Mata Damian membulat. Dia fikir, perasaan Mentari tidak sedalam itu, ternyata dia terlalu cepat menilai. Curhatan yang tadinya dia dengarkan setengah hati kini menarik seluruh atensinya. "Apa yang kamu katakan itu ibarat dari filosofi kasar dari pohon kelapa. Yaitu mampu berkorban untuk orang lain dan tidak peduli dengan kebahagiaan sendiri. Tapi kamu tau, prespektif itu malah semakin membuat kamu merasa tidak berarti. Kalau kamu mencintainya, mulai lah dengan mencintai diri sendiri. Buat dirimu pantas untuknya. Jangan melulu berfikir untuk menyerah!" Bagaikan bebatuan diriaknya sungai. Semangat Mentari bergejolak tidak terkendali. Seluruh perasaan yang sebelumnya mengganggunya. Perlahan terurai seiring mendapat pemecahan persoalannya dari bibir Damian. Lelaki itu menyuruh Mentari men