Teror Hantu
Suara Meresahkan di Kamar Tamu
Bab 1 : Teror Hantu
"Pa, di rumah kita kayaknya ada hantu deh," ujar Arsha, putri pertamaku yang kini duduk di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama.
"Iya, Pa, Arka juga ngira gitu deh .... " timpal putra keduaku, dia kelas 5 Sekolah Dasar.
"Masa sih?" tanyaku acuh sambil terus menyendok nasi goreng ke mulut.
"Iya, Pa, tiap tengah malam ... sering terdengar suara aneh dari kamar ruang tamu yang di pojok," ujar Arsha lagi.
"Bukan hanya suara aneh, kadang juga seperti ada suara benda jatuh, padahal 'kan ... kamar itu kosong." Arka menyudahi sarapannya.
"Hmm ... Akan papa pikirkan masalah ini. Cepat habiskan sarapan kalian dan setelah itu berangkat sekolah sama Om Riko," jawabku akhirnya saat melihat Riko menuruni anak tangga dan menuju ke meja makan.
Riko, dia adikku yang menumpang tinggal bersama kami karena dia kuliah di Kota ini sebab rumah orangtuaku berada di kota yang berbeda.
"Arsha, Arka, udah belum sarapannya?" tanya istriku sambil menggendong anak ketiga kami yang berusia tiga tahun.
"Udah, Ma," jawab Arsha dan Arka serempak sambil bangkit dari depan meja makan lalu beranjak meninggalkan ruang makan.
"Cepat pasang sepatu dan tasnya!" perintah istriku lagi sambil mengekor di belakang Arsha dan Arka.
Hari-hari berjalan seperti biasa, kami keluarga bahagia dan lengkap dengan tiga orang anak. Istriku juga baik dan penyayang. Dia selalu mengurus anak-anak kami sambil menghendel pekerjaan rumah tangga juga.
Setahun ini, tugas untuk mengantar Arsha dan Arka kualihkan ke Riko semenjak ia tinggal di sini dan ia pun tak keberatan. Aku adalah staf keuangan di salah satu perusahaan kelapa sawit di kotaku. Karena beban tugas ini, tak jarang aku sampai lembur hingga tengah malam jika sudah akhir bulan karena banyaknya laporan yang harus dikerjakan. Kadang juga, kalau malas pulang, aku akan menginap di mes kantor karena jarak rumah dan tempat kerjaku lumayan jauh.
***
"Ya ampun, Arka! Kamu ini udah gede, kok masih ngompol di tempat tidur sih? Mama ini capek, kerjaan rumah banyak, mana harus mengurusi adikmu dan kini malah harus mencuci kasur bekas ompolanmu!" Pagi ini terdengar suara omelan istriku dari kamar Arka.
Setelah berpakaian rapi, kuhampiri Arka yang sedang duduk di pojok ruangan dengan meringkuk memeluk lututnya. Sedangkan istriku, dia sudah melangkah menuju dapur. Wajahnya terlihat sangat kesal dan aku bisa memahami perasaannya, dia capek dan aku tahu itu tapi bukan maksudku juga membebaninya dengan semua urusan rumah tangga dan anak. Aku sudah pernah menawarkan untuk memperkerjakan seorang pembantu, tapi ia menolak.
"Hey, kenapa? Sini!" panggilku kepada Arka sambil duduk di depan kursi belajarnya.
Arka bangkit dari pojok ruangan kamarnya lalu mendekat dengan tampang bersalah. Aku kasihan melihatnya, memang sih dia salah karena mengompol di kasur tapi ia pasti punya alasan melakukan ini.
"Arka ngompol, Pa, mama marah," jawabnya sambil melirik tempat tidur dengan sprei motif spaiderman itu.
"Kok bisa ngompol? Bisanya juga nggak .... " tanyaku sambil mengusap kepalanya.
"Tadi malam ada hantu lagi, Pa, Arka nggak berani bangun untuk pipis ke kamar mandi." Dia menjawab dengan wajah yang hampir mau menangis.
"Hantu dari kamar tamu itu lagi?" tanyaku.
Arka mengangguk. Hmm ... Aku jadi penasaran. Memang sih, tadi malam aku pulang lembur udah pukul 02.00 sebab teman kantorku ada yang sakit jadi semua pekerjaan aku yang harus menghendlenya.
"Ya sudah, nanti akan Papa selidiki hantunya, sekarang buruan mandi dan bersiap ke sekolah. Masalah Mamamu marah, kamu harus minta maaf dan mengaku salah sebab mengompol di kasur dengan usia yang sudah segede kamu emang salah, Nak," ujarku menasehatinya.
"Iya, Pa, Arka sadar, Arka emang salah." Putra keduaku itu menundukkan kepalanya.
"Ya sudah, sana mandi. Papa tunggu di meja makan. Hari ini biar Papa yang akan antar kamu ke sekolah," ujarku lagi.
Arka mengangguk, wajahnya sudah tak setegang tadi. Syilvina keterlaluan juga, langsung memarahinya tanpa meminta penjelasan. Dan masalahnya, Arka ngompol karena ia takut untuk ke kamar mandi, semua karena hantu di kamar tamu. Awas saja itu hantu, berani sekali mengganggu ketenangan di rumah ini.
"Sayang, Arka jangan diomelin lagi. Dia udah minta maaf dan katanya nggak sengaja ngompol. Besok-besok dia udah janji, nggak akan ngompol lagi," ujarku kepada Syilvina saat menghampirinya di meja makan.
"Hmm ... heran aku, Bang, adiknya aja Si Arshi udah nggak ngompol lagi. Eh, dia malah yang ngompel, kesal aku." Syilvina kembali mengomel.
"Ya sudah, jangan ngomel terus, nanti cepat tua." Aku menarik tangannya untuk mendekat ke arahku, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, memastikan nggak ada anak-anak yang melihatku memeluk mamanya.
Riko terlihat berbalik saat hendak menuju dapur, segera kulepaskan pinggang istriku.
***
Siang ini, pas jam istirahat kantor, kusempatkan untuk pergi ke toko yang menjual alat cctv dengan maksud untuk dipasang di kamar tamu yang kata dua anakku ada hantunya. Akan kurekam penampakan hantu yang telah mengganggu ketentraman rumah tanggaku yang sudah aman dan tenang ini.
Aku sangat penasaran akan jenis hantunya, apakah jin atau kuntilanak. Kata temanku, hantu itu bisa terekam kamera CCTV dan aku akan merekam penampakan makhluk asral itu.
Bersambung ....