Malam ini Liana mulai membuka pintu ruangannya. Wanita itu tampak memesona dan menggoda dengan gaun merah menyala yang menggantung di tubuhnya. Setiap lekukan indah tercipta begitu sempurna. Menampilkan pemandangan yang tidak biasanya. Bahkan rambut hitamnya yang biasa hanya dikuncir, kini digerai dan tampak bergelombang indah. Senyum menawan di bibir merahnya tampak begitu menggoda bagi kaum Adam. Bahkan hal ini mampu membuat seorang John Smith sempat terpaku menatapnya.
"Ekhem," deham John Smith menetralkan jantungnya yang menggila. Baginya Liana yang biasanya tampak tangguh telah berubah menjadi kupu-kupu indah yang begitu menggoda.
Sedangkan wanita cantik itu justru melenggak-lenggokkan tubuhnya bak seorang model kelas internasional. Gerakannya yang perlahan membuat para pria bergejolak.
"s**t!!!" umpat John Smith.
Mendengar umpatan sang bos membuat senyuman licik terbit di wajah Liana. Wanita itu pun mengangkat alisnya dan bicara dengan sangat angkuh.
"Sepertinya Anda tergoda dengan kecantikan saya," ucap Liana membuat John Smith merasa tersindir.
"Ya. Kau menggoda malam ini. Tidak salah saya memilih anda untuk menjadi p*****r Maxi de Luca." John Smith mengatakannya tanpa perasaan.
"Ya. Katakan apa yang harus saya lakukan," ucap Liana melipat tangan di depan dadanya. Wanita itu benar-benar ingin segera menyelesaikan misi. Karena nyatanya pakaian ini terlalu ketat dan membuatnya sulit bergerak leluasa. Liana lebih nyaman dengan pakaiannya yang serba hitam dengan berbagai senjata di tubuhnya.
John Smith pun mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. Pria yang duduk dengan sangat angkuh itu melempar kartu itu tepat di atas meja di hadapan Liana. Dengan sigap gadis itu segera mengambil kartu dan membaca alamat yang akan dia tuju.
"Kau akan ditemani Bruno Johnson untuk melancarkan aksimu," ucap John Smith kemudian menghisap cerutunya. Pria itu pun menghembuskan asap nikmat beraroma tembakau pekat.
"Ini cairan khusus yang akan segera bereaksi. Cukup satu tetes kau berikan pada minuman Maxi de Luca dan dia akan pingsan dalam waktu 5 menit," ucap John Smith memberikan sebuah botol mini berisi cairan bening.
Liana pun mengambil botol dari tangan Sang bos. Wanita itu mengedipkan matanya kemudian tersenyum angkuh.
"Siapkan pesta besar jika saya berhasil mengambil sayatan kulit Maxi de Luca," ucap Liana begitu percaya diri.
"Whatever you want, I'll give it. (Apa pun yang kau inginkan, akan kuberikan.)"
Liana pun segera pergi dan melenggak-lenggokkan pinggulnya yang menawan. Wanita itu benar-benar menunjukkan dirinya yang telah menjadi seorang jal*ng. Dan dia segera menaiki motor besar berboncengan dengan Bruno Johnson.
Motor besar bermerek terkenal dunia itu meliuk-liukkan tubuhnya di jalan ibu kota London. Namun suaranya sama sekali tidak menderu. Karena nyatanya motor ini memang sudah dimodifikasi agar tak menciptakan suara mesin. Semuanya agar mudah melaksanakan aksi tanpa diketahui musuh.
Sesampainya di parkiran rumah bordir. Liana segera turun dan masuk ke rumah bordir dengan tenang. Wanita itu berjalan anggun membuat semua mata tertuju padanya. Namun dia berusaha santai karena saat ini dia harus segera menjalankan misinya.
Wanita cantik itu mulai mendudukkan dirinya di meja bar.
"Anda ingin minum apa, Nona?" Tanya Sang bartender.
"Cocktail kualitas terbaik," ucap Liana santai. Bibir merahnya begitu seksi saat tersenyum. Menampilkan wajah lembut yang menggoda.
Gadis itu berusaha memasang telinganya dengan tajam. Berusaha mencari informasi dari apapun yang dia dengar. Dan kini netra birunya yang seindah safir menangkap sosok wanita cantik berpakaian glamor dengan perhiasan yang begitu banyak di tubuhnya. Liana berusaha memastikan wajah wanita itu sama persis seperti yang ada dalam memori otaknya. Dan senyum kembali terbit saat dia tidak salah orang.
"Ini, Nona." Sang bartender memberikan segelas cairan cantik berwarna merah dengan kadar alkohol yang lumayan memabukkan. Liana pun menerimanya dengan lembut.
"Thanks," ucap Liana kemudian bangkit membawa gelas cantik di tangannya demi memangkas jarak dengan wanita itu. Wanita yang dia yakini sebagai mucikari rumah bordir ini. Namun Liana tak serta-merta mendekat. Wanita itu tetap bergerak dengan tenang dan duduk di sebuah kursi yang berjarak cukup dekat untuk mendengarkan setiap ucapannya.
Kini Liana benar-benar melancarkan aksinya. Gadis itu berpura-pura menggoda salah satu pria yang duduk di suatu tempat. Namun telinganya yang tajam tetap bekerja demi mendapatkan informasi. Dari ekor matanya yang jeli, Liana melihat Sang mucikari berbicara dengan seorang pria berpakaian serba hitam yang dia yakini dia adalah salah satu bodyguard wanita itu.
"Gadis yang anda inginkan sudah saya siapkan di Jasmine room," ucap sang bodyguard.
"Bagus. Segera panggil make over dan persiapkan segalanya. Saya tak ingin Maxi de Luca kecewa."
"Done, Mom."
"Bagus. Sudah kau pastikan dia seorang perawan?"
"Done, Mom."
"Bagus. Setelah gadis itu siap. Tunjukkan penampilannya di hadapan saya," ucap Sang mucikari tersenyum genit.
Sedangkan sang bodyguard segera pergi bergerak ke ruangan yang dituju. Ruangan di mana seorang gadis disekap untuk menjadi pemuas nafsu Sang mafia. Sedangkan Liana bergerak seperti angin. Dia benar-benar layaknya hantu cantik tak kasat mata yang tak tercium pergerakannya. Tak lupa wanita itu merusak setiap CCTV demi keamanan misi yang dia jalani. Dan kini Liana menyaksikan pria itu mengantar seorang wanita yang dia yakini akan menjadi perias bagi gadis malang yang disekap.
Setelah Sang bodyguard tampak pergi menjauh dari ruangan itu. Liana mulai mengetuk pintu yang dia yakini tempat yang tepat.
TOK TOK TOK...
Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Menampakkan seorang wanita cantik yang akan merias gadis di dalam ruangan. Tanpa pikir panjang, Liana memukul tengkuk wanita itu dengan satu pukulan kuat. Wanita itu pun segera terlukai tak berdaya. Dengan gerakan lincah wanita itu membawa sang wanita ke dalam ruangan dan mengikat tubuhnya dan menutup bibirnya dengan lakban. Tak lupa Liana membaringkan wanita itu di bawah ranjang.
Setelah memastikan semua aman. Dia mengunci pintu dari dalam dan segera bergerak menghampiri seorang wanita yang sedang menangis. Rupanya dia adalah gadis polos yang malang. Liana pun menepuk punggung gadis yang meringkuk di atas ranjang.
Gadis itu tersentak dan hendak berteriak karena terkejut. Tapi Liana segera membekap mulutnya.
"Tenang. Aku akan menolong mu. Jangan berteriak," titah Liana membuat gadis itu menghentikan tangisannya dan mengangguk.
"Anda akan menolong saya?" Tanya gadis itu saat Liana melepas bekapannya.
"Ya. Sekarang kau lari ke arah jendela dan lompat lah ke luar. Di luar sana ada teman saya yang akan membantu dirimu kabur dari sini. Biar aku yang menggantikan dirimu. Paham?"
Gadis itu tersentak karena terkejut. Tak menyangka akan ada malaikat cantik yang menolongnya dari maut. Dan tanpa pikir panjang gadis itu segera berlari ke arah jendela. Dengan dibantu Liana, gadis itu berhasil lompat ke luar dan segera pergi bersama Bruno Johnson.
Dan Liana segera kembali mengunci jendela kamar. Wanita itu bergegas ke arah cermin untuk memperbaiki penampilannya. Tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya agar lebih menggoda. Dan tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar. Dia yakin itu adalah ketikan dari bodyguard sang mucikari.
Liana berusaha tenang. Gadis itu pun bergerak menuju pintu dan membukanya perlahan.
"Kau sudah siap?" Tanya Sang bodyguard.
"Ya," ucap Liana menunduk sambil menarik-narik ujung pakaiannya yang tak mampu menutupi paha mulus yang jenjang. Wanita yang gesit dan cerdas kini telah menjadi kupu-kupu cantik yang polos. Seperti seorang perawan yang hendak diperawani.
"Ke mana perias itu?" Tanya Sang bodyguard menoleh kepalanya ke dalam ruangan. Ungkapan ini sukses membuat Liana terkejut dalam tenangnya. Tak akan ada yang mampu melihat keterkejutannya. Karena gadis ini begitu tenang bagai lautan yang dalam.