Pagi itu Mira terbangun lebih awal, rasa nyeri di tangannya akibat patukan burung semalam belum hilang. Ia juga belum sempat mengobatinya. Bukan karena tidak ingin mengobatinya, tapi ia tidak menemukan kotak obat di kamar itu. Mira juga enggan bertanya pada Kei. Jika dirinya masuk ke kamar Kei lagi, bisa-bisa Kei salah paham seperti sebelumnya, itu sangat berbahaya untuknya. Tok. Tok. Tok Terdengar suara ketukan dari arah pintu, gadis itu menoleh. “Siapa?” Tanya Mira. “Saya Hima, saya pelayan pribadi anda yang ditunjuk langsung oleh Lord untuk melayani Anda, Queen,” jawabnya dari balik pintu kamar yang masih tertutup. Mira menggerakkan kakinya, melangkah untuk membukakan pintu. Terlihat seorang perempuan yang sedikit lebih muda darinya berdiri di depan pintu tersebut dengan kepala m