Mereka bertiga akhirnya telah sampai ke rumah besar milik Sofia, di sana juga terlihat satpam yang telah berjaga. Rumah tiga tingkat bermotif timur tengah itu berdiri megah mentereng di depan pasar selatan, selama bertahun-tahun rumah itu cukup terkenal karena jika dibandingkan hunian di sekitarnya memang rumah itulah yang paling mencolok bahkan orang-orang biasa menyebut rumah itu sebagai istana saking mewah dan megahnya.
"Wah, ini rumah kamu? besar, ya?" ucap Angel yang saat ini memarkirkan mobilnya di tempat parkir.
"Kalo gitu aku langsung pulang, ya? soalnya rumah aku juga deket kok dibelakang," ucap Arya turun dari mobil dan merasa jika ia tidak pantas berada di sana.
Sofia yang mendengar itu menoleh ke arah Arya yang tiba-tiba berbicara demikian, kemudian Sofia langsung menegurnya.
"Apa yang kamu bilang? jadi kamu mau pulang karena rumah aku gak bagus, ya? kamu gak suka ada di sini?" tanya Sofia dengan ekspresi datar namun tetap melihat ke arah Arya.
"Eh, enggak bukan gitu tapi, aku malu masuk ke rumah ini," ucap Arya tertawa dengan terpaksa untuk mencairkan suasana.
"Kamu kenapa malu? bukannya kita temen, ya?" tanya Angel yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Sebenarnya aku gak PD kalo harus masuk ke rumah ini karena ini pertama kalinya aku masuk ke rumah ini, dan sebenarnya aku sangat senang akhirnya bisa masuk dan menikmati bangunan ini dengan cukup dekat," gumam Arya yang sebenarnya merasa bahagia karena ia telah berada di sana dan yang lebih membuat ia bahagia karena ia bisa kenal dengan Sofia.
Arya memikirkan waktu ia masih kelas lima SD dan bermain bersama lima temannya kemudian saat ini sedang jongkok bersama kelima temannya itu di depan rumah Sofia dan berharap bisa masuk ke sana.
"Ya ampun rumahnya gede amat, ya? aku kalo udah gede pengen punya rumah kayak gini," ucap Arya menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Aku juga pengen punya rumah gede kayak gitu, pengen banget masuk ke dalem," ucap temannya yang juga jongkok dengan posisi yang sama.
"Suatu hari kalo aku bisa masuk ke dalam sana, aku bakal guling-guling deh sumpah," ucap Arya percaya diri.
Sekarang Arya mengingat kejadian di mana ia berjanji akan guling-guling jika ia berhasil masuk ke sana.
"Sial, aku pernah janji kayak gitu, gimana ini?" gumam Arya memikirkan apakah ia harus melakukannya atau tidak.
"Heh, kenapa kamu suka sekali melamun? apa kamu sedang berpikir yang jorok? dasar lelaki m***m," ucap Sofia yang membuat Arya tersadar dari lamunannya.
"Ah iya maaf-maaf tapi aku gak mikir yang aneh-aneh kok, aku cuma beneran malu masuk ke dalam rumah ini," ucap Arya.
Sofia memegang tangan Arya untuk kesekian kalinya dan berkata.
"Apa yang kamu omongin? ayo ikut masuk kita duduk dulu minum di dalem, lagian main ke rumah temen emang ga boleh?" tanya Sofia menarik tangan Arya.
"Hahaha, kalian beneran uwu deh, cocok banget," ucap Angel tertawa melihat tingkah polah dua orang temannya itu.
"Eh? apa? engga lah!" ucap mereka bersamaan.
Mendengar komentar dari Angel kemudian Sofia melepaskan genggamannya menarik tangan dengan cepat. Jika diperhatikan nampaknya Sofia cukup sering melakukan itu seakan dia sangat mudah memegang tangan seseorang.
Di dalam rumah itu terpampang sebuah foto keluarga berukuran besar yang terpajang di sebuah dinding tegak lurus dari pintu masuk rumah. Penampakan tiga orang lelaki dan dua orang perempuan di mana salah satu diantara mereka adalah Sofia, nampaknya itu adalah foto yang baru saja diambil dan dibuat karena wajah Sofia sangat terlihat seperti sekarang dan tidak terlihat seperti anak yang baru masuk SMA. Arya lebih fokus pada seragam keagungan yang dikenakan tiga pria yang ada di foto yang tak lain adalah ayah juga kakak-kakaknya yang ternyata memiliki pekerjaan yang sama yaitu abdi negara.
Mereka duduk kemudian Angel memuji foto itu dari atas sofa yang ia duduki karena memang posisi sofa itu menyamping sehingga dapat dengan jelas melihat ke arah foto tersebut.
"Wah adem, ya? rumah kamu terasa nyaman dan foto keluarga itu bikin aku iri hehehe," ucap Angel basa-basi.
"Keren banget, mereka semua memiliki pekerjaan yang sama tapi, kalo liat kayak gini apakah ini yang namanya the power of orang dalem?" gumam Arya saat melihat ke arah foto besar itu.
"Hahaha, kamu bisa aja Angel padahal kalo dilihat-lihat kamu nampak lebih bahagia dibandingkan aku," ucap Sofia tertawa.
"Kamu juga cantik banget sih di foto itu," lanjut Angel menambahkan perkataannya sembari terus menatap foto tersebut.
"Angel senang memuji, ya? padahal kalo dilihat-lihat cantikan kamu kemana-mana Angel hehehe," balas Sofia tersenyum malu-malu.
"Keadaan yang membuat aku ingin muntah, ketika dua orang wanita sudah saling memuji dan diantara mereka seakan saling tidak percaya diri walaupun sebenernya mereka selalu merasa yang jauh lebih baik dari lawan bicaranya.
"Iya kan, Arya?" tanya Sofia yang membuat Arya kebingungan.
"Hah? iya apaan?" tanya Arya bingung.
"Ih gak dengerin, yaudah kalian tunggu di sini ya aku mau siapin minum dulu," ucap Sofia meninggalkan mereka berdua di sofa.
Pertemuan Arya dan Angel yang baru saja terjadi di sekolah membuat Arya masih merasa canggung walaupun sebenarnya mereka tidak pernah saling mengobrol secara intens tetapi, Angel selalu menganggap jika Arya adalah teman terbaiknya sejak dulu.
"Bagus banget rumahnya, ya? aku salut sama desain interiornya," ucap Angel melirik ke sana kemari memperhatikan setiap detail polesan dinding serta motif langit-langit yang tersaji di sana.
"Iya, aku juga dari tadi menikmati pemandangan yang memanjakan mata ini," balas Arya.
"Oh iya Arya, apa kamu masih bertengkar sama Oboi? setelah aku pindah saat itu aku beneran udah gatau lagi kabar kalian," ucap Angel terlihat menatap Arya dengan tatapan penuh tanya.
"Kenapa kamu tiba-tiba membahas Oboi? aku bingung harus ngomong apa kalo soal dia," ucap Arya membuang pandangan karena ia tak kuasa menahan malu di depan Angel.
"Kamu tau, kan? kalo aku suka Oboi? bahkan walaupun dia udah bully aku sejak itu tetapi, aku gak bisa marah sama dia dan juga keretakan persahabatan kamu dengan Oboi itu terjadi gara-gara aku, kan?" ucap Angel merasa bersalah dan merasa jika dirinyalah penyebab Arya dan Oboi menjadi renggang.
"Iya benar, aku bahkan tidak bisa lupa saat kamu di permalukan oleh Oboi saat kamu menyatakan perasaan di hadapan dia, aku tahu itu semua sebenarnya adalah kesalahan aku juga karena akulah yang menyuruh Angel melakukan itu dengan tujuan dia menjauhi ku tetapi, atas kejadian itu dia malah semakin meminta saran yang mengakibatkan Oboi marah padaku dan akhirnya kami tidak saling menyapa," gumam Arya menundukan kepalanya karena ia merasa malu dengan apa yang pernah diperbuatnya dahulu.