"Apa salahnya dia hanya ingin mengenal lebih dekat."
*****
Zya semakin rutin mengikuti kajian Hafidz tapi kali ini langkahnya di cegat oleh seseorang membuat Zya terhenti dan menanyakan apa kesalahannya. Dia hanya ingin masuk seperti biasa tapi malah di larang dengan wanita yang entah siapa dia.
"Maaf kamu enggak boleh masuk ke sini," ucap wanita Itu kepada Zya.
"Loh kenapa? Ini kajian 'kan untuk umum Saya juga udah biasa kok dateng ke sini."
"Karena anda sudah lancang mendekati Hafidz selama ikut kajian. Padahal tidak ada yang berani menghampiri Hafidz sampai ke mimbar setelah acara selesai. Tapi, kamu berani-beraninya langsung ke depan apa enggak malu dilihat orang-orang? Hafidz Itu pendakwah di sini jangan kecentilan kamu jadi cewe!"
"Saya enggak kecentilan orang Saya mau kenal doang emang salah?"
"Enggak salah! Tapi, cara kamu salah jadi Makin banyak perempuan yang kecentilan kayak kamu padahal sebelumnya enggak ada yang berani sampai minta kenalan ke Hafidz tahu enggak!"
"Mungkin mereka mau belajar ilmu juga kenapa sih!"
"Udah-udah sana kamu Itu banyak omong. Intinya kamu enggak boleh masuk ke sini," ucap wanita yang sama sekali tidak di kenal Zya.
"Apa-apaan sih kamu! Saya cuma mau belajar kenapa di dorong-dorong kayak gni."
"Kamu cuma bikin masalah jadi mending enggak usah masuk. Bikin malu tahu enggak!"
"Ya tapi Saya cuma mau belajar kamu ini siapa sih! Suka juga sama Hafidz tapi enggak berani?" Wanita Itu semakin geram lalu mendorong Zya hingga terjatuh.
"Aww...."
"Saya Masih punya harga diri untuk tidak merendahkan diri Saya seperti kamu jadi!"
"Astagfirullah," ucap seseorang di belakang mereka. Ternyata, mereka Hafidz, Syahren dan juga Gerry. "Lina kamu apa-apaan sih," ucap Hafidz memarahi Lina yang semena-mena kepada orang lain. Ternyata namanya Lina ucap Zya dalam hati.
"Hafidz ini ... Ini enggak seperti yang kamu pikirin, Fidz. Dia Itu dari tadi Cari masalah makanya aku usir dia," ucap Lina mencari pembelaan.
"Masalah apa Saya lihat dia tiba-tiba kamu dorong gitu aja," jawabnya. Sedangkan Zya dibantu berdiri oleh Syahren dan juga Gerry sedangkan Hafidz beradu mulut dengan Lina.
"Aku enggak dorong dia jatohin dirinya sendiri, Fidz. Kamu tahu kan selama ini aku cuma enggak mau kamu merasa risih. Apalagi aku lihat kemarin dia nyamperin kamu sampe ke atas mimbar bikin banyak gosip tentang kamu Fidz."
"Kamu terlalu ikut campur urusan saya Lina. Apapun alesan kamu mencelakai orang lain Itu tidak baik." Hafidz segera pergi dari sana. Melihat Zya dibela oleh Hafidz membuat Zya senyum-senyum dalam hati.
"Kamu enggak papa kan, Zy?" tanya Gerry
"Enggak papa Kak. Makasih ya Kak," ucap Zya kepada mereka untuk mengucapkan terimakasih karena telah dibantu.
"Sama-sama, dek."
"Lina apa yang Hafidz ucapin Itu bener. Enggak seharusnya kamu sampe dorong Zya kayak gitu."
"Loh kamu kok juga salahin aku sih, Ger. Selama ini aku yang udah bantuin kalian. Cuma karena cewe ini kalian jadi salahin aku! Kalian Itu baru kenal sama nih cewe."
"Kita emang baru kenal sama, Zya tapi Kita enggak pernah beda-bedain orang lain lagian ngapain sih kamu sampe ribut kayak gitu!"
"Aku dilarang ikut kajian kalian, Kak. Padahal aku cuma mau belajar tapi aku malah di usir sama cewe ini," adu Zya kepada mereka. Lina semakin mengepalkan tangannya.
"Astagfirullah, Lina. Kamu melarang orang lain ikut kajian. Kajian ini umum untuk siapapun yang datang lagian semakin banyak yang datang malah semakin bagus. Ilmu yang kita berikan jadi bermanfaat buat orang lain," ucap Gerry lagi.
"Orang lain gue bolehin masuk kok cuma wanita ini aja yang enggak gue bolehin karna dia cuma mau Cari Perhatian Hafidz, Ger. Aturan lo lihat lah yang lain pake pakaian tertutup liat dia pake kerudung aja enggak bener rambut ke mana-mana. Gimana bisa dia jadi muslim yang bener."
"Lina kenapa pikiran kamu jadi sedangkal Itu. Kamu tahu kan setiap orang layak diberikan kesempatan dan setiap orang juga berhak untuk berubah jangan karena pakaian kamu yang tertutup kamu bisa mencela orang lain seenaknya. Kamu tahu ketika dia berubah dia bisa lebih baik dari pada kamu," jelas Syahren gantian.
"Terserahlah aku udah enggak mau Bantu kalian lagi. Dasar kalian kacang lupa kulitnya!" Lina kesal dengan mereka yang membela Zya padahal Lina lebih lama kenal dengan mereka.
Lina adalah teman sekelas mereka. Mereka pernah kerja kelompok bersama lalu Lina tahu keinginan Hafidz untuk bisa menyebarkan ilmu dengan kajian-kajian. Karena Lina salah satu perempuan yang terkenal dan banyak teman akhirnya dia mencoba untuk membuat acara kajian. Semua dana dibiayain oleh Lina. Sehingga mereka sudah mengenal Lina sangat baik.Cuma mereka juga tidak menyangka kenapa tiba-tiba sifat Lina berubah karena Zya padahal sebelumnya tidak pernah seperti Itu.
"Zya kamu udah enggak papa 'kan?"
"Enggak Kak Gerry. Makasih ya maaf jadi buat keributan kalau emang enggak boleh besok aku enggak dateng ke kajian lagi Kak dari pada memperkeruh suasana."
"Enggak papa Zya santai aja kajian ini kan untuk umum siapapun boleh ke sini jadi kalau mau dateng ya dateng aja. Lumayan nambah ilmu juga," ucap Syahren gantian.
"Tapi, aku enggak enak sama temen Kakak tadi. Kayaknya kalian jadi berantem gara-gara aku."
"Udah enggak usah dipikirin santai aja sih."
"Tetep aja aku merasa enggak enak."
"Kalau enggak enak ya enggak usah di makan, Zy," gurau Gerry membuat mereka tertawa.
"Hehe Iya Kak."
"Yaudah Kita pamit dulu deh ya. Mau ngasih tahu kajiannya Kita undur dulu kayaknya Hafidz juga enggak minat buat ngisi kajian hari ini," ucap Syahren.
Zya menjadi tidak enak dengan mereka gara-gara Zya, acara kajian yang rutin dilakukan jadi dibatalkan Hari ini.
"maafin, Zya lagi ya Kak enggak enak Zya jadinya."
"Udah sih santai aja anggep Aja Kita libur dulu." Zya hanya tersenyum canggung. Kemudian mereka pun pamit dari hadapan Zya.
Zya melihat ke arah aula lagi. Dilihatnya Gerry benar-benar menginfokan kalau acaranya Hari ini tidak ada. Dan Itu gara-gara Zya. Banyak yang mendesah kecewa padahal mereka sudah menunggu tapi harus gagal. Zya berjalan lesu, balik ke rumahnya karena sudah tidak ada mata kuliah di kelasnya. Satu sisi dia senang dibela Hafidz dan teman-temannya tapi kenapa dia jadi merasa bersalah dengan perempuan bernama Lina. Lina sampai mengucapkan kacang lupa kulitnya Itu artinya mereka sudah lebih lama mengenal bukan dari Zya. Perasaan bersalah malah menyelimuti hati Zya saat ini.
....