10. Menikah

1255 Kata
"Ca, ini lo serius?" Nurul menatap tak percaya pada gadis dihadapannya. Nurul pikir bertemu dengan calon mertua beberapa hari yang lalu hanyalah sebuah candaan belaka. Namun hal itu berupa fakta, Aca saat ini tengah memberikan pakaian berupa dress berwarna abu-abu itu pada Nurul, dress yang dikenakan oleh bridesmaids di pernikahan Aca dan Aldo. Seharian ini Aca pergi mencoba gaun pengantinnya, mengecek semua perlengkapan pernikahannya secara sempurna tanpa ada kesalahan. Tentu dia tidak pergi sendiri, Felix menemaninya disepanjang kegiatan hari ini. Aldo? Jangan ditanya! Hari ini Aca menemukan satu fakta lain tentang Aldo, fakta bahwa pria itu sangat gila kerja. Aca tahu kalau pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak, tapi apa tidak bisa pria itu sedikit meluangkan waktu untuk sekedar mengecek persiapan pernikahan? "Serius. Gue capek Rul, jadi kagak usah banyak tanya." Jawab Aca seadanya lalu merebahkan diri diatas tempat tidurnya. "Oke, tapi lo kagak jual diri kan, Ca?" Aca melirik kearah Nurul sambil tersenyum licik dengan kepala yang mengangguk. "Laku tujuh ratus juta gue." Ujarnya tanpa dosa. "Aca! Yang bener aja lo!" Nurul melempar dress itu kesembarang arah. Kakinya melangkah pada tempat tidur Aca yang ada di seberang tempat tidur miliknya. "Jangan molor dulu ego! Jelasin dulu!" Gadis dengan rambut sebahu itu menepuk punggung Aca lalu ikut berbaring disebelahnya. Aca yang matanya sudah tertutup mendusel kesal. Jujur, tenaganya sudah habis terpakai seharian ini. Keinginannya untuk beristirahat saat pulang menjadi buyar begitu saja karena Nurul. Salahkan ia yang punya teman sekamar dengan tingkat kekepoan diatas rata-rata. Aca bangkit dari baringnya menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya. " Denger ya, gue beneran nikah sama Aldo Althazka. Lo kagak perlu pikirin alasan kenapa gue tiba-tiba mutusin buat nikah, atau kenapa gue bisa kenal sama tu cowok. Yang penting itu lo tinggal dateng jadi bridesmaids gue, dandan yang cantik, siapa tahu lo dapet jodoh dinikahan gue. Udah ya? Gue beneran capek dan harus nyiapin diri gue buat nikahan besok." Nurul manggut-manggut dalam baringnya. Hingga beberapa detik kemudian keningnya berkerut. "Wait, besok? what the f**k?! Gila lo!" Nurul benar-benar tak habis pikir. Fakta bahwa Aca mau menikah saja sudah mengejutkan baginya. Lalu apa? Pernikahan itu berlangsung besok, apa Aca gila?! "Iya besok! Kagak usah norak lo! Minggir ah! Gue mau tidur!" Ujar Aca tersulut emosi. "Enak aja tidur! Kita harus party, ladies night, atau apa gitu istilahnya!" "Pala lo ladies night!" "Ayo Aca! ini malam terakhir lo tidur sekamar bareng gue loh, masa kagak mau sih! Abis nikahan lo pasti minggat dari kos ini kan? Ayolah Ca, bentaran doang. Pesta kecil-kecilan aja, bikin indomie sambil maskeran juga gapapa Ca!" Aca mengacak rambutnya gusar. Sifat Nurul yang suka memaksa itu sering membuatnya kesulitan. Sudahlah, toh palingan cuma makan mie instan sambil ngerumpi, tak ada yang salah juga dengan hal itu. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri Aca pun mengangguk membuat Nurul melompat kegirangan. Nurul langsung lari ke dapur ingin mempersiapkan apa yang seharusnya ia siapkan. ... Sial, Aca merutuki pantulan dirinya di cermin. Setelah mengadakan party kecil-kecilan dengan Nurul, gadis itu tak bisa tidur sedetikpun. Sekarang lihatlah, matanya sangat sembab, bahkan make up pun tak bisa menutupinya. Salahkan dia yang terlalu gugup semalam sehingga tidak bisa tidur. "Ca, lo jelek banget sumpah." Nurul yang baru saja masuk keruangan yang ditempati Aca melanglah lalu berdiri di sebelah sahabatnya itu mati-matian menahan tawanya. Sejenak dia berpikir, guna-guna macam apa yang digunakan Aca untuk memikat pemilik Althazka Farma itu. "Gue begini gara-gara siapa b*****t?!" Gerutu Aca melirik ganas pada Nurul. "Udah, pengantin wanita kagak boleh marah-marah. Nanti suami lo kabur. Buruan, acara nya mau dimulai noh! Nungguin lo doang." Aca meremas gaun pengantinnya yang berwarna putih. Perasaan gugup itu semakin menggerogotinya. Ada sedikit kegoyahan atas tindakannya. Aca sudah melakukan hal yang benarkan? "Nurul..." Mendengar namanya dipanggil Nurul langsung menoleh. Aca tidak mungkin minta tolong padanya untuk membawa Aca lari dari pernikahan ini kan? Bukannya bagaimana, fakta bahwa sahabatnya itu akan menikah masih tidak bisa diterima oleh akal sehat Nurul. "Gue mau berak... gimana dong?" Sambung Aca dengan bibir melengkung kebawah. Nurul yang sudah terlanjur berpikir yang macam-macam langsung menyentil kening Aca untuk meluapkan sedikit emosinya. "Sakit!" Protes Aca mengelus pelan keningnya, mulut Aca langsung mengerucut sebagai bentuk protes. "Tai lo kagak bisa liat situasi apa?! Bisa-bisanya pengen keluar disaat begini! Kagak bisa! Tahan aja ampe acara kelar! Lo pikir pasang gaun pengantin lo itu gampang Ca! Kagak! Jangan bikin ribet! Penghulunya udah nunggu noh!" Nurul mendorong-dorong bahu Aca pelan agar sahabatnya itu segera keluar dari sana. "Nanti kalau kentut gue ngeprot pas penghulunya ngemong gimana Rul? Mau tanggung jawab lo?!" Nurul yang memilih untuk tidak mendengarkan Aca terus melangkah menarik sahabatnya itu ketempat semua tamu berada. Sudahlah, memang tak ada waktu lagi untuk sekedar ke toilet. Para tamu dan penghulu sudah datang sedari tadi, mana mungkin pengantin wanita punya waktu hanya untuk menyempatkan diri untuk sekedar buang air besar. ... Tramonto Hotel, salah satu hotel bintang lima terkenal di pusat kota. Hotel itu milik keluarga Althazka yang dikelola langsung oleh Doni Althazka--papa Aldo. Hubungan mereka memang terlihat tidak akur, namun Aldo tetap menuruti permintaan Doni yang memaksa agar pernikahan mereka digelar di sana. Ballroom hotel tersebut sudah dipenuhi oleh tamu undangan, dan banyak sekali wartawan yang sengaja diundang. Untuk apa? Tentu untuk menepis berita gay itu. "Felix, kenapa Aca lama sekali?!" Tanya Aldo kesal. Sudah lebih dari satu jam dia menunggu, tapi Aca tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Aldo takut berita dengan judul ditinggal kabur oleh calon pengantin akan menudingnya di keesokan hari. Sudah cukup berita miring tentang dirinya gay saja yang ia dapat, pria itu tak mau mendengar berita tak enak lainnya dengan dirinya sebagai objek berita tersebut. "Maaf tuan, mungkin sebentar lagi nona akan ke sini." Jawab Felix mendorong naik kaca matanya yang melorot. "Sebentar lagi? Sepuluh menit yang lalu kau juga bilang begitu Felix. Kau ingin mati? Cepat susul dia ke kamar itu sekarang." Balas Aldo dengan aura penuh intimidasi. Felix mengangguk cemas, dia segera pergi hendak menyusul Aca ke salah satu kamar yang ada di sana. Namun, langkah Felix terhenti saat pintu ballroom terbuka. Menampilkan Nurul dan Aca yang masih dihantui kegugupan. Banyak jepretan dan flash camera yang menyambut kedatangan Aca. Berusaha mengusir kegugupan Aca mengumbar senyum selebar mungkin kearah camera, tak ada waktu untuk gugup, Aca harus mengeluarkan bakat acting nya sekarang. "1...2...3...Action!" Ujar Aca dalam hati dengan semangat berapi-api. Wajah yang awalnya terlihat sangat gugup langsung tersenyum sumbringah, postur tubuh yang awalnya sedikit membungkuk tidak percaya diri langsung tegak begitu saja. Nurul yang ikut mengiringi langkah Aca kontan mengerjapkan matanya. Apa benar gadis disampingnya ini adalah Aca yang masih ditelan kegugupan beberapa saat yang lalu? Pria yang mengenakan setelan jas putih senada dengan gaun yang dikenakan oleh Aca tampak tersenyum tipis. "Good job baby girl." Aldo berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Aca, dia juga harus melakukan perannya dalam skenario pernikahan palsu ini. Para wartawan yang tak ingin kehilangan momen langka saat Aldo mengecup punggung tangan dan dahi Aca langsung memotretnya. Momen langka itu memang harus diabadikan. Berbeda dengan wartawan yang senang, Aca malah membeku di tempat. Senyum yang awalnya tulus langsung berubah menjadi senyum yang kaku. Entah kenapa perbuatan kecil yang dilakukan oleh Aldo berdampak besar bagi kaum dengan love language physical touch seperti Aca. Kegugupannya semakin muncul saat Aldo mengalungkan tangannya di pinggang ramping milik Aca, kewarasannya bisa-bisa direnggut begitu saja oleh Aldo. "Duhhh bahaya nih om-om! Kok gue malah seneng sih anjir di grepe-grepe begitu! Jangan murahan lo Ca! Sadar! Ini lagi acting! Acting Ca! Anjirrr perut gue mules lagi! Sialan lo om! Kalau gue sampe cepirit itu salah lo!" . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN