02. Penyiksaan

931 Kata
Hosh-hoss! Lia ketiduran setelah pulang kerja, tapi ditengah tidurnya tiba-tiba saja nafas Lia terasa berat. Lia terlihat gelisah dan tak tenang. Bahkan tubuhnya pun berkeringat. Tiba-tiba kedua bola matanya terbuka lebar, seiring dengan kesadarannya yang seolah ditarik paksa. Nafas Lia masih tak beraturan. Melihat ke sisi ranjang kemudian mengambil gelas air putih di sana dan meneguknya kasar. Usai dengan hal itu, kemudian Lia menarik nafasnya panjang lalu membuangnya dengan perlahan. Lia berusaha untuk memenangkan diri, namun sesuatu yang membuat tidurnya tak tenang kembali terngiang dalam kepalanya. "Dasar perempuan rendahan, penghianat dan tak berguna. Tanda tangani surat cerai kita, dan pergi dari sini jangan pernah berani lagi menunjukkan wajahmu dihadapanku!!" bentak Davin yang terasa nyata dalam kepalanya. Lia geleng-geleng kepala, kemudian membuang nafasnya kasar setelah berulang kali. "Tidak. Mimpi buruk itu lagi, kenapa tiba-tiba datang setelah sekian lama?Apakah karena hari ini aku ketemu dia?!" serunya pada diri sendiri. 'Kau memang sampah, aku menyesal mempunyai istri sepertimu!!' Lagi-lagi ucapan kasar Davin terngiang dalam kepalanya. Lia menggigit bibirnya, lalu meremas tangannya. Untuk sesaat dia tak berdaya dengan ucapan Davin dalam mimpinya, karena itu bukan hanya mimpi, melainkan masa lalu yang pernah dialaminya. Kembali meraih air putih dalam gelas di atas nakas yang disebelah tempat tidurnya. Lia kali ini tak hanya meneguknya kasar, tapi juga menghabiskannya sampai tak tersisa. "Mama!" seru seseorang membuat Lia menoleh, kemudian bangkit dan menghampiri sosok tersebut. "Anak Mama sudah pulang?" tanya Lia sambil menunduk dan mencium puncak kepala sosok tersebut. Dia adalah Raka Geraldo, anaknya dan Davin, tapi kehadiran sama sekali tak pernah diketahui oleh Davin. Lia menyembunyikan dan sampai sekarang dia bahkan tak mau jika sampai Davin mengetahui tentang Raka. Lia takut pria itu akan merebutnya atau mungkin menyakitinya. "Dimana tante cantikmu, Sayang?" tanya Lia lagi. "Dah pulang setelah Raka masuk rumah, Mama," jawab Raka memberitahu. Lia menganggukkan kepalanya paham, kemudian menggandeng pergelangan tangan Raka dan membawanya ke dapur. "Raka pasti sudah lapar bukan? Mama masakin sesuatu dulu ya ... Raka bisa menunggu sebentarkan?" "Iya, Mama," jawab Raka menurut. Namun walau begitu, Lia juga tak bisa tenang. Untuk usia anak empat tahun adalah usil-usilnya dan juga aktif. Membiarkan duduk sendirian tanpa melakukan apapun, pasti akan menciptakan kekacauan. Itulah mengapa Lia dengan cerdas memberikannya mainan dan juga apel agar anaknya itu bisa sedikit anteng. "Mama!" panggil Raka ketika Lia sudah hampir saja selesai dengan masakannya. "Iya, Sayang ...." "Besok Raka mau belajar mewalnai bersama teman-teman," jelas Raka yang kadang-kadang memang masih belum sepenuhnya pasih dalam bicara. Dibeberapa kalimat dia masih sulit mengucapkan huruf 'r' dengan baik. Lia mengerutkan dahi dan berpikir sebentar. Kemudian teringat kalau tak punya apapun untuk mewarnai. "Oh, begitu. Baiklah anak Mama yang ganteng. Habis makan Mama akan membelikanmu perlengkapannya untukmu," jawab Lia. Selain hari pertamanya Lia berkerja kembali, hari itu juga ternyata hari pertamanya Raka dititipkan di tempat penitipan anak, tapi tak perlu khawatir Lia juga tak sembarangan. Dia berani menitipkan anaknya di tempat itu, karena punya kenalan yang cukup dengannya, ditambah reputasi tempat itu cukup baik dan rekomended. Setelah makan dan bersih-bersih, tepat pada malam hari Lia membawa Raka ke sebuah supermarket yang menyediakan perlengkapan mewarnai. Namun namanya anak-anak sudah pasti akan heboh di bawa ke tempat tersebut, apalagi melihat tempat es krim. Sial, rasanya Lia jadi menyesal mengapa melewati area itu. "Raka jangan Nak. Nggak boleh, ini sudah malam nanti Raka sakit!" peringat Lia. Raka terus geleng-geleng kepala dan tak mau menurut. Memangnya anak mana yang bisa dilarang untuk berhenti meminta sesuatu yang diinginkannya, satu hal yang pasti jika itu ada maka sudah pasti itu buka Raka, sebab Raka ini cukup keras kepala dan sulit menurut jika sudah berhubungan dengan apa yang disukai olehnya. "Raka mau itu! Raka mau es klim!!" "Nggak boleh!" Karena tidak dituruti Lia, Raka pun mengambek dan menghindari ibunya. Berlari sekencang mungkin dan membuat Lia terpancing emosi. Lebih buruk lagi Lia bahkan kewalahan mengejarnya, bahkan sempat kehilangan jejak karena mendadak Raka hilang dibalik rak yang berjejer rapih. Sementara itu Raka yang mengambek masih terus berlari dan tak mau berhenti. Sampai-sampai dia tak sengaja menabrak seseorang yang berbelanja di sana juga. "Ck, b*****h!" umpat seseorang yang sudah ditabraknya. "Anak tidak tahu sopan santun, berani sekali kau!!" Raka berhenti lalu menatap orang itu dengan sengit. Meski tidak mengerti arti ucapan orang itu, tapi dari nada suaranya yang tinggi, Raka tahu kalau orang itu sedang marah. "Mama jahat, Om juga jahat!!" bentak Raka langsung menjawab dengan berkata kasar. "Sial. Beraninya kau bocah!!" geram orang itu marah, tapi bukannya takut, Raka malah mengambil beberapa produk di dalam rak yang bisa di raihnya lalu melemparkannya pada orang itu. "Rasain tuh, Om jahat! Lasakan!!" ujar Raka sebelum kemudian dia kembali untuk kabur. Orang itu hampir saja menyusul Raka, tapi kemudian sosok yang ikut bersamanya menghentikannya. "Mau kemana lagi sih, Dav? Sudah ketemu nih barangnya, yuk pulang!" Hal itu pun menghentikan orang itu dan dia justru mengikuti orang tersebut daripada mengejar Raka. ***** Bugh! Raka akhirnya menabrak ibunya sendiri. Pada akhirnya meski luas dan di penuhi beberapa pengunjung, Lia yang sempat kehilangan jejak putranya akhirnya menemukannya lagi. "Lain kali Mama akan memborgol tangan kamu pada tangan Mama supaya tidak bisa kemana-mana!" geram Lia sambil menyentak pergelangan tangan putranya. "Mama jahat!!" balas Raka ketus. "Jahat-jahat begini itu semua demi kebaikan kamu Raka!" tegas Lia sambil memelototi putranya. Lain kali dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak akan melepaskan tangan putranya jika mereka ke tempat perbelanjaan di mana pun dan kapanpun barang sedetikpun. Jangan lupa satu lagi, untuk tidak melewati area makanan ringan dan es krim. "Mama Raka mau robot itu!" seru Raka kembali, membuat Lia memutar bola matanya jengah. Ingatkan juga tentang jangan melewati area mainan anak. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN