“Reload!” “Berapa banyak lagi ?” Teriakku, menunduk dalam dari balik jendela yang sudah dihujani peluru yang tajam dari luar sana. Begitu serangan dirasa mereda aku mengambil langkah sigap bersama Hachi untuk kembali menyerang mereka balik. “Delapan.” Balas Hachi, dia mengisi ulang senjata laras panjang miliknya. Warnanya hitam juga mengkilap, sangat mengagumkan. Tentu saja. “Atau mungkin Sembilan. Entahlah aku tidak tahu.” “Sial.” Sekali lagi aku mengumpat, menggerutu selagi kedua tanganku sigap untuk memasang senjata didaun jendela untuk dapat memibidik musuh dengan kecepatan kilat. Seperti gayaku yang biasa dalam bidang ini. Snipper. Mataku telah memaku pandang kearah luar, siap membidik bagai mata elang. Tanganku pula bekerja cukup cepat untuk mencengkram senjata sekaligus menekan