Dosen Kaku nan Dingin

1397 Kata
Seorang mahasiswi tengah berjalan seraya memeluk buku tebalnya di koridor kampusnya itu. Sampai sebuah suara menghentikan langkahnya. “Becca..." Aldebaran melihat ke arah Sandrina yang sedang memanggil temannya. Aldebaran tau Becca adalah sahabat Sandrina sejak mereka sama-sama menginjakkan kaki pertama kali di kampus itu, dan juga Becca adalah kekasih adiknya sendiri, Althar. Tak hanya sekedar pacar biasa, Becca dan Althar bahkan tinggal bersama, tak jarang jika Althar menjalankan tugas di luar daerah maka Becca akan menginap di rumah mereka. Hanya sebatas itu yang Aldebaran tau, selama ini dia tidak pernah terlibat interaksi apapun dengan Becca kecuali saat gadis itu menyapanya dan tak ingin mau tahu tentang hubungan gadis itu dengan saudaranya. Satu hal penting yang Aldebaran tau Becca adalah seorang gadis murahan yang tak tahu malu karena tinggal seatap dengan pria yang hanya berstatus kekasihnya itu. Merasa namanya di panggil, gadis bernama lengkap Rebecca Eveline Anatavia itu menoleh ke sumber suara, dia tersenyum melihat sahabatnya sekaligus adik kesayangan kekasihnya yang berjalan berdampingan bersama Aldebaran, sang dosen yang tak lain juga adalah kakak kekasihnya. Becca memang terikat dalam satu hubungan dengan satu keluarga. “Selamat pagi Pak Al.” Ujar Becca menyapa Aldebaran dengan sopan. Hanya saja Aldebaran memasang wajah tak senangnya. Entah kenapa setiap kali melihat gadis itu Aldebaran merasa kurang nyaman. “Pagi” Jawab Aldebaran datar. “Ingat, jangan sampai telat masuk ke kelas." Bisik Aldebaran di telinga Sandrina sebelum dia benar-benar meninggalkan kedua gadis itu dan pergi ke ruangannya. “Oke.” Jawab Sandrina seraya tersenyum ceria, sementara Becca hanya menundukkan kepalanya, ia akan merasa risih jika harus menatap wajah dosennya yang satu itu. “Bec nanti ke salon ya, kita memanjakan diri. Tenang aja mas Aldebaran bakal anterin kita. Nanti kita belanja sepuasnya. Mas Al yang traktir, bang Athar masih di luar kota ya Bec?” Ujar Sandrina kepada Becca. “Ya San, mas Althar masih di luar kota. Memangnya dia nggak ngasi kabar ke kamu atau sama mommy?" tanya Becca. "Ngabarin, sih tapi pengen nanya aja ke kamu juga. Nggak ah, aku nggak enak sama Pak Al.” Jawab Becca menolak. Becca merasa tidak enak kepada Aldebaran karena setiap Sandrina mengajaknya berbelanja atau ke salon pasti akan menggunakan kartu milik Aldebaran karena pasti Sandrina juga akan menggunakan kartu yang sama untuk membayarkan tagihan atau belanjaan Becca. “Nggak enak kenapa, santai aja kali Bec. Mas Aldebaran itu uangnya banyak. Kalau cuma buat belanja kita dan perawatan mah nggak bakal abis.” Jawab Sandrina santai. Becca bisa memaklumi sifat Sandrina yang cenderung boros baginya itu. Biar bagaimana pun Sandrina lahir dan besar di keluarga yang sangat kaya. Berbeda dengan dirinya yang hanya mengandalkan uang peninggalan dari almarhum orang tuanya. Namun tetap saja Becca tak bisa melakukan itu karena sang pacar pasti tak akan suka. Orang tua Becca memang sudah meninggal sejak 3 tahun lalu dimana saat itu dia masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Dan untungnya orang tua Becca juga sudah mempersiapkan asuransi pendidikan untuknya hingga jenjang kuliah. Kenapa Becca tidak tinggal dengan om atau tantenya? Tidak, Becca tidak ingin merepotkan mereka. Lagi pula Becca juga merasa kalau dia sudah cukup dewasa untuk bisa mengurus dirinya sendiri. “Tapi San.." Becca menghentikan ucapannya ketika Sandrina dengan cepat memotongnya. “Sudah pokoknya nanti kamu temenin aku ke salon sekalian kita jalan-jalan, okey. Sekarang kita ke kelas dulu, nggak asik kan kalau kita telat terus di hukum sama Mas Aldebaran.” Sandrina menghentikan ucapan Becca yang masih akan mencari alasan untuk menolak ajakannya. Sebagai dosen, Aldebaran memang sangat tegas. Dia tidak mentolerir kalau ada mahasiswanya yang datang telat saat kelasnya, apalagi keterlambatan mengumpulkan tugas. Dan itu juga berlaku untuk Sandrina meskipun gadis itu adalah adiknya sendiri. Di rumah mungkin Sandrina bisa melakukan hal sesukanya dan meminta apapun yang dia mau kepada Aldebaran, dan sudah pasti Aldebaran akan mengabulkannya. Tapi berbeda saat Sandrina menjadi mahasiswanya, Aldebaran akan memperlakukan Sandrina sama seperti mahasiswa lainnya. Seperti biasa, kelas akan menjadi sangat tenang jika Aldebaran yang mengajar. Tidak ada yang berani membuat kebisingan apalagi kegaduhan, kalau mereka tidak ingin dipaksa untuk keluar dan pada akhirnya mendapat nilai terburuk, D bahkan E. ***** “Saya rasa sudah cukup untuk hari ini. Selamat siang.” Sang dosen tampan nan kaku itu mengakhiri materi kuliahnya. Aldebaran adalah seorang dosen manajemen keuangan. Mendengar Aldebaran mengatakan itu semua mahasiswa langsung bisa menghela nafas lega. “Gila ya Pak Al, dari tadi gue tahan nafas karena nggak kuat sama kegantengan dia." Ujar salah satu teman Sandrina di kelas ini. “Masa ya sih mas Al seganteng itu, mata mereka katarak kali ya. Wajah mas Al saja kaki begitu di bilang ganteng.” Bisik Sandrina kepada Becca. Menurut Sandrina, kakak-kakaknya memang termasuk dalam kategori tampan.Tapi tidak setampan itu sampai membuat semua kaum hawa terpesona. Ya, dibalik sikapnya yang terlalu tegas dan sedikit menyebalkan. Ternyata cukup banyak mahasiswi yang menyukai Aldebaran. Hampir semua mahasiswi di kampus ini malahan. “Tapi Pak Al emang ganteng San.” Jawab Becca santai. “Eh awas lho di denger bang Althar habis kamu. Atau mungkin kamu mau mencoba berpindah kelain hati, suka sama mas Aldebaran?" Goda Sandrina tiba-tiba. Dengan cepat Becca menggelengkan kepalanya. “Eh nggak lah. Kamu mah ada-ada saja bisa mati di tempat aku ditodong sama bang Althar mu itu, di bandingkan dengan suka aku justru lebih ke arah takut kalau sama Pak Al. Walaupun dia nggak punya pistol tapi dia lebih menyeramkan dari bang Althar. Dia bisa di bilang membunuh tanpa menyentuh, tuh lihat saja teman-teman kita pada sesak nafas di buat.” Jawab Becca membuat Sandrina tertawa mendengar penuturan Becca. “Menakutkan apanya? Emang sih mas Aldebaran wajah dan sifatnya dingin. Tapi aslinya baik kok. Aku aja nggak pernah dimarahin sama mas Aldebaran, malah lebih sering di marah sama bang Althar.” Ujar Sandrina kepada Becca. “Iya kan kamu adik kesayangannya gimana mau di marah. Ya udah yuk ke kantin dulu. Aku belum sarapan tadi pagi.” Ujar Becca seraya beranjak dari kursinya. “Ya ampun, nggak sarapan lagi? Harusnya tadi pagi tuh telfon aku biar aku bawain nasi goreng buatan Mommy.” Ujar Sandrina kepada Becca. Sandrina tau kebiasaan buruk sahabatnya yang jarang sarapan apalagi ketika Becca di tinggal dinas luar seperti ini, hanya saja karena mas Al yang mengajaknya berangkat lebih awal dari biasanya membuat Sandrina lupa saat akan membawakan Becca sarapan. “liihh, nggak usah. Aku nggak mau ngerepotin terus San.” “Kata siapa ngrepotin, bahkan kalau dalam seminggu kamu nggak main ke rumah kamu terus dicariin sama Mommy loh Bec." Mommy Dila memang sangat menyayangi Becca. Dia sudah menganggap Becca seperti anaknya sendiri. Apalagi Becca hidup sendirian selama ini, di tambah lagi Becca juga adalah calon menantunya. Tidak jarang Mommy Dila juga mengirimkan makanan ke rumah Becca untuk putra dan juga kekasihnya itu. Dari cerita Sandrina, Mommy Dila tau kalau Becca jarang makan karena terlalu sibuk dengan kuliah dan mengajar untuk anak-anak putus sekolah di rumahnya. Namun saat ini kegiatan mulianya itu sedang libur karena Becca benar-benar sibuk sekarang. “liih jadi kangen Mommy deh. Besok ya kalau udah agak longgar waktunya.” Ujar Becca kepada Sandrina. “Ya udah ayo ke kantin. Aku temenin kamu sarapan dulu." Ujar Sandrina seraya menarik tangan Becca. Becca memilih untuk memesan bakso beranak pak Mamat untuk sarapan. Makanan di kantin kampus memang cukup murah. Satu mangkuk bakso beranak dengan porsi penuh hanya dihargai 10 ribu saja. Selain murah rasanya juga sangat enak membuat Becca lebih suka sarapan di kantin kampus. “Kamu mau pesen apa? Biar sekalian aku pesenin." Ujar Becca kepada Sandrina. “Batagor aja Ka sama es jeruk.” Jawab Sandrina. “Oke.” Setelah menghabiskan makanannya, Sandrina dan Becca segera kembali ke kelas untuk memulai mata kuliah berikutnya. Hari ini hanya 2 mata kuliah saja, jadi setelah ini Sandrina bisa langsung mengajak Becca ke Mall untuk nyalon. Baru saja jam kuliah Sandrina dan Becca selesai, Sandrina mendapatkan pesan dari Aldebaran. Mas Aldebaran Dek, Abang harus ke kantor. Maaf nggak bisa anter kamu. Kartunya udah Abang taruh di laci tempat biasa, kamu ambil saja sendiri ke ruangan mas ya. Selain sibuk mengajar di kampus, Aldebaran juga sibuk membantu sang Daddy mengurus perusahaannya. “Mas Aldebaran nggak jadi nganterin, kita naik taksi aja yuk.” Ujar Sandrina memberitahu Becca. Becca menganggukan kepalanya. Jujur dalam hati dia merasa senang karena tidak jadi pergi bersama Aldebaran. Seperti yang Becca bilang tadi, dia takut setiap harus bertemu dengan kakak dari kekasih sekaligus kakak sahabatnya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN