"Tidak henti-hentinya dia tersenyum saat sudah sampai rumah."
***
"Dari mana kamu, Cris?" tanya Papanya saat Zya baru masuk ke dalam.
"Papa nganggetin Cris aja," jawab Criszya. Papanya tetap memandang Criszya dengan pandangan serius.
"Kamu Inget enggak tadi Papa bilang apa?"
"Emm bilang apa ya, Pa? Aku lupa," jawab Cris sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan cengesannya.
"Kamu jam segini baru pulang. Kamu lupa sama siapa yang udah ngasih kamu hidup?! Papa bolehin kamu ke luar terus sampe Papa sama Mama pulang kamu baru pulang! Dari mana kamu." Criszya baru ingat. Dia sudah berjanji dengan Papanya akan pulang cepat. Keluarganya memang ketat untuk menjalani keyakinan agamanya. Tapi, semenjak kenal dengan Hafidz Criszya jadi ingin mendalami agama yang dianut Hafidz.
"Criszya! Kamu denger enggak Papa ngomong apa." Criszya tersentak mendengar bentakan dari Papanya. Dia menelan ludahnya. Mamanya di belakangnya sedang melihat dirinya juga dengan serius.
"Maaf, Pa tadi aku lupa karna serius ngerjain tugas kuliah sama temen."
"Bisa-bisa kamu lupa sama Tuhan kamu Dan lebih milih main. Papa pernah ajarin kayak gitu?!" tanya Papanya dengan menggertak. Cris hanya bisa diam saja. Tidak mungkin dia mengatakan kepada Papanya kalau dia habis mendatangi sebuah majlis. Biar saja yang Papanya tahu kalau dia memang bermain saja.
"Kenapa malah diem? Kamu habis main di mana jam segini baru pulang?" tanyanya lagi dengan penuh emosi.
"Maaf, Pa. Tadi, Cris bener-bener lupa soalnya."
"Pa udah lagian mungkin Cris juga ada tugas kuliah yang pennting makanya baru pulang. Maafin aja lah, Pa," ucap Mamanya yang kasihan melihat anaknya dimarahi oleh suaminya.
Papanya pun menghela napas kasar pada akhirnya menyuruh Cris masuk ke dalam kamar. Cris harus berterimakasih kepada Mamanya yang membuat Papanya luluh. Dia tidak perlu dicerca Habis-Habisan padahal dia juga sebenernya, tidak mungkin jujur dengan keadaannya.
Mamanya pun mendekati Papa Cris untuk menenangkan hati Papa Cris yang sedang panas karena melihat kelakuan anak perempuannya yang baru pulang melewati batasan jam yang sudah ditetapkan.
"Sudah, Pa lagian Cris sekarang sudah di rumah dan dia pulang lambat karena tugas kuliahnya. Maklumi saja jangan terlalu mengekang Cris, dia sudah besar dan dia juga pasti tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Mama Cris berusaha menenangkan suaminya yang sedang marah.
"Baiklah kali ini kamu Papa maafkan, Cris. Tapi, jika kejadian ini terulang lagi harus ada hukuman untuk kamu," ucap Papanya Cris dengan tatapan serius.
"Iya, Pa Cris minta maaf dan Cris janji ngga akan ngulangin kesalahan ini," ucap Cris berjanji kepada Papanya.
Setelah itu Criszya diperbolehkan masuk ke dalam kamar oleh Papa dan juga Mamanya. Setelah berada di kamar, Criszya langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Kalau Papa dan Mama tahu yang sebenarnya Criszya pasti sudah habis dicerca oleh orang tuanya. Namun, hati Criszya yang sedang jatuh cinta kepada Hafidz tidak menghiraukan amarah Papa dan Mamanya. Yang Criszya inginkan sekarang adalah setiap hari bisa bertemu dengan Hafiz melalui majlis.
Criszya pun membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil memandangi langit - langit kamarnya. Criszya tersenyum sambil membayangkan wajah Hafiz yang membuat hatinya selalu menggetar saat mengingat Hafiz. Criszya mulai tertarik dengan agama Hafiz. Apakah kedua orang tua Criszya akan merestui dirinya jika suatu saat nanti Criszya membulatkan tekad untuk pindah agama demi pujaan hatinya itu?
Hmm Criszya tidak ingin memikirkan itu dulu yang terpenting adalah sekarang dirinya sedang merasa sangat senang karena bertemu hafidz di majlis tadi. Criszya ingin cepat memejamkan matanya untuk tidur dan di dalam hatinya berdoa supaya dipertemukan lagi dengan Hafidz di dalam mimpinya. Sebegitu jatuh cintanya Criszya kepada Hafiz. Dan sebegitu besar kepercayaan Criszya untuk mendapatkan Hafiz walau ia tahu kalau penghalang antara dirinya dan Hafiz adalah tembok yang sangat besar dan tinggi.
Keesokan harinya Criszya sudah ditunggu oleh Papa dan Mamanya untuk menyantap sarapan bersama dimeja makan seperti biasanya.
"Pagi, Ma. Pagi, Pa," ucap Cris sambil mencium kening Mama dan Papanya.
Papa Criszya masih bersikap dingin kepada Cris karena peristiwa tadi malam. Cris tidak menghiraukan itu karena Mamanya masih sangat bersikap hangat kepada anak kesayangannya itu.
"Pagi, Sayang. Ayo sarapan dulu sebelum berangkat ke kampus," jawab Mama Cris.
Criszya pun duduk disamping Mamanya yang sedang menyedokan nasi ke piringnya dan juga ke piring Papa Cris. Setelah itu mereka menyantap sarapan bersama.
Setelah sampai di kampusnya, Criszya pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Criszya masuk ke dalam lorong rak buku n****+ karena n****+ yang ia punya sudah dibaca semua dan kalau membeli n****+ baru Criszya belum ada waktu untuk pergi ke toko buku karena jadwal kuliah yang padat.
Criszya melihat lihat dan memilih buku n****+ apa yang akan ia pinjam dan akan ia baca. Ada ratusan buku n****+ di rak buku ini dan itu membuat dirinya bingung. Criszya membaca satu per satu judul n****+ dan mencari n****+ yang menarik untuk ia baca.
Keadaan perpustakaan kali ini tidak terlalu ramai. Tidak ada satu pun suara yang terdengar saking sunyinya. Hanya ada beberapa orang saja di dalam ruang perpustakaan termasuk seorang pria yang juga sedang berdiri di rak buku agak jauh dari tempat Criszya berdiri. Ya benar itu adalah Hafiz.
"Itu Hafiz! Ya tuhan kenapa bisa ketemu disini ya. Benar ya memang kalau jodoh itu ngga kemana," gumam Criszya merasa senang karena awal hari ini yang bisa bertemu dengan Hafiz.
Criszya tidak ingin terlalu terlihat salah tingkah dan memilih untuk meneruskan mencari n****+ yang menarik ya walaupun sesekali bola matanya mengarah ke ekor mata untuk mengintip kegiatan pria pujaan hatinya itu.
Hafiz sedang berada di rak buku khusus buku buku islami. Dan sepertinya Hafiz belum menemukan buku yang akan ia pinjam dari rak tersebut.
Criszya memperhatikan tubuh Hafiz dari kejauhan. Criszya sungguh sangat kagum dengan pria itu. Pria dengan ketampanan wajah dan juga hati sangat sempurna dimata Criszya.
Tak lama kemudian Hafiz pun pergi dari tempat semula ia berdiri sambil mengambil sebuah buku untuk dipinjam. Lalu Criszya mengahampiri rak buku tempat Hafiz meminjam buku. Cris melihat lihat buku buku islami di rak buku itu. Dan ada satu buku yang judulnya sangat menarik bagi Criszya yaitu 'Menjadi Perempuan Idaman Seperti Fatimah'.
"Siapa Fatimah?" tanya Cris dalam hati.
Karena sangat penasaran dengan Fatimah dan isi buku itu, Cris pun mengambil buku itu dan membawanya ke meja peminjaman buku.
"Loh, Cris kamu beneran mau pinjam buku ini?" tanya penjaga perpustakaan yang kebetulan kenal dengan Cris.
"eh iya, Bu ini tadi teman Cris nitip buku ini," ucap Cris terbata bata karena bingung ingin menjawab apa lagi.
"Oh untuk teman kamu," ujar Ibu penjaga perpustakaan tersebut.
Dengan buru buru Cris pun keluar dari perpustakaan dan memasukan buku itu ke dalam totebagnya agar tidak ada yang melihat dirinya meminjam buku itu.