6. Alexa's Boobs

862 Kata
Kebun binatang. Oke. Hanya dua kata, tetapi benar-benar mampu menggema di otak Kenzo pagi itu hingga pria itu hanya bisa berharap jika dunia berhenti berputar. Dari sekian banyak orang yang mengunjungi Jepang, mereka ingin melihat indahnya bunga sakura. Karena ini adalah musim panas bunga sakura tidak mekar, tetapi masih banyak wisata lain yang bisa Alexa kunjungi. Bukan mengunjungi kebun binatang. Kenzo bermaksud menginterupsi gagasan konyol Alexa untuk pergi ke kebun binatang, tetapi ibunya menatap dengan tatapan tajam seolah mengatakan jangan coba-coba menentang keinginan Alexa. Konyolnya lagi gadis kecil itu tidak bersedia menggunakan mobil, ia ingin menggunakan kereta. Bukan masalah besar karena layanan kereta di Jepang sangat baik dan nyaman, masih bisa di terima oleh akal, tetapi pergi ke kebun binatang? Gagasan terkonyol yang pernah Kenzo dengar seumur hidupnya. Beberapa kali Kenzo berusaha meregangkan otot-ototnya, tadi malam ia tidak bisa tidur dengan nyaman karena Alexa tidak bersedia tidur di kamar yang telah di sediakan untuknya, gadis itu beralasan tidak bisa tidur tanpa di temani lebih dulu oleh ibunya atau ayahnya. Kenzo akhirnya mengalah, setelah memastikan Alexa tertidur, Kenzo merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berukuran lebih pendek dari tinggi badannya dan hasilnya pagi ini otot-otot tubuhnya menegang. Bukan hanya menegang, ia juga merasa kepalanya sedikit berat karena kurang tidur dan tentunya kualitas tidurnya tadi malam sangat buruk. “Cepatkah, kau lambat sekali seperti seekor kerang,” gerutu Alexa sambil memberengut. “Apa di London tidak ada kebun binatang?” tanya Kenzo sambil tertawa mengejek. Alexa mengerutkan bibirnya. “Kebun binatangnya lebih baik, tapi aku ingin melihat Panda di sini,” ujarnya. Kenzo mengepalkan telapak tangannya dan meletakkannya di depan bibirnya, ia tertawa hingga bahunya terguncang. “Hanya itu?” tanyanya kemudian. Alexa menatap Kenzo dengan tatapan kesal. “Cepatlah!” Ia meraih pergelangan tangan Kenzo, menyeret pria tinggi itu seolah ia anak kecil yang sedang menyeret kakaknya. Setelah berulang kali membaca denah lokasi untuk mencari kandang Panda, akhirnya mereka berdua tiba di sana. “Ken, lihat! Dia sangat lucu.” “Lihat! Dia sangat menggemaskan.” “OMG! So cute!” “Aku ingin menggendongnya.” “Aku ingin memeluknya.” Kenzo yang berdiri di sambil Alexa hanya tersenyum, ia bersedekap menyaksikan gadis itu begitu antusias melihat Panda. Semua pose  Panda diabadikan oleh Alexa menggunakan ponselnya. “Aku akan meminta Daddy untuk membelikan satu untukku,” gumam Alexa sambil terus mengarahkan kamera ponselnya kepada Panda yang berada di dalam kandangnya. Kenzo meletakkan telapak tangannya di atas kepala Alexa. Menepuknya dengan lembut beberapa kali sambil bibirnya mengilas senyum samar, ia tidak ingat lagi kapan bersenang-senang. Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan terkadang bermain game. Mungkin terakhir kali ia menginjakkan kakinya di kebun binatang adalah umurnya delapan tahun, ia nyaris tidak bisa mengingatnya. Seperti gagasan pergi ke kebun binatang tidak buruk. “Lihat Panda yang berada di sebalah sana, kuperhatikan dia tidak berhenti makan! Oh, dia sangat rakus. Pantas saja badannya besar,” ucap Alexa sambil menunjuk seekor Panda yang tampak lahap memakan batang bambu muda. “Karena nutrisi yang terkandung di dalam batang bambu muda itu sangat sedikit, sehingga Panda memerlukan banyak batang bambu untuk ia konsumsi,” ujar Kenzo memberikan penjelasan dengan sabar seolah ia sedang berbicara dengan Crystal, keponakannya. “Apa dia hanya memakan bambu muda?” “Ya.” “Kenapa bukan wortel saja?” Kenzo terkekeh. “Karena dia bukan kelinci,” jawabnya dengan nada geli. “Aku ingin ke sini setiap hari untuk melihat Panda,” ujar Alexa. Kenzo tersenyum. “Kau akan bosan jika ke sini setiap hari,” ujarnya. “Andai bisa memberi makan Panda sendiri....” gadis itu bergumam. Sebenarnya ada satu tempat di mana pengunjung dapat berinteraksi dan memberi makan Panda secara langsung, sayangnya tempat itu bukan di Tokyo, tetapi di Chengdu, China. Kenzo tahu itu dan ia tidak ingin memberi tahu Alexa karena akan merepotkan nantinya. Alexa menggeser layar ponselnya. “Aku akan mencari informasi siapa tahu ada tempat khusus yang memperbolehkan kita memberi makan Panda,” ujarnya. Mendengar itu, Kenzo tiba-tiba panik. “Bagaimana jika kita membeli permen kapas dulu?” tanyanya sambil dengan gerakan halus menarik ponsel di tangan Alexa. Ia mengingat di tempat khusus penjual makanan ada yang menjual permen kapas, karena Alexa dianggap anak kecil olehnya, Kenzo berharap permen kapas bisa mengalihkan perhatiannya. “Tapi....” Alexa bermaksud meraih ponselnya kembali, sayangnya Kenzo telah menyimpan benda itu ke dalam saku celananya. Pria itu tersenyum manis dan hangat. “Setelah itu kita akan bertanya kepada petugas kebun binatang, lagi pula aku juga merasa haus," katanya sambil berpura-pura mengelus lehernya. “Ide bagus. Ayo, membeli permen kapas!” Gadis itu tampak kegirangan. Pendar di matanya tampak berkilat-kilat, ia menyeringai lebar kemudian melangkah mendahului Kenzo.  Kenzo menghela napasnya lalu mengembuskannya, perasaannya sangat lega. Diam-diam ia mengamati penampilan Alexa dari belakang, gadis itu mengenakan rok mini berwarna merah dipadukan dengan kaos berlengan panjang dan sepatu berwarna putih dengan corak senada dengan pakaiannya. Rambut panjangnya yang lurus dibiarkan tergerai, rambut berwarna coklat keemasan itu tampak berkilat-kilat terkena cahaya matahari. Benar-benar seperti anak kecil. Sayangnya saat mengamati b****g Alexa yang tampak meliuk, pikirannya mulai mengembara menyusuri tubuh gadis itu. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi, tetapi Alexa tidak kurus dan bentuk tubuhnya sintal, padat dan terbentuk sempurna di tempat yang tepat. Tanpa sadar ia menelan menelan liurnya sambil membayangkan jika ia meremasnya, sepertinya kenyal dan lembut. Bukan hanya di sana, pikiran pria itu juga membayangkan d**a Alexa yang selalu ia tutupi menggunakan pakaian longgar. Kenzo yakin area itu juga sempurna seperti bokongnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN