You're Amazing

1082 Kata
Otak Kyra memproses kata-kata dari lelaki, yang kini mulai kembali menjalari tubuh mungilnya dan tengah mencoba, untuk melepaskan helaian kain penutup pada tubuh Kyra. Kyra tak berkutik. Bukan hanya karena kalah tenaga seperti kemarin malam. Akan tetapi, ia tidak mungkin menolak laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya ini kan? Leon menurunkan tali yang berada di bahu Kyra, mengecup bahunya yang mungil dan begitu mulus, untuk ukuran seorang anak pelayan saja. Tak sabar. Leon bangkit dan langsung menyingkap serta menyingkirkan kain penutup di tubuh Kyra. Tangan kanan Kyra menutup bagian sensitif di bagian atas tubuhnya. Sementara, bagian bawah di tutup dengan tangan kirinya. Malu. Ia tidak nyaman membuka pakaiannya begini. Meskipun, laki-laki di depannya sudah pernah menjamah tubuh Kyra sekalipun. Leon mendekat dan melepaskan penghalang bagian atas dan bawah, yang Kyra buat. Kyra ingin memberontak dan menutupinya lagi. Namun, Leon segera menangkup bibirnya yang mungil, serta mengungkung tubuhnya. Tak ada kata-kata yang terucap dari mulut Leon. Karena ia sedang sibuk dengan mainan barunya. Kyra mencengkram erat seprai, saat laki-laki yang tengah mengungkung tubuhnya ini, mulai melakukan penyatuan. Ia menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam. Membiarkan lelaki yang tengah menghujam tubuh mungilnya dan memuaskan keinginannya. "Pe-pelan-pelan, Tuan," pinta Kyra lirih, pada orang yang berada di atas tubuhnya, yang tengah terpejam sambil menghujam. Tak ada jawaban. Daripada menjawab. Leon lebih memilih untuk menikmati saja penyatuan ini. Membuat peluh keluar lebih banyak lagi dari pori-pori kulitnya, maupun dari pori-pori kulit wanita di bawah kungkungannya ini. "You're amazing," ucap Leon yang tengah membuka mulutnya dan dengan napas terengah. Leon mengeratkan cengkraman tangannya dan dengan sekali hentakan. Ia menyelesaikan permainannya ini dan menjatuhkan tubuhnya di samping Kyra. Keesokan harinya. Kedua kelopak mata Leon bergetar dan dipaksakan untuk terbuka lebar, meskipun sulit sekali rasanya. Masih mengantuk dan juga lelah, setelah seharian kemarin melakukan sebuah acara pernikahan. Leon terbelalak. Ia membuka kelopak matanya lebar-lebar, lalu bangkit dari atas tempat tidur. Ia terduduk di atas ranjang, sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling kamar. Sepi dan tidak ada siapapun selain dirinya. Kali ini, ia mengingat dengan cukup jelas, apa yang terjadi kemarin. Acara pernikahan dan dilanjutkan dengan ya... bisa dibilang malam pengantin, bersama dengan seorang gadis, yang baru beberapa kali ia temui. Namun, sudah memberikannya kenikmatan, lebih dari satu kali. Leon mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Benar-benar keputusan yang gila, yang baru kali ini ia ambil. Bukan hanya karena frustasi ditinggalkan oleh calon pengantinnya sendiri. Akan tetapi, karena siapa orang yang malah ia nikahi lah penyebabnya. Seorang anak pelayan?? Benar-benar di luar nalar. Ia tidak pernah berniat untuk melakukan hal ini. Kalau saja bukan demi membuat acara tetap berlangsung dan juga, dengan apa yang pernah ia lakukan pada gadis itu, saat kembali dari pesta lajangnya. Sudah dapat Leon pastikan. Ia tidak akan pernah melakukan kegilaan ini. Ceklek! Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka, tanpa diketuk lebih dulu. Sosok wanita bertubuh mungil menyembul dan langsung menunduk, tatkala arah tatapan Leon tertuju kepadanya. Kyra berjalan perlahan ke dekat tempat tidur dan berhenti di dekat nakas. "Sarapan dulu, Tuan," ucap Kyra sambil meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas. Ia tidak beranjak kemana pun dan hanya tertunduk diam saja. Karena, saat pagi tadi ia melarikan diri ke kamar sang ibu. Lagi-lagi ia diusir keluar dan tak lagi diterima di sana. Tak ada pilihan lain, selain dengan kembali ke kamar laki-laki yang sudah menjadi suaminya ini, dengan membawakan sarapan untuknya, tanpa diminta sekalipun. Leon bergeming. Ia menatap Kyra dari atas hingga ke bawah. Seketika itu pula, ia kembali merutuki kegilaannya sendiri, dengan menikahi wanita yang sama sekali bukan tipenya ini. "Aku ingin mandi dulu!" ucap Leon kemudian, yang langsung bangkit dari atas ranjang dan melenggang pergi ke kamar mandi. Kyra bergegas merapikan tempat tidur dan juga menyiapkan pakaian bagi Leon. Belum lagi, kelopak bunga yang sempat bertebaran di atas tempat tidur, turut ia rapikan. Beres. Cukup menguras keringat juga. Pintu kamar mandi terbuka dan Kyra langsung menundukkan kepalanya lagi, dalam posisi berdiri di samping tempat tidur. Leon mendekat. Ia meraih pakaian dari atas tempat tidur dan mengenakannya. Kyra masih disitu. Ia tidak memperhatikan orang yang tengah berpakaian dan terus menunduk saja. Pakaian melekat. Rambut pun telah disisir rapi, lalu Leon mendaratkan bagian belakang tubuhnya di tepi tempat tidur dan meraih sarapan, yang sudah Kyra bawakan untuknya. Satu suapan smoothies masuk. Leon melirik ke arah wanita yang terpaku di tempat dan menegurnya. "Kenapa hanya berdiri saja disitu?" tanya Leon. Kyra mengangkat kepalanya. "Ha? Kenapa Tuan?" tanya Kyra. "Sudah sarapan belum? Duduk dan sarapan," perintah Leon. Kyra mengusap perutnya. Lapar memang, belum sarapan dan sudah sibuk mengurusi kebutuhan laki-laki yang disebut 'suami' ini. "Ayo, makanlah dulu!" perintah Leon lagi. Kyra hendak berbalik. Namun, Leon kembali memanggilnya. "Hei, mau kemana!" tegur Leon. Kyra kembali berbalik seraya berkata, "Em, saya mau sarapan di dapur, Tuan." "Untuk apa jauh-jauh ke dapur? Makan saja yang ada. Aku tidak akan kuat menghabiskan semua ini!" cetus Leon. Kyra berlutut di bawah lantai dan meraih sepotong sandwich, dari tumpukan sandwich di atas piring, lalu melahapnya. Leon bergeming sejenak, sambil memperhatikan wanita yang gesture tubuhnya, masih mencerminkan seorang pelayan, lalu menghela napas panjang dan menegurnya lagi. "Jangan makan di bawah situ, duduklah di sini," ucap Leon sambil melirik ke arah samping tubuhnya sendiri. Kyra mengangguk patuh dan menuruti setiap perkataan yang Leon ucapkan. Ia duduk di samping Leon dan menikmati sarapan pagi bersama. Sesekali Kyra melirik ke arah Leon di sampingnya. Memperhatikan Leon secara diam-diam, sambil takjub sendiri, karena ia sudah bak Cinderella yang dipersunting oleh pangeran dan dalam waktu semalam, langsung menjadikannya seorang ratu. "Tidak ada pilihan lain," ucap Leon yang telah selesai sarapan dan tiba-tiba saja berucap demikian. "Ha?" Kyra membuka mulutnya dan ternganga. "Supaya acara tetap berlangsung. Apa yang terjadi kemarin, terpaksa aku lakukan," jelas Leon. Kyra menelan sisa sandwich di dalam mulutnya dan bergeming sambil mendengarkan penuturan Leon. "Jadi, jangan terlalu serius menanggapi hal ini. Kamu hanya pengantin pengganti saja. Bukan pengantinku yang sebenarnya. Kamu bisa menikmati semua yang aku miliki dan tetap berkuliah. Tapi, hanya sebatas itu. Selebihnya, jangan terlalu ikut campur dengan urusan pribadiku. Dan juga, aku akan pergi hari ini, untuk mencari wanita, yang seharusnya aku nikahi kemarin." Kyra diam membatu. Baru saja merasa seperti seorang Cinderella. Tapi nyatanya, ia adalah wanita yang salah. Ia bukan Cinderella, hanya seorang wanita yang memiliki angan-angan yang tinggi. Tangan Kyra mengepal. Apalagi, setelah Leon bangkit dari sisinya dan pergi keluar. Bukan sekedar pergi biasa. Melainkan, pergi untuk mencari wanita lain. Kyra tersenyum getir. Ia merasa sedang dipermainkan. Lantas, untuk apa menikahinya? Kalau sekarang, ia malah mencari wanita lain dan mengabaikan dirinya begini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN