Melayani Para Wanitanya

1100 Kata
Siang itu menjadi siang yang panas, karena Leonel harus melayani ketiga wanitanya. Demi mereka Leonel harus menghabiskan tenaga ekstra, berpindah dari satu ke yang lainnya bergantian. Kedua tangannya juga tidak hentinya bekerja, baik menggunakan jari-jarinya juga dengan alat bantu seks yang di miliki Pauline. Ketiganya tidak takut, terjadi sesuatu karena mereka bertiga tidak pernah melayani pria lain selain Leonel. Persyaratan yang harus mereka lakukan untuk menjadi wanitanya Leonel, mereka hanya setia ada Leonel tanpa berani bermain dibelakangnya. Jika sampai ketahuan, mereka tau hukuman apa yang akan didapatkan. Karena Leonel selalu menjaga kesehatan ketiganya, itu kenapa dia tidak ingin sampai tertular penyakit jika mereka berani macam-macam. "Akhhh!" pekikkan kali ini keluar dari bibir Evelyn. Dia pun terkulai lemas, karena susah beberapa kali mencapai klimaksnya. Dia dipuaskan dengan berbagai adegan, baik dengan alat, lidah maupun jari Lionel. Ini adalah klimak terkahirnya dengan menggunakan senjata pamungkas Leonel. "Sekarang giliranmu," ucap Leonel pada Pauline. Pauline yang terakhir harus mendapatkan klimaks dari miliknya, setelah tadi Catrina dan Evelyn mendapatkannya. Kini giliran Pauline dan juga Leonel sendiri, keringat sudah mengucur deras. Leonel kembali mendayung di bahtera kenikmatan, goyangan pinggulnya pada Pauline yang dalam posisi merangkak. "Akhh! terus Sayang sedikit lagi. Ouhhh, nikmatnya." Pauline melenguh meracau karena rasa nikmat yang diberikan Leonel. "Akhhhh!" pekik keduanya secara bersamaan dengan tubuh mengejang merasakan denyutan dari semburan cairan orgasmenya. Keduanya langsung terkulai lemas, Leonel menindih punggung Pauline karena merasa tenaganya terkuras habis. Hampir tiga jam dia melayani tiga perempuan itu dengan berbagai adegan. Leonel langsung turun dari tubuh Pauline dan tertidur di atas kasur dengan posisi tak beraturan bersama tiga wanita itu. *** Hari menjelang malam, saat Leonel terjaga dan menyadari dia berada di kamar Pauline. Leonel langsung turun dari atas tempat tidur, membiarkan ketiga wanita itu tetap tertidur lelap. Leonel masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan keluar kembali dengan hanya menggunakan bathrobe. Leonel langsung keluar dari dalam kamar, melihat Leonel keluar Zack langsung mendekati bosnya. "Bos, kita harus pergi ke gudang penyimpanan. Ada beberapa barang yang hilang," ucap Zack melaporkan. "Akhh, aku sangat lelah Zack. Apa tidak bisa kamu sendiri yang pergi, besok baru aku akan ke sana. Kamu tau, aku harus melayani tiga wanita itu. Tenagaku rasanya terkulai habis, aku keluar karena merasa lapar. Malah kamu suguhkan laporan seperti itu," gerutu Leonel. "Maaf, Bos. Saya sebenarnya ingin pergi sendiri, tapi kalau tidak laporan nanti Bos marah. Makanya saya langsung melapor begitu Bos keluar," jawab Zack membela diri. "Ya sudah, sekarang kamu urus saja. Lakukan yang harus dilakukan, seperti biasanya. Aku paling tidak suka ada pencuri di tempatku," tukas Leonel seraya berjalan menuju ruang makan. Melihat kedatangan Leonel, pelayan langsung menyiapkan makanan. Paman Deck langsung mendekati Leonel, untuk melaporkan jika dia sudah meminta pelayan mengantarkan makan malam untuk Violetta. "Mulai besok, dia harus makan di meja makan. Supaya dia terbiasa dengan rumah ini, satu Minggu sudah cukup untuknya di kamar. Dia tidak akan mungkin berani macam-macam," ucap Leonel. "Baik, Tuan. Akan saya minta pelayan menyampaikannya nanti," jawab paman Deck. "Bos, saya pergi sekarang ya." Zack langsung pamit, saat Leonel mulai menikmati makanannya. Saat sedang menikmati makanan, tak lama ketiga wanita yang habis dilayani Leonel keluar. Mereka juga merasa lapar setelah menguras energi, ketiganya langsung duduk di kursi meja makan. "Sayang pergi gak bilang-bilang, kami nyariin tadi." Pauline membuka suara lebih dulu. "Aku lapar, tidak mungkin menunggu kalian bangun dahulu." Leonel menjawab dengan ekspresi datar seperti biasanya. "Iya, Beb. Kami juga tau kok," sahut Evelyn. "Oh ya, Sayang. Apa boleh kami mendekatkan diri dengan gadis baru itu, supaya kamu lebih dekat dan mengenalnya. Masa dia selalu di kamar, kami juga ingin mengenal dia. Siapa tau tambah satu wanita yang bisa kami ajak shopping bareng," ucap Pauline meminta ijin. "Iya, asal kalian tidak macam-macam padanya. Aku sudah sering ingatkan, jika aku tidak suka jika kalian saling menusuk dari belakang hanya demi mendapatkan perhatianku. Karena aku paling tidak suka itu," jelas Leonel. "Tenang saja, Sayang. Niat kami baik kok, buktinya kami bertiga bisa akur kan. Benerkan, Catrina, Eve?" tanya Pauline mencari dukungan. "Iya, Sayang. Kami akan akur selalu," jawab Catrina. "Always," timpal Evelyn. "Ya sudah, habis ini kalian makan. Aku akan ke kamar atas dan menyampaikan padanya kalau kalian ingin lebih dekat dengannya. Lagipula mulai besok dia akan makan di sini bersama kita," sahut Leonel memberitahu. "Eh beneran, Sayang? Terus kapan kita mulai boleh ngajak dia keluar?" tanya Pauline. "Untuk sementara jangan dulu, tunggu satu atau dua Minggu lagi. Kalau sekarang keinginan dia untuk kabur pasti masih besar, setelah dia nyaman di sini dan menganggap rumah ini tempat yang nyaman. Barulah kalian boleh ajak dia," jelas Leonel. "Oke deh, kalau begitu kami nurut saja. Daripada akhirnya harus di kawal banyak anak buah Sayang, mending tahan dulu. Habisnya kami jadi gak bebas kalau di kawal terlalu ketat," ucap Pauline. "Oh iya, besok aku akan ke gudang senjata. Kalian baik-baik dengannya, aku tidak mau mendengar dia tertekan karena kalian menindasnya. Bukankah aturannya sudah jelas?" "Siap, Beb. Kami tidak akan melakukan itu, jadi tenang saja. Memangnya ada apa di gudang senjata?" tanya Catrina. "Beberapa senjata hilang, harusnya sekarang aku ke sana. Tapi karena kalian tadi jadi aku tidak bisa ikut, badanku terlalu lelah." "Bagaimana kalau kami pijat?" tanya Evelyn. "Tidak usah, kalian pasti juga lelah. Biar nanti gadis baru itu saja yang lakukan," jawab Leonel. "Baiklah, ayo kita lanjut makan. Dari tadi ngobrol terus," ucap Pauline. Selesai makan Leonel lebih dulu meninggalkan meja makan, seketika Pauline dan Catrina menatap tajam ke arah Evelyn membuatnya bingung kenapa mereka menatapnya seperti itu. "Kenapa?" tanya Evelyn. "Kamu sok banget mau mijitin dia, kamu emangnya gak capek? Untung dia menolak, kalau tidak kamu yang akan kami suruh melakukannya." Catrina mengomeli Evelyn karena niatnya tadi. "Apaan sih, aku kan gak tau kalau kalian keberatan. Aku pikir kalian mau asal dia sama kita," sungut Evelyn. "Sudah-sudah, selesaikan makan kalian. Lain kali tidak usah sok baik menawarkan diri, apalagi kondisi kita juga lelah." Pauline akhirnya menengahi, mereka melanjutkan makannya. Setelah duduk beberapa saat di ruang tengah, Leonel memutuskan untuk naik ke lantai atas. Dia akan meminta Violetta memijatnya, karena dia akan tidur di kamar Violetta malam ini. Entah kenapa, meskipun Violetta masih bersikap dingin, Leonel lebih nyaman berada di sana. Setibanya di kamar, Leonel langsung masuk. "Ambil body lotion milikmu!" perintah Leonel. "Untuk apa tuan?" tanya Violetta. "Untuk memijatku, aku lelah hari ini." "Aku tidak bisa memijat, nanti malah sakit semua badan Tuan." "Sudah tidak apa-apa, pijat sebisanya saja. Jangan cerewet," omel Leonel. Dengan terpaksa akhirnya Violetta menurut, meskipun sebenarnya dia hanya malas. Dia tidak ingin membuat Leonel nyaman dengannya, dia berharap Leonel agar jarang ke kamarnya. Karena menurut pelayan yang sering membantunya, Leonel memiliki tiga wanita lagi di rumah itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN