Memperkenalkan Diri

1044 Kata
"Ayo siap-siap, kita sarapan di bawah!" ajak Leonel. "Di bawah? Bukannya biasa diantar ke kamar," sahut Violetta heran. "Mulai hari ini kamu akan makan di bawah, kamu harus membiasakan diri untuk berinteraksi dengan penghuni rumah ini. Agar tidak ada jarak apalagi rasa iri dari yang lain karena merasa kamu diistimewakan," jelas Leonel. "Darimananya saya diistimewakan, saya malah merasa seperti tahanan saat ini. Jadi kalau ada yang berpikir saya diistimewakan, mereka salah besar. Apalagi saya harus melayani Anda setiap saat," jawab Violetta meski dengan suara pelan. "Jangan membantah, turuti saja apa kataku. Lagian kemarin dan semalam kamu bebas, karena aku terlalu lelah. Hari ini pun aku harus pergi, entah apakah akan pulang atau tidak. Maka dari itu, aku ingin kamu akur dengan penghuni rumah yang lain. Jangan sampai ada keributan," ucap Leonel. "Maksudnya, para wanita Anda yang lain? Tapi benar Anda tidak akan pulang?" tanya Violetta menahan rasa bahagianya. "Kenapa? Apa kamu cemburu? Jangan bilang kamu juga sedih kalau aku tidak pulang," ujar Leonel. "Eh, ya tidaklah. Ngapain aku cemburu, apalagi sampai sedih." Violetta dengan cepat memprotes ucapan Leonel. "Kenapa? Apa kamu pikir aku tidak pantas mendapatkan itu? Kamu masih berpikir aku jahat, setelah aku membantu keluargamu? Harusnya aku tidak mengeluarkan uang lagi setelah membelimu, tapi rasa ibaku membuatku membantu ekonomi keluargamu. Harusnya kamu bersyukur!" tegas Leonel kesal. "Iya, maafkan saya, Tuan. Terima kasih karena sudah baik pada keluargaku, meskipun aku tidak minta." Violetta berusaha membuat Leonel senang, meskipun dia sendiri tidak merasa ingin berterima kasih. Dia berpikir sudah selayaknya Leonel membantu keluarganya, karena dia sendiri tidak bisa melakukan apapun untuk keluarganya lagi di dalam penjara mewah ini. "Sudah ayo turun!" ajak Leonel. "Baik, Tuan." Violetta pun beranjak dari duduknya di depan meja rias lalu mengikuti Leonel keluar. Untunglah dia susah memiliki pakaian rumahan yang layak untuk dipakai keluar kamar, setelah permintaannya waktu itu Leonel membelikannya beberapa pakaian selain lingerie. Tapi, untuk lingerie sendiri sudah hampir habis di lemarinya. Kebiasaan Leonel yang suka merobeknya saat bercinta, membuat benda itu seperti makanan sehari-hari yang cepat habis. Mereka pun masuk ke dalam lift, lalu turun ke lantai bawah untuk ke ruang makan. Setibanya di lantai bawah, beberapa anak buah Leonel sudah siaga dan langsung menunduk hormat begitu bos mereka lewat. Setibanya di ruang makan, ternyata tiga wanita Leonel sudah ada di sana. "Tumben kalian sudah di sini," ucap Leonel dan langsung duduk. "Kan Sayang mau pergi, jadi kami harus di sini menemani Sayang sarapan." Pauline menjawab mewakili yang lainnya. "Oh, kamu duduklah di sana biar dia yang duduk di sini!" Leonel meminta Catrina yang duduk di dekatnya untuk bergeser dan digantikan Violetta. "Biar saya saja yang di sana, Tuan." Violetta yang merasa tidak enak, langsung menolak keinginan Leonel. "Kamu menolak perintahku?" tanya Leonel dengan tatapan tajam. "Tidak, Tuan. Saya merasa tidak enak saja, karena saya baru di sini." Violetta menjawab dengan jujur apa yang dirasakannya. "Sudah duduk saja di sini, kami sudah terbiasa tergeser kalau ada yang baru." Catrina yang kesal langsung berjalan dan sedikit menyindir. "Sudah tidak usah berisik hanya karena tempat duduk. Kamu perkenalkan diri dulu, agar kalian bisa dekat dan tidak saling iri." Leonel menengahi dan meminta Violetta memperkenalkan diri. "Perkenalkan saya Violetta, boleh panggil saya Vio atau Letta." Violetta memperkenalkan diri sebelum akhirnya duduk di kursi kosong depan Leonel. "Kenalin aku Pauline, atau bisa panggil Pau-pau. Untuk sekarang aku yang paling lama di sini," ucap Pauline memperkenalkan diri. "Aku Catrina," ujar Catrina singkat. "Aku Evelyn, yang paling terakhir dari mereka berdua. Kamu boleh panggil aku Eve," timpal Evelyn. "Sudah, sekarang kalian makanlah. Aku harus pergi sebentar lagi," ucap Leonel. Mereka pun menikmati sarapan, ketiga gadis lain sesekali berceloteh. Beda dengan Violetta yang hanya diam saja, sampai akhirnya Pauline mengajaknya bicara atau bertanya sesuatu padanya barulah Violetta menjawab. "Aku sudah selesai, aku harus pergi sekarang. Ingat kalian harus akur, juga jangan pergi kemanapun. Karena aku tidak mau kalian pergi tanpa ijin dariku!" tegas Leonel sebelum beranjak. "Tenang saja, Sayang. Aku akan menjaga mereka agar akur dan tidak kemana-mana," jawab Pauline. "Jangan hanya ngomong saja, kamu tidak lupa beberapa waktu lalu saat aku pergi selama tiga hari. Kamu mengajak mereka pergi keluar," ucap Leonel mengingatkan. "Hehehe, iya maaf Sayang. Habisnya ada diskon tas di mall, aku tidak bisa tahan kalau sudah mendengar ada diskon." "Kamu selalu begitu, sukanya beli yang diskonan. Padahal uang yang diberikan cukup," jawab Catrina. "Mau bagaimana lagi, aku lebih suka aroma uang dari pada barang mahal. Tapi akhirnya kamu juga ikut kan," sahut Pauline membela diri. "Sudah-sudah, jangan berdebat sekecil apapun. Ingat akan ada banyak mata yang mengawasi," ucap Leonel. "Iya-iya, Sayang. Ayo kami antar keluar," ujar Pauline dan langsung beranjak untuk menggandeng lengan Leonel. Catrina menyenggol lengan Violetta saat Violetta diam saja tanpa bergerak untuk mengikuti mereka. Dengan terpaksa akhirnya Violetta ikut mengantar, mereka pun menuju keluar dari ruang makan lalu ke arah pintu keluar. Anak buah Leonel sudah membuka pintu, Leonel berpesan sekali lagi untuk mereka barulah dia naik ke mobil. Setelah mobil menghilang dari pandangan mata, ketiganya langsung menatap ke arah Violetta. Violetta yang merasa ketakutan dan terintimidasi, hanya bisa menunduk takut. Awalnya ketiga wanita itu berwajah serius, tapi saat anak buah Leonel menatap mereka seketika mimik wajah mereka berubah. Mereka langsung berpura-pura tersenyum dan mengajak Violetta masuk. "Kamu belum melihat kamar kita-kita, kan? Ayo kita ke kamarku dulu?" ajak Pauline. "Tapi, aku harus ke kamarku." Violetta yang masih takut pada ketiganya langsung menolak. "Ayolah, kapan kita bisa dekat kalau kamu menjaga jarak. Leonel meminta kita untuk saling akrab, seharusnya kamu tidak menolak." Pauline mendesak agar Violetta mau ke kamarnya. "Benar, Leonel tidak suka orang yang tidak bisa berbaur dengan yang lainnya. Lagian kalau kamu dekat dengan kami, kamu akan punya kesempatan keluar dari rumah ini. Kita bisa shopping dan jalan-jalan keluar," sahut Catrina menimpali. "Baiklah, tapi saya tidak mau diapa-apain, kan?" tanya Violetta sebelum melanjutkan langkahnya. "Iya dong, ngapain juga kami begitu." Pauline mencoba meyakinkan dengan bibir tersenyum, agar anak buah Leonel tidak curiga. "Ya sudah, ayok kita ke kamar Pau-pau!" ajak Evelyn dan langsung menarik tangan Violetta. Setibanya di kamar Pauline, bukannya mendapatkan sambutan yang baik seperti ucapan mereka. Malah tubuh Violetta di dorong oleh Catrina sampai terduduk di lantai. Wajah Violetta seketika pucat dan takut, dia tidak ingin ketiganya sampai berbuat nekat padanya. "Kamu pasti merasa hebat sudah mendapatkan banyak perhatian dari Leonel!" tukas Catrina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN