42. Yogyakarta - 2

1823 Kata

Pukul sepuluh kurang lima belas menitan, Desya sudah mengantarkanku pulang sampai depan gerbang. Sejak makan malam, kami hanya menghabiskan waktu di titik nol kilometer. Desya yang sempat menghilang untuk sesaat, kembali lagi ketika tangisku sudah benar-benar berhenti. Dia tidak bertanya apa pun. Dia bertidak seolah-olah tidak tahu. Dia benar-benar menjaga perasaanku. Anak itu ternyata lebih dewasa dari yang kukira. “Beneran enggak mau mampir dulu, Des?” “Udah malam, Mbak. Gampang. Selain enggak enak, aku juga harus segera pulang ke kos. Aku butuh laporan ke Mama soalnya.” “Oh, iya. Ya udah, enggak papa. Makasih banyak, ya.” “Sama-sama Mbak. Aku duluan!” “Oke.” Aku membuka gerbang, lalu menutup dan menguncinya. Mas Danish sudah mengirim pesan kalau aku pulang, gerbang harus digembok

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN