Kesalahan Fatal
"Astagfirullah, apa yang sudah aku lakukan?!" Teriak seorang wanita cantik saat mendapati dirinya tidur dengan seorang pria di sebuah kamar hotel.
Wanita itu bernama Vera Ruvida Bimantara. Dia menarik selimut agar tubuh polosnya tertutup sempurna. Kepalanya berdenyut saat mencoba mengingat kejadian semalam. Sayangnya dia sama sekali tidak bisa mengingat malam panas yang telah dilalui dengan pria muda yang masih nyenyak dalam tidurnya.
Patah hati ditinggal menikah oleh tunangannya membuat Vera nekat pergi ke sebuah bar. Awalnya dia hanya ingin melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapinya, namun nasib sial justru menimpanya.
Vera bertemu dengan pria asing yang sengaja memasukkan obat ke dalam minumannya. Selain pengaruh obat, Vera juga minum minuman beralkohol, dia mengira minuman yang dipesannya adalah soft drink.
Untungnya seorang bartender muda melihat rencana jahat yang dilakukan oleh pelanggan setia di bar tempatnya bekerja. Dia berhasil menggagalkan rencana jahat pria asing itu.
"Hey, bangun!!! Dasar Pria mecum."
Vera memukul d**a pria yang sudah tidur dengannya dengan kasar. Kekesalannya bertambah ketika pria itu dengan santainya bertanya, "Sudah jam berapa, Mom? Yoga masih ngantuk."
Setelah bertanya jam, pria yang bernama Yogaswara Nanda Kristanto, kembali memejamkan mata, membalik badan memunggungi Vera.
Pastinya dia tidak sadar jika telah melakukan kesalahan fatal. Niat baiknya ingin menolong seorang wanita mabuk malah membuatnya berakhir di sebuah kamar hotel dalam keadaan tanpa busana.
Apa yang telah mereka lakukan? Pastinya tidak hanya saling berciuman bukan? Ya, tentu saja, mereka sudah melakukan hubungan yang belum boleh dilakukan oleh pasangan belum halal.
Vera menyerah membangunkan Yoga. Dia berniat ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang terasa lengket. Saat menggerakkan tubuhnya dia merasakan nyeri yang luar biasa di area sensitifnya. Kemudian dia menyingkap selimut, kedua matanya melihat bercak darah lalu berteriak, " Dasar Pria mecum. Berani sekali mengambil keperawanan ku!" Dengan membabi buta Vera memukul wajah Yoga menggunakan bantal.
"Mommy, aku masih ngantuk kenapa mengganggu tidurku," ujar Yoga kesal, terbangun karena mendapatkan pukulan bertubi-tubi. Meskipun begitu kedua matanya belum terbuka.
"Buka matamu sialan!" Teriak Vera lagi.
Telinga Yoga mendengar suara yang tak pernah didengarnya. Kemudian membuka matanya dengan perlahan karena masih mengantuk. "K-kamu siapa?!" Tanyanya dengan terbata.
Vera memalingkan wajahnya ketika Yoga duduk tanpa menyadari jika selimutnya tersingkap. Asetnya yang semalam berdiri dengan gagahnya kini terlihat sedang bobok nyenyak setelah bekerja keras.
Sadar dengan keanehan wanita di sebelahnya Yoga melihat ke arah bawah. Mulutnya menganga ketika melihat keadaannya saat ini. Buru-buru dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Kenapa kamu ada disini? Dan, siapa kamu sebenarnya?" Tanya Yoga dengan suara lembut. Meski bekerja sebagai bartender dia bukan pria nakal.
"Harusnya aku yang bertanya," bentak Vera. "Kamu siapa dan kenapa membawaku ke sini?!"
Yoga menggaruk kepalanya, rambut berantakan dan wajah bantalnya membuatnya terlihat semakin tampan. Namun, tidak membuat Vera terpana. Justru semakin memancing amarah wanita yang baru saja kehilangan kesuciannya.
Beberapa saat kemudian Yoga membulatkan kedua matanya. Menepuk kening berulang kali dan menjambak rambutnya. Dia baru saja teringat kejadian semalam. Saat dia bergerak lincah di atas wanita yang kini menatapnya tajam.
"Aku akan bertanggung jawab," ujar Yoga dengan penuh kesungguhan.
Vera mendengkus kesal. Semudah itu pria didepannya mengatakan ingin bertanggungjawab. Padahal mereka belum tahu nama satu sama lain.
"Aku bersungguh-sungguh ingin bertanggung jawab. Apa kamu tidak percaya? Meski masih muda aku sudah memiliki pekerjaan dan bisnis yang bisa menghidupi anak dan istriku."
"Anak?" Tanya Vera, bingung dengan pikiran pria didepannya. Bisa-bisanya membicarakan tentang anak.
Yoga mengangguk. "Bukankah kita sudah melakukannya semalam?"
"Aku tidak mau menikah denganmu. Dan, aku yakin tidak akan hamil. Jadi, lebih baik kita melupakan kejadian semalam. Anggap kita tidak pernah bertemu dan tidak ada kejadian apapun diantara kita."
Vera menahan sakit di bagian bawahnya, berjalan tertatih menuju kamar mandi dengan lilitan selimut. Sementara, Yoga hanya menutupi tubuhnya menggunakan bantal dengan wajah bingungnya.
Dalam hatinya bertanya-tanya, kenapa ada wanita yang tidak mau menikah setelah kesuciannya direnggut? Yoga masih mengingat dengan jelas saat dia memasuki Vera. Dia adalah orang pertama yang merenggut keperawanan wanita cantik itu.
***
"Hai, Ga. Tumben bawa mobil," tanya sahabat Yoga bernama Dandi. Mereka baru sampai di parkiran depan fakultas seni rupa dan desain.
"Mendung, Mommy berisik banget minta aku bawa mobil. Btw, kamu tumben berangkat lebih awal."
"Mau apel dulu. Biasalah lagi ngambek si ayang. Aku jemput nggak mau malah minta di antar pulang saat aku ada kelas."
"Bolos lagi?!" Tanya Yoga pada Dandi. Selain berteman keduanya adalah partner bisnis.
Sejak SMA sudah membangun bisnis kedai kopi dan kini berubah menjadi sebuah cafe kekinian yang tidak pernah sepi pengunjung.
Meski terlahir dari keluarga kaya, keduanya tidak menjadi anak manja. Justru berniat membangun bisnisnya sendiri untuk membuktikan jika mampu berdiri di kedua kakinya sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
Itulah, yang membuat mereka bekerja sebagai bartender. Gaji dari sana digunakan untuk tambahan modal memperbesar bisnis yang mulai berkembang pesat.
"Kelas kosong karena Pak Mahdi sedang sakit. Katanya ada dosen baru yang menggantikannya tapi belum jelas juga."
"Kalau begitu aku ke kantin dulu. Mau makan siang sebelum masuk kelas."
Yoga melangkahkan kedua kakinya menuju kantin fakultas yang berada di lantai dua. Banyak yang menyapanya karena dia seorang idola kampus.
Sejak masuk dunia kampus dua tahun lalu, Yoga tidak tertarik dengan pacaran. Fokusnya hanya belajar dan membangun bisnis.
Hari-harinya disibukkan dengan kuliah, bekerja sebagai bartender, mengurus cafe dan membuatkan desain interior kliennya. Sangat sibuk hingga pacaran tidak masuk ke dalam list hidupnya saat ini.
"Mas Yoga mau pesan apa?"
"Soto sama es jeruk, Bu."
"Siap, Mas. Cari tempat duduk dulu nanti sotonya Ibu antar."
Yoga mengangguk, lalu mencari tempat duduk yang masih kosong. Hari ini jadwal kuliahnya siang, namun sejak pagi dia berada di cafe. Akhir bulan membuatnya sibuk mengurus gaji para karyawannya.
Setelah duduk, Yoga mencomot tempe goreng yang sudah tersedia di atas meja. Perutnya keroncongan karena tadi pagi hanya sarapan sedikit.
"Uhuk ... uhuk ..." Yoga tersedak tempe saat melihat seorang wanita cantik yang semalam dia renggut kesuciannya.
Dengan senyum manis, wanita itu menjawab sapaan para mahasiswa yang sedang berada di kantin. Berjalan menuju ke arah penjual bakso jumbo.
Mata Yoga tak melepaskan pandangan dari wanita itu. Terus memperhatikan semua yang dilakukan wanita cantik itu tanpa berkedip.
"Cantik banget ya, Mas," ujar Ibu kantin. “Kayaknya mahasiswi baru, soalnya Ibu tidak pernah melihatnya di kampus ini.”
“Mungkin juga mahasiswi Fakultas lain, Bu.”
“Iya, juga sih, Mas.”
Ibu kantin meninggalkan Yoga setelah mengantar pesanan makanan dan minumannya.
‘Sial! Kenapa dia ada di sini?’ gerutu Yoga dalam hati, menutup wajahnya dengan telapak tangan, sambil menyantap makan siangnya.