Dipaksa Melayani

1109 Kata
Sementara itu, di sebuah kamar yang terlihat cukup luas, lengkap dengan beragam fasilitas yang super mewah, tampak Leonel tengah digoda oleh salah satu wanita peliharaannya. "Sayang, kenapa tidak ke kamarku sih. Bukankah malam ini jatahku?" tanya wanita dengan pakaian minim memasuki ruang kerja Leonel. Pakaian itu terlihat sama seksinya dari lingerie yang tadi akan dikenakan Violetta. "Untuk sementara waktu, kamu dan yang lainnya bisa istirahat dulu! Kalian bisa bersenang-senang saja tanpa melayaniku," jawab Leonel menoleh ke arah wanita yang tengah mendekatinya. Wanita itu bernama Pauline. "Kok gitu? Apa kamu sudah bosan sama kami?" tanya Pauline manja dan langsung naik ke pangkuan Leonel yang tengah duduk di kursi kebesarannya. "Bukan begitu, Pau-pau. Aku baru saja mendapatkan mainan baru. Jadi, aku harus mencobanya dulu," sahut Leonel sambil meremas salah satu bagian tubuh Pauline yang sensitif. "Ah, Sayang, padahal aku sudah menyiapkan semuanya, kamarku sudah harum dan aku sudah menyiapkan minuman kesukaanmu." Pauline merengek, semakin memeluk leher Leonel serta menarik dan mengarahkan kepala pria itu untuk berlabuh di dadanya. "Lepas! Pokoknya kamu harus mulai terbiasa! Aku tidak tau kapan aku akan bersama siapa, mulai sekarang tidak ada lagi jatah tetap. Aku akan memilih sesuka hatiku kalau kamu tidak suka, kamu boleh pergi dari sini!" kecam Leonel tegas sambil menarik kepalanya dari rengkuhan Pauline. Dengan wajah kesal, wanita itu menuruti perintah Leonel. "Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Ya sudah kalau memang maunya begitu, aku hanya berharap kamu tetap adil seperti biasanya." Dengan bibir yang terlihat dimanyunkan, Pauline pun beranjak dari pangkuan Leonel. "Sudah sana kembali ke kamarmu! Aku ingin melihat mainan baruku." Leonel ikut berdiri dari posisi duduknya dengan senyumnya yang tipis. Saat ini, dia sudah membayangkan Violetta dan itu membuatnya senang. Sementara Pauline, wanita itu dengan perasaan kesal meninggalkan tempat itu, meskipun sebenarnya dia ingin membanting pintu, tapi dia tidak berani melakukannya. Bisa-bisa dia mendapatkan hukuman jika sampai melakukan hal bodoh itu, entah kenapa dia merasa sangat kesal, padahal selama ini dia senang-senang saja kalau Leonel tidak ke kamarnya dan memilih wanita koleksinya yang lain. "Siapa sih wanita baru itu? Apa begitu istimewanya dia sampai-sampai Leonel mengabaikanku? Tidak-tidak, akulah primadonanya di sini, wanita lain bahkan tidak ada yang seistimewaku. Paling juga hanya satu dua hari Leonel menyukainya dan setelahnya dia pasti akan mencariku lagi. Aku yang paling cantik, seksi dan pandai di ranjang," gumam Pauline memuji dirinya sendiri. Bersamaan dengan Pauline yang kembali ke kamarnya, Leonel pun keluar dari kamar dan langkahnya langsung tertuju pada sebuah lift yang ada ujung lorong sana. Setibanya di depan lift, pria itu menekan angka tiga, ruangan paling atas di rumahnya. Hal yang tak biasa dilakukannya, terlebih untuk wanita yang baru dia beli. "Bagaimana tampilannya saat ini? Dia pasti cantik sesuai ekspektasiku karena dalam keadaan kucel saja dia masih terlihat cantik. Jadi, aku pikir dia akan semakin cantik setelah dibersihkan dan mengenakan pakaian bagus," batin Leonel sebelum pintu lift terbuka. Tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka saat sudah tiba di lantai yang dituju Leonel. Pria itu pun melangkah keluar dari sana dan langsung menuju ke kamar di mana Violetta berada. Dia sudah tidak sabar ingin melihat dan merasakan bagaimana rasa perempuan yang masih perawan itu. Sudah sulit saat ini untuk mendapatkan gadis yang masih perawan, kebanyakan wanita di tempat bordil yang ada di wilayah itu semuanya tidak ada lagi yang masih gadis. Terdengar suara pintu dibuka, Violetta langsung menutupi seluruh tubuhnya. Dia yakin sekali jika Leonel yang masuk, dia tidak mungkin menunjukkan diri dengan pakaian yang dikenakannya. Dia malah berpura-pura tidur agar Leonel tidak berbuat macam-macam padanya. "Buka selimutnya! Aku tau kamu tidak tidur. Jadi, jangan berpura-pura!" Ucapan Leonel seketika membuat tubuh Violetta seketika menegang karena ketakutan. "Bagaimana ini? Apa aku buka saja? Tapi nanti dia pasti berbuat macam-macam," batin Violetta. Saat Violetta sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba selimut yang dipakainya menutupi seluruh tubuhnya sampai kepala ditarik dengan kuat. Violetta langsung gelagapan dan berusaha menutupi area intimnya yang tidak tertutup sempurna karena memakai lingerie. "Waw, ternyata kamu seksi dan bersih. Tidak seperti tadi yang dekil dan bau," ucap Leonel seraya duduk di sisi tempat tidur. "Ampun, Tuan. Tolong jangan apa-apakan saya!" pinta Violetta memohon. "Apa? Jangan ngapa-ngapain kamu? Terus buat apa aku membawamu ke sini, meletakanmu di kamarku yang mewah ini hanya untuk pajangan?" tanya Leonel dengan raut wajah yang menyebalkan di mata Violetta. Violetta pun terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Tadi sudah jelas Leonel mengatakan bahwa dia akan menjadikannya pelampiasan nafsunya saja. Jadi, mana mungkin gadis itu akan diam saja dan membiarkan Leonel melakukannya. "Bagaimana kalau saya bekerja di sini, untuk melunasi utang-utang kakak saya?" tanya Violetta. "Hahaha, kamu mau bekerja berapa tahun? Kamu pikir bisa melunasi utang kakakmu hanya dengan bekerja di sini?" tanya Leonel dengan tawa meledeknya. "Tapi, Tuan. Saya tidak pernah melakukan hubungan seks selama ini, saya benar-benar tidak tau dan tidak ingin melakukannya." "Kamu pikir, kamu punya pilihan di sini? Jangan mimpi kamu! Sekarang, cepat layani aku!" tukas Leonel menarik tangan Violetta agar gadis itu mendekat. "Ampun, Tuan. Saya mohon jangan apa-apain saya! Sungguh saya tidak pernah lakukan hal itu." Violetta masih berusaha memohon, tapi sama sekali tidak di dengar Leonel. Justru apa yang dikatakan oleh gadis itu semakin membuat rasa penasaran Leonel semakin tinggi. Leonel mulai menarik leher Violetta, lalu melumat bibirnya dengan ganas. Violetta yang sama sekali belum pernah melakukan hal itu pun hanya bisa tertegun tak bereaksi apa pun. Tangan Leonel kini terlihat semakin lincah, dia mulai meremas bagian sensitif di d**a Violetta. Gadis itu masih berusaha menolak dengan menepis tangan Leonel. "Diam! Jangan berani-berani menolakku, aku bisa berbuat lebih liar dari ini!" bentak Leonel, raut wajahnya begitu tegas, terlihat penuh amarah hingga membuat nyali Violette menciut. Violetta pun hanya bisa meneteskan air mata, dia tidak berani menolak lagi dan memilih pasrah. Leonel kini mulai menciumi leher Violetta, membuat tubuh gadis itu condong ke belakang. Violetta masih berusaha menahan tubuhnya, agar tidak sampai terbaring di tempat tidur. "Jangan, Tuan!" Violetta menahan kepala Leonel saat pria itu ingin melakukan lebih. "Jangan menolakku! Apa kamu tuli?!" tanya Leonel membentak. "Sa-saya tidak bermaksud menolak, Tuan. Saya hanya ... hanya butuh waktu," jawab Violetta. "Hahaha, ternyata kamu banyak sekali permintaan, tapi sayangnya di sini kamu tidak punya hak apa pun, apalagi memintaku menunda keinginanku. Diam dan nikmati saja!" Dengan tegas, Leonel berucap. Violetta coba memundurkan tubuhnya, sedikit menjauh dari Leonel yang memang sudah tidak memeganginya lagi. Namun, nyatanya hal itu semakin membuat Leonel kesal hingga dia menarik kaki Violetta dan membuat gadis itu terbaring di atas ranjang. "Aku mohon, Tuan. Aku tidak mau kehilangan kesucian yang selama ini aku jaga." Violetta menangis. Suara isaknya bukan membuat Leonel iba, justru pria itu semakin bergerilya menikmati tubuhnya yang putih mulus. Bahkan saking bernafsunya, pria itu sampai merobek lingerie yang dikenakan Violetta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN