1 - Hamil

935 Kata
Lima tahun kemudian, di sebuah kamar yang merupakan kamar utama. "Tuan bagaimana ini saya hamil." Mia berkata dengan sendu, air matanya berderai membasahi pipinya. "Apa! Kamu pasti salah! Itu tidak mungkin!" Leo menggusar wajahnya kasar. "Tapi itu kenyataannya tuan, bahkan saya sudah memeriksakan diri ke bidan. Katanya saya positif hamil enam minggu," lanjut Mia dengan yakin. Sesekali dia menyeka air matanya yang terus berderai membasahi pipinya. "Hanya ada satu cara!" Leo berkata dengan tajam. Mia mendongakan wajahnya menatap wajah tampan Leo, majikannya. "Gugurkan bayi itu, tapi harus ke dokter ahli!" ucap Leo dengan yakin. "Apa!" Mia menatap Leo dengan tak percaya. "Saya tidak mau membunuh anak ini!" mengelus perutnya yang masih rata itu. "Tapi saya tidak mau Fira tahu! Saya tidak mau berpisah dengannya!" Leo semakin gusar. "Nyonya orang yang sangat baik, saya yakin dia bisa memaafkan kita. Seperti saat dia memaafkan Salma dulu." Mia meyakinkan Leo. Mengingat Salma, Leo jadi sedikit iba. Menurut kabar wanita mantan istrinya itu jadi depresi dan saat ini belum sembuh total. "Aku tidak yakin, dia akan memaafkanku kali ini." Leo menjambaki rambutnya sendiri, dia frustasi. Sementara dari kejauhan ada yang memperhatikan mereka, dengan tatapan nanar penuh rasa sakit. Dia adalah Fira, istri Leo. "Mas Leo! Mia!" Fira berkata dengan tajam sambil melangkahkan kakinya menuju ke arah mereka. Mendengar suara yang tidak asing itu, membuat Leo dan Mia sontak menoleh ke sumber suara. "Fir!" Leo langsung pucat pasi, menatap istrinya yang begitu mencintainya dan setia kepadanya selama ini. Glekkk Leo dan Mia seakan tercekat, tenggorokan mereka mendadak kering. Kini Fira sudah berdiri di hadapan Leo dan Mia. "Sejak kapan kamu pulang?" tanya Leo dengan gelisah. Seharusnya, Fira pulang jam lima sore dari ruko nya. Tapi, ini bahkan baru jam sepuluh pagi. Sebenarnya, entah kenapa Fira ingin pulang lagi dan tak minat bekerja. Mungkin ini sudah jalan dari yang Maha Kuasa, agar Fira tahu kelakuan suami dan art nya itu. "Sejak tadi, sehingga aku bisa tahu kelakuan busuk kalian di belakangku!" Fira masih berusaha bersikap tenang. Leo dan Mia bungkam seribu bahasa. "Aku sudah memberikanmu kesempatan yang banyak mas! Bahkan aku rela di caci keluargaku karena mempertahankan rumah tangga kita! Tapi apa yang kamu buat! Kamu sudah menghianati aku! Aku sudah pernah bilang padamu waktu itu, kalau sekali lagi kamu berkhianat maka aku tak akan memaafka mu lagi! Fira berkata dengan berapi-api, sekuat tenaga menahan amarahnya. Tapi, saat ini ternyata ia tak sanggup membendungnya lagi. "Sayang, maafkan mas sekali lagi! Ini salah, mas khilaf!" Leo melangkahkan kakinya yang agak pincang pasca kecelakaan beberapa tahun yang lalu itu ke arah Fira. Dia berusaha memeluk Fira. Namun Fira segera menepisnya sekuat tenaga, membuat Leo terhuyung ke belakang. "Jangan sentuh aku lagi!" Fira berkata dengan suara yang ketus dan mata memerah yang menatap tajam. Leo berusaha membujuk Fira agar memaafkannya. Sayang sekali, Fira yang sekarang bukanlah Fira yang dulu. Kalau dulu, Fira gampang luluh. Maka sekarang, dia sulit sekali untuk ditaklukkan. Mungkin efek dari seringnya hatinya terluka, oleh perbuatan Leo suaminya itu. Kini tatapan Fira mengarah kepada Mia. "Dan kamu Mia! Aku tidak menyangka kamu Setega ini! Aku bahkan tidak memperlakukan mu seperti pembantu! Aku sudah menganggapmu adikku sendiri!" Fira berkata dengan suara keras memekik, hingga gemanya memenuhi seisi kamarnya. Mia hanya terisak-isak merasa bersalah, tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. "Maaah!" Terdengar suara seorang anak kecil memanggilnya. Fira menoleh, diambang pintu tampak Tiara yang kini sudah berusia sembilan tahun dan Rayyan anak lelakinya yang kini sudah genap lima tahun sedang berdiri. "Maaam!"pekik Rayyan, anak itu langsung berlari memeluk Fira. Fira segera menangkap tubuh Rayyan dan memeluknya erat. Air matanya tiba-tiba saja menetes membayangkan kedua anaknya tak akan mempunyai keluarga yang utuh. "Sayang," Leo merengkuh bahu Fira. Dengan cepat Fira menepis tangan Leo, " Pergilah kalian dari rumah ini! Aku tak mau lagi hidup denganmu dan tak mau lagi melihat kalian!" Fira berkata dengan nada tajam tanpa menatap Leo sama sekali. Mia masih diam sambil terisak. "Maam!" Tiara sudah sembilan tahun, sedikitnya dia paham kalau orangtuanya sedang bertengkar. Tapi karena apa? Dia bingung. Fira menatap Tiara dengan sedih. Saat masih kecil Tiara sudah sering merasakan pedih dan kesedihan akibat ayahnya yang lebih memilih sering tinggal dengan Salma. Dia tak mau Tiara kembali merasakan hal yang sama. Dan Rayyan, dia tak mau Rayyan merasakan hal yang sama seperti yang pernah Tiara rasakan. Punya ayah, tapi ayahnya lebih memilih tinggal dengan wanita lainnya yang bergelar istri. "Aku tak akan mengulangi kesalahanku lagi mas!" gumam Fira dalam hatinya. Tiara memeluk mamanya," Maam jangan bertengkar." Tiara berkata lirih. Fira menyeka pipinya yang basah. "Fir setidaknya demi anak-anak maafkan aku." Leo berkata dengan lembut. "Demi anak-anak! Dulu dengan alasan anak-anak, aku memaafkanmu mas. Aku memang terlalu naif dan bodoh!" Fira tersenyum getir. Sementara itu, Bi Ijah yang sedang membawa kopi untuk Rizki anak sulungnya, dan Parman suaminya, tanpa sengaja mendengar suara ribut-ribut dari kamar utama. "Pak, Ki. Sepertinya nyonya sedang bertengkar dengan tuan." Bi Ijah tampak khawatir. "Bertengkar, kok bisa. Rasanya selama beberapa tahun terakhir ini mereka begitu mesra dan bahagia. Kenapa mereka bertengkar?" Rizki menatap ibunya heran. "Ibu takut Mia penyebabnya!" Bi Ijah semakin gelisah. "Maksudnya?" Pak Parman dan Rizki bersamaan. "Mia sepertinya terlalu akrab dengan Tuan Leo. Ibu sudah sering mengingatkannya, tapi dia malah ngeyel dan tidak peduli pada perkataan ibu." Bi Ijah mengesah, takut apa yang ada dalam pikirannya terjadi. Fira cemburu pada Mia anaknya. "Apa perlu kita kesana?" Pak Parman menanggapi. "Iya, soalnya tadi ibu dengar nyonya Fira menyebut nama Mi," jawab bi Ijah cemas. Akhirnya mereka bertiga menuju kamar utama. Mereka mematung di ambang pintu saat mendengar apa yang Fira katakan. "Mas kamu ..,"ujar Fira dengan tajam, sementara di pelukannya ada Rayyan dan Tiara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN