Part 29

1502 Kata
Acara makan malam sekaligus membahas masalah perjodohan antara Jessica dan Jana pun berujung batal karena kejadian yang tak terduga dari Jessica. Saat dokter pribadi keluarga Winata tiba, keluarga Jana berpamitan kepada si pemilik rumah. Biarlah masalah perjodohan lain waktu dibicarakan. Mereka paham saat ini pasti keluarga Winata akan lebih fokus pada kesehatan Jessica. "Gimana? Masih pusing atau mual?" tanya mama Rika seraya mengurut tengkuk sang putri yang sudah dibaluri minyak aromaterapi. Ibu mana yang tak khawatir melihat anaknya jatuh sakit. Apalagi akhir-akhir ini imun Jessica menurun dan beberapa kali putrinya sering sekali jatuh sakit. "Udah agak enakan kok, Ma," ucap Jessica. "Maaf ya, tadi Mama maksa kamu buat hadir di acara makan malam itu. Harusnya tadi Mama izinin kamu istirahat aja di kamar, jadi kondisi kamu enggak ngedrop kayak gini," kata mama Rika. Beliau merasa bersalah karena lebih mementingkan perasaan keluarga teman lama suaminya itu. Padahal kondisi putrinya 'lah yang harus dia utamakan. Jessica tersenyum, lalu membawa tangan sang mama ke dalam genggamannya. Dalam hati ia merasa tidak enak karena telah membohongi mamanya. Ia merasa berdosa sekali. Namun bagaimana lagi, jika tidak seperti itu maka malam ini bisa jadi perjodohan itu akan dibahas. "Enggak apa-apa kok, Ma. Justru Jessi yang harusnya minta maaf sama Mama dan papa karena gara-gara Jessi pingsan, semuanya jadi kacau," balas Jessica. "Udah, enggak usah dipikirin lagi. Yang udah terjadi enggak usah diungkit lagi. Lagian acara makan malamnya bisa diatur lain waktu lagi," kata mama Rika yang seketika membuat Jessica terdiam. "Ck, padahal barusan gue udah berhasil bikin acaranya kacau. Mereka mau ngadain lagi pertemuan. Kalau gini gue harus nyusun rencana besar biar perjodohan itu enggak terjadi. Kasihan Jessica kalau harus terikat sama cowok modelan kayak si Jana," batin Devan. Jessica pun langsung mengubah raut wajahnya. Ia menatap mama Rika dengan kerutan di dahinya, seolah bingung dengan perkataan mamanya. "Emangnya ada apa, sih? Kok kayaknya pertemuan dengan keluarga Jana penting banget? Papa lagi mau kerja sama bisnis, ya, sama papanya Jana?" FYI, selain menjadi anggota perwira TNI AD, papa Winata memiliki pekerjaan sampingan. Beliau memiliki usaha dibidang garment yang berfokus membuat pakaian wanita, jaket, dan juga celana. Sebenarnya pekerjaan antara papa Winata di dunia Devan dengan di dunia Jessica, sangatlah berbeda. Jika di dunia Devan papa Winata berprofesi sebagai CEO di maskapai penerbangan Tiger Air, di dunia Jessica papa Winata justru berprofesi sebagai abdi negara. Mama Rika menggelengkan kepalanya. "Bukan." "Terus apa? Enggak mungkin 'kan cuman kangen-kangenan doang?" Jessica terus mendesak mamanya agar mengatakan yang sebenarnya tentang pertemuan itu. Hitung-hitung ia sedang mencari informasi terkait perjodohan itu. Jika ada celah, ia akan memanfaatkan celah itu untuk mengacaukan perjodohan itu. Kalau bisa ia ingin orang tua Jana mengetahui kebusukan putra kesayangannya itu. Mama Rika menghela napasnya berat. Tentu saja ia merasa berat menyampaikan informasi ini, karena ia sangat yakin Jessica pasti tidak akan menerima rencana yang telah disusun rapi dari jauh-jauh hari oleh suaminya dan papanya Jana. Lagi pula siapa yang mau dijodohkan di zaman sekarang? Ia juga merasa putrinya masih bisa mencari jodohnya sendiri. Dan lagi entah kenapa ia merasa kurang srek dengan Jana. Feelingnya mengatakan jika Jana bukanlah laki-laki yang baik untuk putrinya. Apalagi melihat gelagat mama Jana yang membuatnya muak. Ia tidak bisa membayangkan jika Jessica mendapat mertua secerewet mama Jana. "Ma!" Mama Rika terkesiap. Ia pun kembali memusatkan atensinya kepada Jessica yang menatapnya kesal. "Eh, maaf, Sayang. Kenapa?" Jessica menghela napasnya, lalu menggelengkan kepalanya. Menurutnya percuma ia mendesak mamanya karena ia yakin mamanya tidak akan membocorkan masalah perjodohan ini, lantaran takut ia tidak bisa menerima perjodohan itu. "Jes, terakhir kali kamu ketemu sama Jana kapan? Apa kalian masih sering kontekkan sampai hari ini?" tanya mama Rika. Jessica mengerutkan keningnya. Kenapa mamanya tiba-tiba menanyakan tentang hal itu? Apakah mamanya sudah curiga kepadanya? Jika iya, maka itu semua dapat mengacaukan rencananya. "Emangnya kenapa, Ma?" tanya Jessica dengan kerutan di dahinya. "Enggak kenapa-kenapa, kok. Mama cuman penasaran aja," jawab mama Rika, pasalnya sudah lama kedua sahabat putrinya tidak terlihat batang hidungnya. Sewaktu zaman sekolah Reyhan dan Jana sering kali bolak-balik rumah ini. Bahkan tak jarang mereka menginap di sini dan bermain PlayStation dengan Farel hingga larut malam. Jessica menghela napasnya. Setahunya memang pemilik tubuh asli ini sudah lama lost contact dengan Reyhan dan Jana. Bahkan di kontak ponsel Jessica tak ada kontak Jana atau pun Reyhan. Jessica benar-benar memutus hubungan dengan mereka berdua. "Kalau sama Jana, iya aku udah lost contact. Terakhir kali kita berhubungan waktu masih sekolah," ucap Jessica. "Tapi kalau sama Reyhan aku masih saling berhubungan, soalnya dia sama aku kerja satu perusahaan. Reyhan jadi pilot di Tiger Air dan aku sering ketemu, walaupun udah lama enggak saling ngechat," sambung Jessica. Mama Rika tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya mendengar penuturan Jessica. "Reyhan itu yang mukanya mirip kayak orang Arab, ya?" Jessica menganggukkan kepalanya. "Iya." Mama Rika tidak bisa menyembunyikan gurat senyumnya. Dibandingkan dengan Jana, lebih baik putrinya bersama Reyhan saja. Ia lebih mengenal Reyhan dan anak itu saat masih duduk di bangku SMA sangat santun sekali dan ia dengar juga Reyhan merupakan murid kebanggaan sekolah. "Kalau gitu nanti ajak Reyhan main lagi ke sini," ucap mama Rika. "Iya, Ma." Jessica tak bisa menyembunyikan senyumannya. Setelah mendengar penuturan mamanya barusan. Secara tidak sadar mamanya lebih menyukai Reyhan dibandingkan dengan Jana. Syukurlah jika begitu, jadi ia merasa jauh lebih tenang dan semangat lagi membatalkan perjodohan itu. "Asyik, mencium bau-bau kemenangan," batin Jessica. *** Sedangkan di sisi lain Jana uring-uringan karena rencana pembahasan tentang masalah perjodohan itu batal gara-gara kondisi Jessica yang tiba-tiba saja drop. Setelah sampai rumah, ia baru menyadari sikap Jessica tadi sedikit janggal. Tiba-tiba saja pikirannya langsung tertuju kepada penolakan-penolakan yang selama ini Jessica berikan kepadanya. Jadi, ia sedikit menaruh rasa curiga kepada Jessica tadi. Jana terkesiap saat ada yang menepuk bahunya. Saat ia menoleh ternyata mamanya 'lah pelakunya. Jana pun kembali menaruh atensinya pada bulan yang malam ini bersinar sangat indah sekali. Namun sayang keindahan langit malam ini tidak seindah hatinya. "Jangan sedih, dong. Kan masih ada lain waktu. Papanya Jessica juga udah fiks bakal terima kamu. Jadi kamu enggak usah banyak pikiran. Kalau udah waktunya pasti kerjaan datang terus," ucap mama Jana. Sebagai seorang ibu, mama Jana pasti tahu keresahan yang dirasakan putranya. Putranya dari dulu sangat mencintai Jessica. Bahkan mungkin sudah bisa dikatakan terobsesi dengan Jessica karena saat memasuki kamar laki-laki itu, beliau banyak mendapati potret Jessica. "Ma, gimana kalau misalkan Jessica nolak? Atau enggak dia kelihatan terpaksa gitu nerima perjodohan ini?" Pikiran-pikiran negatif seketika memenuhi pikirannya. "Enggak usah pesimis, ah. Kalau jodoh enggak akan ke mana," ucap mama Jana. "Ya udah sana tidur, gih, ini udah malam," sambung mama Jana. Jana menganggukkan kepalanya. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sebelum ia benar-benar memejamkan matanya, mengarungi alam mimpi, ia mengambil sebuah figura yang berisi potret Jessica yang cantik sekali dengan seragam maskapai yang tengah ia pakai. Jana memiliki foto tersebut yang diambilnya diam-diam. Tindakannya barusan bisa dikatakan stalker dan mengganggu privasi orang lain. Jika diperkarakan Jana bisa masuk penjara karena melanggar privasi orang lain. "Mungkin bagi kamu tindakan yang aku lakukan selama ini terlihat buruk dan b******k. Namun satu hal yang harus kamu tahu, di balik semua itu aku benar-benar sayang sama kamu," ucap Jana. Netranya tak lepas memandang potret cantik Jessica. Jana tersenyum, lalu mengusap figura itu dengan lembut. Ia harap malam ini ia memimpikan Jessica. Benar kata mamanya, Jana itu memang terobsesi sekali dengan Jessica. Bahkan sepertinya Jana rela terluka demi Jessica. *** Kepulan asap memenuhi ruangan ini. Ini kalau ada Jessica pasti wanita itu akan uring-uringan, karena dia tidak menyukai asap rokok. Ah, mengingat kembali wanita itu, ia merasa Jessica benar-benar beruntung. Kehidupan sederhana yang selama ini jarang diketahui oleh khalayak umum akhirnya orang lain tahu. "Rey, mau sampai kapan lo berharap sama Jessica? Udah deh, move on aja. Lagian lo udah tunangan. Enggak kasihan apa sama Natasha," tanya Farhan. Terkadang Farhan sudah tidak habis pikir dengan Reyhan. Laki-laki itu yang selama ini sering sekali terlibat abai dengan keberadaan Jessica, justru diam-diam sering memperhatikannya. Selain itu Reyhan juga sudah mempunyai tunangan. Dan tunangannya itu tak jauh lebih baik dari Jessica. "Rey, ini menurut gue, ya. Mau lo dengerin silakan, mau enggak juga enggak kenapa-kenapa. Menurut gue, ya, mendingan lo sama Natasha aja, deh. Udah jelas hubungan kalian direstui oleh kedua belah pihak. Kalau sama Jessica belum tentu lo diterima dengan baik sama keluarganya," ucap Farhan. Ia mencoba berbicara pakai logika dan biasanya tebakannya itu selalu tepat sasaran. Reyhan tercenung selama beberapa saat. Ya, memang benar sih, apa yang dikatakan oleh Farhan. Namun makin hari makin lama, hati tidak bisa dibohongi. Sejauh ia mencoba menghilangkan perasaannya kepada Jessica, justru rasa cintanya malah semakin besar. Bunyi dering ponsel Farhan memecahkan keheningan di antara mereka. Laki-laki itu pun berpamitan kepada Reyhan untuk mengangkat telepon masuk barusan. Hingga hanya menyisakan keberadaan seseorang yang hampir membuatnya gila. "Jessi, Jessi, lo pakai pelet apa, sih, sampai semua orang pengen banget sama lo!" gumam Reyhan. Reyhan merogoh saku celananya. Ia menatap gelang itu dengan lamat-lamat. Gelang itu adalah gelang persahabatan antara dirinya, Sherly, dan juga si b******k Jana. Reyhan masih menyimpan itu dengan baik hingga sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN