Sama seperti malam-malam sebelumnya, Mira berdiri di balkon kamarnya, memandang rembulan yang bersinar redup. Senyuman samar terlihat darinya saat kedua manik mata cokelat itu menatap langit malam yang tampak menawan hatinya. Untuk yang kesekian kalinya, tanpa Mira sadari seseorang tengah memandanginya dari kejauhan. Menatapnya dengan kagum dalam kegelapan. Hiroshi—setiap malam dia berdiri di sana, di sudut istana, di balik pohon, bersembunyi dalam kegelapan, menatap Mira dan mengawasi perempuan itu dengan hati penuh harap. Berharap suatu hari nanti dia bisa berdiri di samping Mira menatap langit malam bersama. Hiroshi menghela napasnya. Memenuhi hatinya dengan harapan yang hampir tidak mungkin itu hanya akan membuat hatinya terasa penuh dan sesak. Di sisi lain, naluri manusia tidak