Entah sudah berapa lama Saska memperhatikan Ara dalam diam. Sial! Ia justru tak bisa berkonsentrasi karena matanya selalu memintanya mengamati wanitanya walau hanya sekilas. Seakan Ara adalah tontonan gratis yang sayang untuk dilewatkan. Ia memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Ara. Mulai dari membuka map, mempelajarinya, hingga mengetikkan angka dan huruf di atas keyboard dengan jari lentiknya. Sampai jari-jemari Ara yang berhenti menari dan wajahnya yang terlihat frustasi membuatnya menegakkan punggungnya. "Jika ada yang tak kau ketahui, kau boleh bertanya," ujar Saska dengan suaranya yang padat. Ara hanya meliriknya sekilas dan keringat terlihat menetes melewati pelipisnya. Terserah jika ia akan bau nanti, ia tidak peduli. Ia kembali pada layar komputer di hadapannya dengan keni