Bab I - Awal Malapetaka
Menjadi anak kedua dari tiga
bersaudara, bahkan berfisik lemah
membuat Lita menjadi anak pingitan
bahkan tidak mempunyai teman
bahkan teman sekolah saja tidak
berani mendekati Lita karena
beberapa kali didamprat oleh Rosa
ibu kandung Lita yang walau sayang
sekali pada Lita tapi juga membuat
Lita seperti asisten rumah tangga.
Yup!! walau tidak suka melihat
Lita sakit tapi Rosa juga tidak suka
melihat Lita hanya berdiam diri saja
walaupun masih ada tugas sekolah
yang harus dikerjakan, akhirnya lagi
lagi Lita harus mengerjakan semua
tugas rumah seperti mencuci baju,
memasak, membersihkan rumah,
bahkan menjaga adik bungsunya Adi
Ketakutan yang berlebihan
membuat Rosa memutuskan untuk
mencari orang yang bisa menjaga
saat Rosa sedang ada pekerjaan
diluar rumah, yup...Rosa memang
harus bekerja menghidupi dirinya,
suami dan ketiga anaknya, karena
suaminya tidak bekerja diluar rumah
dan hanya diam dirumah baca koran
dan mengerjakan reparasi barang
elektronik yang merupakan hobby
yang tidak beruang itu dirumah
mereka itu
Orang yang bertugas untuk
mengawal Lita sepanjang hari
adalah salah satu anak dari orang
yang menyewa tempat dirumah
kontrakan yang dibangun oleh
neneknya Lita karena memang
rumah mereka dibangun diatas
tanah milik orangtua Rossa.
Andi merasa senang karena
dipercaya untuk mengawal gadis
yang selama ini selalu menjadi
bahan untuknya bermimpi basah
yang menandakan kedewasaan
seorang anak laki laki. Karena walau
bentuk tubuh Lita agak gemuk tapi
wajah dan pembawaannya yang
selalu riang membuat suasana jadi
bahagia disetiap kehadirannya. Dan
dia selalu membuat Andi penasaran
karena tidak pernah keluar rumah.
. "Andi, kalau Lita ga bisa
dibilangin kamu bilang enci yah".
kata Rossa saat memberi petuah
kepada Andi yang dengan senang
hati menerima tugas untuk menjaga
Lita.
. "iya ci, nanti Andi laporan kalau
Lita nakal". jawab Andi dengan
mukanya yang kelihatan banget
kalau dia meledek Lita yang melihat
itu dan menjadi kesal.
. Sebenarnya bukan Rossa ingin
membatasi pergaulan Lita selama
ini, tapi semua karena hasutan dari
Andi yang mengatakan Lita sering
kali melantur kalau pulang sekolah
padahal sebenarnya adalah Lita
sedang mencoba untuk mencari
uang tambahan guna membeli buku
cerita yang ingin sekali Lita beli, dan
juga untuk bertemu dengan Akbar
pria yang sudah meluluhkan hati
Lita. Akbar adalah teman sekelas
Lita, dia adalah sosok ketua kelas
yang selalu membuat anak gadis
dikelas berteriak histeris karena
menganggumi ketampanannya.
Sudah hampir seminggu Akbar
dan Lita berpacaran, awal yang tidak
terduga yaitu karena keisengan
Akbar yang menjadi ketua genk di
kelas. Seringkali Akbar menggoda
Lita karena kecantikan dan tubuhnya
yang seksi untuk ukuran anak kelas
6 sekolah dasar, bongsor lebih tepat
nya kalau kata orang orang dulu.
Lita yang judes membuat Akbar
seringkali menjadi tertantang untuk
menaklukan hatinya yang seringkali
menjawab dengan jutek semua
pertanyaan pertanyaan yang dikasih
oleh Akbar, padahal Akbar adalah
ketua kelas terang saja dia merasa
tersinggung atas sikapnya Lita dan
juga merasa penasaran.
Seperti yang terjadi hari ini
saat Akbar dan teman genknya buat
acara untuk perkemahan sabtu dan
minggu yang rutin diadakan setiap
tahun, dan karena Lita adalah anak
baru disekolah sehingga acara ini
sekalian ditujukan untuk menyambut
anggota pramuka baru.
Rencana yang sudah disusun oleh
Akbar adalah pada saat acara
Jurit malam dia mau mengerjai Lita
yang menjadi sosok jutek agar bisa
dikerjain dalam kelas kosong yang
sudah disusun beberapa meja
menjadi bentuk panggung, padahal
ditengahnya sudah diatur agar tidak
ada meja alias kosong yang akan
menyebabkan kecelakaan buat nanti
orang yang melintas pasti jatuh
terperosok. Rencana jahat itu sudah
disusun oleh Akbar agar nantinya
dia yang akan jadi pahlawan untuk
menolong Lita sekaligus ajang balas
dendam karena ucapan judes dari
Lita.
Waktu yang ditunggu tiba, anak
anak yang berkeliling kelas untuk
mencari petunjuk dan permainan
yang dibuat oleh senior berkeliling
dan satu persatu tugas yang diberi
sudah selesai tersisa Lita yang
masih mencari tugas yang diberikan
padanya, yaitu menemukan barang
berbentuk simpul tali pramuka
dilingkungan sekolah. Padahal awal
acara sudah diinfo bahwa barang
yang diminta ditemukan hanya
lantai 1 dan 2 saja, tapi karena ide
dari Akbar jadinya lantai 3 pun ikut
menjadi target pencarian dari Lita.
Ditengah kegelapan gedung
sekolah Lita berjalan hanya dengan
penerangan senter kecil, lantai 2
yang ditutup dengan sengaja oleh
Akbar dan semua petunjuk dirubah
menjadi ke lantai 3. Akhirnya Lita
menemukan petunjuk didalam ruang
kelas yang sudah disetting dan ada
Akbar yang sudah menunggu untuk
menertawakan Lita yang akan jatuh
dimeja yang sudah diaturnya itu.
Lita berjalan perlahan dan naik
ke tumpukan meja dan panggung
yang sudah dibuat, Akbar yang diam
menunggu dengan sabar Lita yang
jatuh sedikit tegang karena takut
akan terjadi apa apa dengan Lita.
Perubahan niat tiba tiba karena Lita
tiba tiba saja bersin karena ada bau
debu yang kuat dari kain yang
menutupi meja yang tersusun itu.
Lita naik perlahan dan saat
mendekati meja bolong tengah tiba
tiba Akbar berteriak dan berlari naik
ke atas meja sehingga bukan Lita
yang masuk kedalam meja jebakan
itu melainkan Akbar, suara teriakan
Lita melihat Akbar yang terjatuh
dengan kencang membuat seluruh
anggota PerSaMi datang ke lantai 3
dan membantu Akbar untuk keluar
dari tumpukan meja tersebut.
Setelah Akbar berhasil dibantu
para kakak pembina Pramuka untuk
keluar dari tumpukan meja itu, Lita
segera menghampiri Akbar dan
membantu memapahnya untuk
kembali ke tenda yang dibuat oleh
regunya. Dibantu oleh teman seregu
nya Akbar menjerit jerit kesakitan
karena kakinya sepertinya keseleo,
salah satu teman seregu Akbar
diminta untuk mengabari keluarga
Akbar agar dijemput pulang.
Dan seluruh anggota dibubarkan
untuk kembali kerumah masing
masing karena insiden ini. Lita yang
merasa bersalah karena dipikirnya
Akbar jatuh karena menolongnya,
bukan karena memang Akbar yang
ternyata berubah pikiran dan coba
untuk menyelamatkan Lita dengan
sesungguhnya.
Semenjak kejadian itu sikap
Lita menjadi lebih baik pada Akbar,
sudah tidak menjawab dengan ketus
dan jutek, sedangkan Akbar yang
terus diledekin sama temannya
karena kejadian itu menjadi malu
dan menjauhkan diri dari regunya.
Lita yang selalu mendekati Akbar
sebagai bentuk terima kasih dan
rasa sesalnya akibat kecelakaan itu
dan rasa itu mulai muncul sampai
Akbar mengirimkan surat cintanya
yang pertama pada Lita.
"Saat kamu membaca surat ini aku
pasti sedang menahan malu karena
sudah mengakui hal yang harusnya
tidak aku katakan padamu, tapi aku
tidak bisa menahan rasa ini. Lita
maukah kamu jadi pacarku?
Surat yang singkat tapi mampu
membuat jantung Lita berdetak
kencang, bagaimana tidak seminggu
lalu pria ini berjuang keras mengusili
bahkan mengerjainya, dia bahkan
kerap kali membuat kesal hati Lita
karena ucapannya yang meledek
nama Rossa mama yang sangat
disayanginya. Tapi hari ini eh tidak
3 hari yang lalu pria ini juga yang
sudah menyelamatkan dirinya saat
dia akan jatuh didalam tumpukan
meja meja itu, dan surat ini..ya
ampun, Lita tidak dapat menahan
gerakan kepalanya menatap meja
belakang dari baris tempat duduk ini
disana Akbar dengan tertunduk ikut
menatap matanya dan menunggu
jawaban dari gadis jutek yang ada
di meja depan barisan ini.
"Ma, Lita boleh ijin fotocopy
kedepan gang ga? ada soal buat
ujian biar Lita bisa belajar lebih giat
tanya Lita dimalam saat Rossa
baru saja pulang dari tempat kerja.
"Boleh aja ta, tapi ditemenin sama
Andi yah. Biar aman". Jawabnya
Rossa sambil mengelap keringat
yang bercucuran karena udara yang
panas.
"yah mama, emang ga boleh Lita
pergi sendiri? lagian emang Andi ga
lagi belajar juga?" sungut Lita kesal.
"Ga boleh, Andi tuh udah baik sama
kita dia peduli loh dia ga pernah
ngeluh walau dia mau ujian. Kalau
buat kamu dia selalu siap antar".
tambah Rossa dengan senyuman.
"Ya udah kalau gitu minta
tolong sama Andi aja yang fotocopy
ngapain Lita juga harus ikut kalau
dia juga harus pergi". kata Lita
dengan muka cemberut. Gagal
sudah rencana Lita untuk keluar
rumah, padahal dia sudah janjian
dengan Akbar yang sudah resmi
jadi pacarnya seminggu lalu.
Andi mendengar ucapan Rossa
dari dalam kamar mandi dengan hati
yang senang, betapa Rossa sangat
percaya padanya. "Akan ada saat
dimana aku akan mendapatkan
tubuh montok dan seksi itu". ucap
Andi dalam hati.
Bingung kenapa Andi bisa
mendengar ucapan Rossa dari
dalam kamar mandi? itu karena
kamar mandi rumah Rossa digabung
dengan kamar mandi untuk orang
kontrakan, khusus untuk keluarga
Andi tentunya karena sudah
dianggap keluarga sendiri oleh
Rossa. Jadi kamar mandi itu
mempunyai dua pintu, satu dari luar
dan mengunci dari dlm kamar
mandi...satu lagi dari ruang tamu
rumah Rossa dan dikunci dari
dalam rumah kalau tidak ada yang
mau pakai kamar mandinya.
Ujian Nasional kelas 6 segera
dimulai, pelajaran tambahan dan
belajar kelompok pun semakin giat
dilakukan oleh anak anak kelas 6.
Tidak terkecuali Lita dan Akbar,
ajang kerja kelompok dimanfaatkan
oleh mereka untuk bertemu kangen
Pembagian kelompok yang
tidak adil dilakukan oleh Akbar,
karena dia dengan memanfaatkan
posisinya sebagai ketua kelas untuk
mengatur kelompok untuk belajar
bersama. Didalam tentu saja ada
Lita dan tidak ada anak perempuan
lain selain Lita didalam kelompok
itu, dan jadwal yang sudah diatur
oleh Akbar adalah wajib setiap hari
ada kerja kelompok di rumah anak
secara bergantian. 75% belajar dan
sisanya 25% dihabiskan oleh Lita
dan Akbar untuk memadu kasih,
walau hanya berpegangan tangan
dan berciuman pipi dan bibir tapi
cukup membuat mereka sangat
bahagia.
Hingga suatu hari kerja
kelompok diadakan di rumah Lita,
saat itu Rossa sudah membuka toko
kelontong agar papa Lundi bisa ada
kegiatan dirumah tanpa bosan yaitu
dengan menjaga toko. Sesekali
Rossa ikut membantu seperti hari ini
yang bertepatan dengan adanya
kerja kelompok dirumah mereka, Lita
dengan semangat menyiapkan dan
membersihkan rumahnya agar tidak
berantakan karena ulah Adi adiknya
yang seringkali membuat rumah
menjadi berantakan. Tepat jam 2
Akbar dan anggota kelompok yang
lain datang dan mereka belajar
bersama, seperti biasa adegan
pacaran dua sejoli ini pun masih
dilakukan. Namun kali ini Akbar agak
lebih berani karena yakin dirumah
Lita aman, mama dan papanya ada
ditoko depan, Feby kakaknya tidak
ada karena sekolah siang dan Adi
juga ada ditoko bermain game
nintendo dijaman itu.
Suasana yang sepi ditambah oleh
kompaknya anggota belajar itu
membuat Akbar dan Lita berani
lebih jauh, tak hanya berciuman dan
berpegangan tangan tapi juga
ditambah dengan remasan dan
belaian lembut di d**a yang masih
rata milik Lita. Sampai pada
akhirnya terdengar suara pompa
air dibelakang kamar Lita yang
terdengar agak keras membuat
keduanya kaget dan segera melepas
pelukan dan ciuman mereka.
Dengan perasaan kesal Akbar
akhirnya mengajak anggota lainnya
untuk pamit pulang, sedangkan Lita
merasa kesal dan benci terlebih
mengetahui siapa orang yang sudah
mengganggu kegiatan yang sungguh
menyenangkan itu. Ya..Andi...dialah
orang yang sudah merusak suasana
mesra antara Akbar dan Lita karena
dia melihat adegan yang Lita dan
Akbar lakukan dan membuat dia
menjadi cemburu buta.
Rasa amarah itu membuat dia
menjadi sangat marah dan membuat
penyesalan besar untuk Lita sampai
hari ini.
-------------------€€€--------------
Kelulusan SD dijalani Lita
hanya dengan diam sendiri dirumah
dimana semua temannya ikut acara
perpisahan ke Ciater Jawa Barat,
hanya Lita seorang yang tidak ikut
karena Rossa tidak mengijinkan
karena Andi tidak diperbolehkan ikut
hanya karena beda sekolah, padahal
Andi adalah penjaga Lita yang harus
ikut kemana pun Lita pergi dan
karena itu Lita kehilangan
kesempatan untuk mengucapkan
salam perpisahan pada laki laki
yang sudah memberikan ciuman
pertama dalam hidup Lita.
Hari berganti dan Lita pun
sudah masuk sekolah lanjutan dan
hubungannya dengan Akbar pun
harus berakhir karena Akbar masuk
sekolah lanjutan dengan basic
agama yang lebih kental.
Sikap Andi makin menjadi, dia malah
menunjukkan keposesifan dia
melebihi sikap dari mama Rossa.
Lita yang menjadi korbannya karena
semua yang dilakukan oleh Lita
harus sepengetahuan dan seijin
dari Andi.
Suatu hari Lita merasa rindu
dengan belaian dan ciuman Akbar
yang sudah membuatnya ketagihan,
sehingga membuat Lita bergairah
bahkan dipertemuan terakhir Lita
dan Akbar mereka sudah sampai
sekitar wilayah d**a ke atas hampir
sampai wilayah perut andai saja
Andi tidak merusak semuanya.
Karena rasa kangen itu membuat
Lita membayangkan sentuhan yang
pernah dia rasakan dari Akbar, hari
itu Lita masuk siang sekolahnya dan
dirumah suasana sangat sepi
karena kedua orangtuanya ada
urusan diluar rumah dengan
membawa Andi karena memang
masih kecil, Feby juga belum pulang
sekolah. Sehingga Lita membelai
bagian tubuhnya dengan kedua
tangannya sambil membayangkan
sentuhan dan remasan lembut yang
pernah dia rasakan dari Akbar.
Mungkin karena terlalu terlena Lita
sampai tidak menyadari bahwa dia
mengeluarkan suara erangan yang
terdengar sangat seksi terdengar
oleh telinga orang yang dengan
sengaja mengintip dari lubang kunci
pintu kamar Lita. Andilah orang yang
mengintip kegiatan yang sedang
dilakukan Lita, bahkan sekarang Lita
sudah membuka satu persatu baju
yang dia kenakan dan terus memberi
sentuhan di dadanya yang baru
tumbuh. Erangan yang ditimbulkan
Lita membuat Andi sangat bernafsu
dan akhirnya
brak!!!! suara pintu didobrak oleh
Andi dan karena sangat terkejut Lita
bukannya menutup tubuhnya yang
telanjang malah bengong seketika
dia tersadar malah pada saat Andi
sudah berdiri tepat didepannya dan
mulai meremas dadanya dengan
kasar, Lita dengan muka ketakutan
bergerak mundur sambil mencari
handuk dan pakaian untuk menutupi
tubuhnya yang telanjang sempurna
dengan pucuk p******a yang tegang
karena mendapat elusan dari Andi
Andi melihat Lita akan menutup
pemandangan yang indah itu segera
merebut kain dan handuk untuk
menutupi bahkan dia sambil
menendang pintu agar tertutup dan
segera menghampiri Lita kembali.
"Apa apaan kamu Ndi, keluar
ga? teriak Lita kencang yang
langsung dibungkam oleh Andi
dengan tangan kanannya sedangkan
tangan kirinya meremas p******a
Lita membuat Lita meringis sakit.
"gue udah lama pengen banget liat
lu telanjang kayak gini Ta, gue sering
bayangin lu menghisap p***s gw
sampai gue puas, lu harus elus gue
juga seperti yang lu lakuin sama
cowo lu waktu itu. Lu pikir gue ga
liat kan kalau gue ngintipin lu waktu
itu". kata Andi lagi mulai mencium
bibir Lita dengan kasar.
Lita yang tidak siap dicium langsung
menjerit kecil karena bibirnya luka
terkena benturan gigi dari Andi. Dia
buang muka menghindar dari bibir
Andi tapi ditahan oleh Andi dan Lita
terpaksa meringis menahan mual
karena mulut Andi yang bau karena
baru saja bangun tidur.
Setelah puas mencium dan
meremas d**a Lita, Andi juga ikut
membuka semua pakaiannya dan
bugil didepan Lita. Dengan terburu
buru Andi menindih tubuh Lita agar
Lita tidak bisa bergerak lagi karena
berat badan Andi lumayan untuk
membuat Lita tidak bisa bergerak.
Usapan ditubuh bawah Lita
membuat Lita sedikit bergairah
apalagi tadi dia juga masih sedikit
bergairah karena rindunya pada
Akbar dan juga remasannya. Andi
tidak menyia nyiakan kesempatan
saat Lita bengong dan mencoba
untuk memaksakan senjatanya ke
bagian bawah tubuh Lita dengan
semangat, tanpa dibiarkan dulu Lita
untuk mendapatkan pelumas agar
v****anya basah dan mudah untuk
dimasuki. Dan jeritan itu keluar juga
dari mulutnya Lita yang langsung
ditutup oleh mulut Andi yang segera
bergerak dengan cepat untuk
mencapai kepuasannya dari tubuh
perawan Lita. Dan hal itu terjadi
dengan sangat kasar dan cepat
berbarengan dengan suara petir
disiang hari itu menambah suasana
yang kelabu mewakilkan tangisan
Lita yang kehilangan keperawanan
nya oleh orang yang sangat
dipercaya oleh mama Rossa.
Tangisan dan rintihan sakit
dari bibir Lita membangunkan Andi
dari tidurnya, bukan merasa malu
dan takut tapi dia dengan santai
memakai celana dan pakaiannya
keluar dari kamar Lita sambil
menyeret Lita menuju kamar mandi
dan memasukkan kepala Lita ke
dalam bak mandi yang gelap karena
hari mulai gelap yang di akibatkan
oleh hujan, disela nafas Lita yang
tersengal karena kekurangan
oksigen Andi terus menekan kepala
Lita kedalam dan menariknya lagi
keluar tanpa menghiraukan tangan
Lita yang meronta ronta meminta
dan mencoba menghentikan tangan
Andi yang terus menerus menekan
itu.
Lita ditemukan dalam
keadaan pingsan tanpa busana oleh
Feby sore itu saat dia pulang dari
sekolah. Jeritan Feby membuat
orang orang yang mengontrak di
rumah Rossa berdatangan melihat
apa yang terjadi sehingga Feby
teriak dengan kencang karena
kondisi adiknya yang mengenaskan.
"Tolong....Lita...bangun neng
teriak Feby sungguh menyayat hati
karena panik dia malah sibuk cari
orang untuk membantu adiknya dari
pada menutupi tubuh Lita yang
masih polos dengan bercak darah
disekitar s********n Lita dan darah
gumpal yang ada di atas tempat
tidur Lita dengan kondisi tubuh Lita
yang basah kuyub. Melihat itu ibu
Parmi ibunya Andi berinisiatif untuk
mencari handuk dan selimut guna
menutupi tubuh Lita anak dari tuan
rumah tempat dia mengontrak yang
selama ini banyak membantunya
dan keluarganya selama ini.
2 jam kemudian Rossa datang
bersama Lundi dan Adi setelah
mendapat telepon dari salah satu
penghuni kontrakan. Kondisi Lita
sudah sadar dan menangis tapi
tidak bisa bicara apa apa karena
setiap ditanya ada apa Lita hanya
menangis dan menjerit histeris lalu
pingsan kembali.
Rossa menangis melihat keadaan
putri bungsunya yang terlihat sangat
syok dan ketakutan, dia mencari
Andi disekeliling tapi tidak melihat
keberadaannya. Dan ketika Rossa
menanyakan hal itu pada Lita reaksi
nya malah Lita menjerit dan
meraung histeris mendengar nama
tersebut. Disaat itulah Rossa heran
dan menanyakan kepada bu Parmi
dan jawabannya adalah Andi sedang
pergi ke Banten kampung halaman
mereka secara mendadak.
Pov Andi
"hahahahaha akhirnya gue bisa
dapetin keperawanan Lu Ta, lu yang
selama ini sombong banget jadi
cewe. Mampus deh lu rasain
balasan dari gue, sok jual mahal sih
lu", batin Andi saat dia berada dalam
kereta yang membawanya ke luar
kota alias ke kampung halamannya
untuk melarikan diri.
Rencana pelariannya mengalir
begitu saja begitu mengetahui darah
segar mengalir dan s**********n Lita
dan juga wajah Lita yang membiru
setelah aksi celup mencelupkan
kepala yang dia lakukan tadi karena
mendengar tangisan Lita setelah
selesai dia perkosa.
Sedikit menyesal tapi kepuasan
yang Andi alami membuat dia
melupakan bahwa ada resiko yang
akan dia hadapi dikemudian hari
atas kelakuannya itu.
***
Sementara itu di rumah Lita
berkumpul Pak Tardi dan bu Parmi
yang merupakan orang tua dari Andi,
mereka meminta kepada Rossa
dan juga Lundi karena mereka malu
sudah membuat Lita terluka seperti
itu tanpa mengetahui bahwa pelaku
sebenarnya adalah anak mereka
sendiri, karena sampai Lita kembali
dari rumah sakit setelah dirawat dan
diberikan resep obat penenang yang
membantunya tertidur dengan lelap.
"Maafin Andi yah ci, gara Andi
pulang kampung si eneng Lita jadi
dijahatin orang kayak gini", isak
tangis bu Parmi sambil memegang
tangan Rossa.
"Iya mi, emang kenapa si Andi tiba
tiba pulang kampung? bukannya
belum waktunya liburan yah? kan
baru aja masuk sekolah". Jawab
Rossa sambil terus menangis.
"Gimana keadaan Lita ci? kata pak
Tardi ikut bicara karena tak tahan
melihat istrinya nangis terus.
" Lita syok dan trauma berat, kata
dokter dia diperkosa karena ada
tanda tanda kekerasan di daerah
vitalnya". jawab Rossa lagi.
"masya Allah...yang sabar ya nci,
semoga pelakunya segera ketemu"
kata pak Tardi lagi tampak terkejut.
Sebulan setelah kejadian itu
Andi kembali tanpa merasa berdosa
dia memang menghindari Lita hanya
karena takut reaksi Lita akan teriak
seperti info yang didapat dari kedua
orang tuanya. Tapi ternyata obsesi
Andi pada Lita tidak berhenti sampai
di situ saja, Andi bahkan berencana
kembali melakukan aksi b***tnya
lagi kepada Lita saat ada waktunya.
Lita baru saja selesai mandi
saat kedua orangtuanya pulang
bersama Adi adik bungsunya, hari
ini Rossa hanya pergi sebentar
karena dia berencana membuka
toko kembali setelah hampir sebulan
mengurus dan merawat Lita yang
masih syok dengan kejadian itu.
"eh Andi, kemana aja lu? enci cariin
juga. emang ada urusan apa lu pergi
tiba tiba ke kampung ampe Lita
celaka aja lu ga ada lindungin dia".
Kata Rossa saat melihat Andi masuk
perkarangan rumah kontrakan
milik keluarganya tersebut.
Andi yang kaget melihat Rossa dan
mendengar tegurannya hanya diam
dan meringis. "iya ci maaf, Andi lagi
ada urusan dikampung. Nenek sakit
jawab Andi berbohong pada Rossa.
"Iya dah sono, jagain Lita yang
bener Ndi, terakhir lu pergi dia kena
musibah itu". kata Rossa pelan.
Andi masuk ke kamar
kontrakan yang selama ini ditempati
keluarganya, jumlah mereka yang
banyak membuat Andi dan ayahnya
harus tidur didepan kamar yang
merupakan fasilitas jalan untuk
penghuni rumah kontrakan yang
lain. Setelah menaruh tas ranselnya
Andi berencana ke rumah bagian
belakang yang adalah rumah induk
alias rumah Rossa. Dia ingin lihat
gadis yang sudah dia perkosa dan
sudah memberikan kepuasan yang
sangat dia sukai dan bayangkan
selama ini.
Dengan mengendap endap dia
berjalan dan akhirnya sampai ke
depan pintu kamar Lita dan melihat
dari jendela bahwa yang empunya
kamar sedang tertidur. Hari itu
memang hari libur tapi lagi lagi Lita
ditinggal dirumah karena Feby dan
Adi diajak pergi oleh Lundi papanya
sedangkan Rossa sedang menjaga
toko dan merapihkan kembali
setelah tutup lama sekali.
Posisi tidur Lita sungguh buat
Andi menjadi ber*****h kembali. Dan
diam diam membuka pintu kamar
yang tidak terkunci serta menutup
juga tidak lupa menguncinya. Dia
juga menutup tirai kamar agar tidak
terlihat dari luar apa yang akan dia
perbuat kembali pada Lita yang
bertambah cantik dan seksi itu.
"Akhirnya kita ketemu lagi ya
cantik, gue udah kangen nidurin lu.
Gue liat kok lu makin semok aja, lu
puas ya sama sodokan gue terakhir"
kata Andi sambil menutup mulut Lita
dengan tangan kanannya. Lita yang
baru saja sadar setelah mulutnya di
bekap oleh tangan Andi melotot dan
langsung pucat pasi, terlintas lagi
ketakutan yang dia alami sebulan
lalu akibat orang yang ada didepan
nya ini. Keringat dingin mengalir di
sekujur tubuhnya sehingga basah
dan membuat tonjolan didadanya
mencetak p****gnya yang tidak
menggunakan bra saat dirumah.
"waw. t***t lu udah makin jadj yah,
makin gede aja, lu harus terimakasih
ama gue karena gue udah bikin ini
tambah mancung". kata Adi sambil
mencubit p****g Lita dengan gemas.
"hmmmft....huhftt...." terdengar Lita
mendengus karena tidak dapat
mengeluarkan suara. Dia melotot
ke Andi yang mulai menjilati pucuk
dadanya yang membusung dan
bergoyang karena usahanya untuk
melepaskan diri, tapi tenaga Andi
jauh lebih kuat sehingga kena juga
p****g itu oleh isapan dan usapan
lidah Andi yang hangat terasa.
Naluri ketakutan Lita sedikit buyar,
ketika sengatan listrik terasa saat
pucuk dadanya disentuh lidah Andi
tanpa sadar Lita melenguh geli dan
membuat Andi menjadi tambah
b*******h. Andi mencari selimut dan
mengikat kedua tangan Lita ke atas
kepalanya dan dikaitkan ke kepala
tempat tidur yang memang kokoh itu
dan mencari kain lain untuk
menyumpal mulut Lita, karena Andi
ingin mengelus seluruh tubuh Lita
tanpa diganggu tangan Lita yang
terus memukul dan berontak.
"Gue janji kali ini ga sesakit dulu
sayang, gue mau lu mendesah enak
seperti barusan". kata Andi sambil
meremas dan memilin p******a Lita
dan juga p****gnya yang semakin
mengeras, karena secara naluri hal
itu terjadi karena adanya ransangan
dan sentuhan pada wanita.
Lita menggeleng gelengkan lehernya
yang terus dikecupi dan dijilat oleh
Andi, dia merasa jijik dengan tangan
Andi yang mulai turun ke perut dan
s**********n Lita dan mengusap
lembut bulu tipis yang ada disana.
"waw.... disini juga menarik, gue ga
tahu kalau lu juga seksi di bagian ini
dan sepertinya minta dijilat juga ya"
kata Andi yang tanpa dikomando langsung
mencium dan menjilat daerah terlarang
milik Lita tersebut.
Dengan nafas tersengal dan detak
jantung yang tidak beraturan dan trauma
yang kembali berputar dalam benak
Lita membuat dia pingsan dan lemas
sedangkan Andi dengan terus bernafsu
masih saja menjilat dan mulai memasuki
v****a Lita yang mulai rapat kembali
setelah pengobatan yang dilalukan
selama 1 bulan terakhir. Erangan Andi
membuat Lita tersadar dari pingsannya
dan menangis memeluk selimut, kedua
tangan dan mulutnya sudah dibuka oleh
Andi setelah dia selesai melepaskan
gairah yang dipendamnya selama 1 bulan
dalam pelariannya kemarin.
"Awas lu sampai ngadu sama enci,
gue bikin lu ngesel pokoknya mulai
sekarang lu harus jadi pemuas nafsu gue".
kata Andi mengancam Lita. Ketika Andi
hendak menyeret Lita kembali ke kamar mandi,
perlahan terdengar suara batuk Lundi papanya
Lita dan akhirnya Andi gagal menyiksa Lita
dan memilih untuk kabur sambil terus
mengancam dan melotot ke arah tubuh Lita
yang penuh tanda merah-merah.
3 bulan dari kepulangan Andi dari Banten,
Lita terus hidup dalam ketakutan, setiap kali
Andi masuk kamar mandi saat malam hari untuk
mandi, pasti Lita dipaksa untuk ikut dan memuaskan
napsunya dalam kamar mandi dan setelah itu
kepalanya berkali-kali dicelupkan di bak kamar
mandi sehingga membuat Lita kehabisan nafas.
Itulah awal muasal trauma Lita yang terus dialami
sampai detik hari ini.
TBC