Mira menghela napasnya, dengan malas ia berpura-pura menikmati pertunjukan musik klasik yang disajikan. Secangkir teh dengan kudapan terhidang di hadapannya, tapi perempuan itu tampak sama sekali tidak berniat menikmatinya. Rasa bosan dan lesu sudah lebih dulu menggerogoti jiwanya, membuat nafsu makannya seoah lenyap. Mira lelah, sudah sejak pagi tadi ia terus berada di samping Kei, kemana pun pria itu pergi, ia harus terus di sisinya dan tetap mendampinginya. Rasanya menjengkelkan, ingin sekali Mira berteriak dan berkata, 'aku benci semua ini' atau 'aku tidak sanggup lagi'. Tapi, apalah dayanya, Mira tidak bisa mengungkapkan kejujuran hatinya, bukan tidak bisa, melainkan, dia tidak mungkin melakukannya dan tidak akan pernah mungkin bisa melakukannya. Mira menghela napasnya, lalu ia te