyra sembari menundukkan kepala.
"Dinar, kamu tahu nggak tempat Alva di mana?" tanya Dandi.
"Nah ini, aku aja nggak pernah di ajak ke rumahnya. Dia cuma bilang tinggal di tempat yang nggak jauh dari rumahku gitu." Dinar juga bingung harus ke mana.
"Rara, kita harus ke mana?" tanya papanya.
"Nggak tahu, Pa. Aku nggak pernah tahu rumah yang saat ini ada Om Alva." Keyra menjawab itu dengan enteng, tanpa memikirkan bingungnya orang dewasa.
Dandi memutuskan untuk berhenti sejenak.
"Astaga, Rara. Bisa-bisanya kamu ngajak tapi nggak tahu tempatnya," ujar Dinar sembari menghela napas sejenak. Mereka tak tahu lagi ke mana tujuannya. Sedari tadi berjalan, ke arah benar atau salah pun mereka juga tak paham.
"Ya Allah, Keyra, Dinar. Kukira kalian sedari tadi diam ya tahu tujuan kita ke mana. Ini terus kita bagaimana?" tanya Andre.
"Aku kira Keyra tahu harus ke mana, Kak." Dinar juga bingung harus pergi ke mana. "Rara, ke mana kita? Masa iya, pulang lagi."
Emely dan Sisca segera masuk ke dalam mobil. Mereka berdua menxekat ke arab telinga Keyra.
"Aku tahu, ikutin aku. Jangan pakai mobil," bisik Sisca.
Keyra tiba-tiba turun dan membuat yang ada di dalam mobilnya bertanya-tanya. Mereka tak twgu, jika Keyra sebenarnya saat ini mengikuti kemana Sisca dan Emely pergi.
"Rara!" teriak Ayahnya sembari mengejarnya.
Tebtu saja Dinar dan Dandi tak mau tinggal diam.
"Kamu nyusul duluan, biar aku parkirkan yang mudah mobilnya," pinta Dandi.
"Enggak, deh. Aku bareng kamu saja, aku takut yang enggak-enggak. Lagian, Keyra nuga sudah samq Papa dan dua makhkuknya," jawab Dinar saat Dandi memarkirkan mobilnya ke tempat yang lebih aman.
Setelah itu, mereka berdua turun dari mobil secara bersamaan. Dandi entah kenapa langung meraih tangan Dinar dan menyusul ke mana perginya Andre dan Keyra. Dinar tersipu malu, sebab lama mereka tak bergandeng tangan setelah pertengkaran itu terjadi.
"Din, ke mana mereka?" tanya Dandi, lalu dia menoleh ke arah Dinar yang menatap tangan mereka yang sedang bergandengan.
"Din," panggil Dandi lagi.
Dinar baru tersadar dari lamunannya lalu menatap ke arah Dandi. "Eh iya, kenapa?"
"Kita ke mana?" tanya Dandi.
"Aku ikut kamu aja." Baru saja menjawab, tiba-tiba terlihat Keyra dan Andre sedang bersembunyi di salah satu bunga yang tumbuh lebat.
"Itu Kak Andre sama Dinar, kan?" Dinar bertanya-tanya.
"Kita ikut sembunyi, berarti ada yang sedang mereka intai." Dandi berbisik sembari menarik tangan Dinar untuk bersembunyi. Mereka berdua berjapan perlahan menuju tempat Keyra dan Andre berada.
Tepat dibelakang rumah di dekat mereka mengintai seseorang adalah lahan kosong yang cukup luas. Pepohonan pisang yang tumbuh lebat menghiasi di sana.
"Papa, dia kubur apa?" tanya Keyra berbisik ke papanya.
"Sst ... Papa juga nggak tahu, Nak. Mending, kita diam dulu agar dia tak mengetahui perbuatan kita." Andre menegur anaknya.
Tak berselang lama orang yang sedang mengubur sesuatu itu beranjak dari tempatnya. Dia pun membalikan badan dan ternyata dia adalah Alva.
"Alva," gumam Dinar.
Dandi dengan spontan menutup mulut Dinar. Dia tak ingin, dia mendengar perkataan dari Dinar dan membuat dia berbuat yang semakin jauh dari pada ini.
Kemudian, Alva segera menjauh meninggalkan tempat itu. Beruntungnya Dandi dan yang lain, mobil mereka di tempatkan jauh dari tempat mereka saat ini. Mobil itu pun terparkir di salah satu pusat perbelanjaan terdekat di sana, toh jika Alva hafal dengan mobil ktu pasti tak menimbulkan curiga di pikirannya.
Setelah dianggap aman, mereka pun segera mendekat ke tempat yang tadi di gunakan Alva. Andre dan Dandi segera menggali tanah itu menggunkan tangan mereka. Tak ada barang yang mampu mereka gunakan selain tangan mereka sendiri.
Sedangkan Dinar, dia bertugas mengawasi keadaan agar tak ada orang yang tahu keberadaan mereka di sana. Tak terlalu dalam mereka menggali, terlihat poco gan kain kafan kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Keyra tadi.
"Nah, ini yang aku maksud di rumah, Pa. Kita bawa lulang aja, kita lihat isinya apa," pinta Keyra.
"Dinar, bantu bawa. Dandi biar mengambil mobilnya," pinta Andre.
Dandi sedikit berlari, namun saat hendak menyeberang dia mengendap-ngendap agar tak melihat keberadaan Alva kembali. Dia berharap tak pernah bertemu Alva saat mereka hendak pergi. Dandi dengan cepat berlari menuju mobilnya. Lalu emlajukan dengan cepat menuju tempat Dinar dan yang lain di sana. Saat Dandi sampai, dengan cepat Dinar dan yang lain berlari menghampiri mobilnya sembari membopong pocongan kecik itu. Perasaan lega kala mereka bisa menjauh dari sana.
"Isinya apaan, sih? Boleh buka nggak, ya?" tanya Keyra.
"Buka satu boleh kali ya, Kak?" sahut Dinar.
"Coba aja, Tante," jawab Keyra.
Keyra dan Dinar yang duduk di belakang sebenarnya penasaran, tetapi ragu untuk membukanya.
"Pa, kenapa aku pegang ini kepalaku pening banget, ya? Kalian begitu nggak sih? Mual juga," ujar Keyra.
"Tante enggak, kok." Dinar panik melihat Keyra terlihat sedikit pucat. "Kak, Rara kenapa?"
"Keyra pindah ke depan aja sama Kak Andre yang gantiin mengemudi. Mungkin, energi Keyra berbenturan dengan energi pocongan itu, deh. keyra kan indigo, makanya dia bisa merasakannya," usul Dandi.
"Eh, iya juga. Almarhum Keyla juga sering gitu, Kak. Mending Dandi buruan menepi, kasihan Keyra. Kita buka di rumah aja. Kalau perlu, kita bawa langsung ke rumah Pak Kyai. Nggak usah bawa Kak zdita, takut ngefek sama kandungannya," saran Dinar.
Dandi dengan cepat menepikan mobilnya. Setelah berhenti, Dandi, Andre dan Keyra segera bertukar tempat.
"Din, kita taruh bagasi aja. Selama masih semobil sepertinya Keyra akan merasakan hak yang sama. Tapi kalau di bagasi memang semobik tapi rada jauh, mungkin agak mendingan, lah," saran Dandi.
Dinar dan Dandi dengan cepat memindahkannya. Keyra terlihat sangat lelah padahal sebemumnya dia yang paling bersemangat. Dia yang dari awal selalu di dukung akan kelebihannya, pasti saja semua yang berada dengannya pasti memahaminya.
Apalagi Dinar, dia yang sangat hafal dengan seseorang yang memiliki kelebihan seperti itu sehingga hal biasa buat dia.
"Rara, masih pusing?" tanya Dinar.
"Masih, Tante. Berat banget kepalaku," jawabnya.
"Apa energinya terlaku kuat, ya?" ujar Dandi.
"Pasti kuatlah. Misal satu barang aja udah ngerasa berat, apalagi itu sampai enam," jawab Dinar yang paham walaupun tak pernah merasakan.
"Iya juga, ya. Ra, buat tidur aja, siapa tahu rasanya mendingan," jawab Dandi.
Andre memilih untuk melajukan mobilnya menuju rumah pak kyai lagi. Diaa mengkhawatirkan keadaan anaknya yang semakin pucat.
"Ra, Emely dan Sisca tak bisa menangkal energi itu?" tanya Andre.
"Enggak, Pa. Mereka aja nggak bisa masuk mobil ini. bungkusan kain mafan itu, sepertinya ada hal yang membuat energinya seperti ini. Benar kata Tante Dinar, satu aja mungkin nuga sudah terasa sangat berat. Apa lagi ini, yang berjumlah banyak," jawab Keyra dengan suara yang lirih.
Energi Keyra seakan-akan terkuras habis karena keberadaan bungkusan kain kafan yang belum tahu apa isinya itu.
Tak berselang lama, mereka sampai di depan rumah Pak kyai. Saat hendak turun mobil, kaki Keyra terasa lemas
"Pa, tulang kakiku hilang. Sumpah, nggak kuat gerakiinya" celetuk Keyra dengan sjara yang semakin lirih.
"Hahaha, orang kesakitan tapi aku ketawain ya ini. Maaf, Ra. Kamu lucu ngucapinnya," ujar Dinar.
"Tante nggak ada akhlak," gumam Keyra.
"Sudahlah, Din. Kamu bantu Dandi turunin itu semua barang. Kerjaanmu ganggu Rara mulu," tegur Andre.
Andre sembari menggendong Keyra, dia memilih berjalan menuju pintu utama rumah Pak kyai.
Tok! Tok! Andre mengetuk pintu hingga beberapa kali sampai pemilik rumah membukanya.
"Loh, Nak Andre. Masuk," ajak istri Pak kyai.
"Bapaknya ada, Bu," tanta Andre sembari meletakkan Keyra di sofa.
"Ada, kok. Rara kenapa ini?" tanya istri Pak Kyai yang tampak khawatir. "Pak, ada tamu."
Pak kyai pun keluar dari dalam kamarnya. Saat iru, mata bekiau menatap ke arah Keyra yang terlihat lemah dan pucat.
"Ya Allah, Nak Keyra. Kenapa itu, Andre?" tanya Pak kyai.
Beliau belum tahu jika Andre dan Keyra datang bersama-sama dengan Dinar dan d
Dandi juga.
"Ada perlu, Pak. Bentar, Pak." Andre menatap ke arah pintu berharap mereka cepat datang membawa bungkusan tadi.
Pak kyai menghampiri Keyra.
"Kenapa, Nak? Ada yang sakit?" Pak kyai merasa khawatir, sebab tadi saat pulang dari rumah mereka Keyra keadaanya tak seperti itu.
Tiba-tiba Dandi dan Dinar masuk ke dalam rumah sembari menggendong bungkusan locong kecil-kecil itu.
"Astagfirullah, apa itu?" tanya istri Pak Kyai.
"Nah kedatangan kami ke sini karena ini, Pak. Tadi, Keyra mendapat penglihatan jika Alva yang mengirim ilmu pelet ke Dinar itu, membuat barang-barang ini. Kata Keyra dia melihat foto kami satu persatu di taruh setiap satu bungkusan kain kafan itu." Andre pun menjelaskan.
"Ya Allah, itu adalah perantara ilmu santet. Sebenarnya ada masalah apa sih, kalian dengan Alva itu? Masa iya, hanya karena cewek sampai sebegininya?" tanya Pak kyai merasa penasaran.
"Nah, justru itu yang membuat kami bingung, Pak. Kami juga merasa tak melakukan apapun ke dia. Memang, kami tak pernah merestui hubungan dia dengan Dinar, sebab dia seseorang yang pemalas. Apagi di tambah dengan dia yang selalu meminta uang yang berlebihan ke Dinar. Jadi, wajar kami selalu meminta dia untuk menjauhi adik kami," jawab Andre.