Mira dengan tenang duduk di ranjang tepat di samping Kei. Sejak tadi ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari pria itu. Mira terus memandang Kei tanpa henti, seakan ia tidak ingin melewatkan satu detik pun waktu untuk melepas pandangannya dari pria yang masih belum sadarkan diri itu. “Kenapa kau belum sadar juga?” gumam Mira. “Mau sampai kapan kau akan terus menutup matamu itu, huh? Apa kau sungguh suka membuatku menunggumu terbangun?” celotehnya, lirih. “Kau tahu? Aku mungkin akan lebih suka melihatmu seperti biasanya. Kei yang menyebalkan dan suka berkata ketus juga suka mengancam. Aku mungkin lebih suka melihat matamu itu terbuka dan menatapku marah, daripada matamu yang terus tertutup seperti ini.” Mira menghela napasnya, sudah hampir tiga jam lebih ia menunggu pria itu, t