Penyerangan Markas

1091 Kata
"Meminta bantuan kelompok lain, bukankah kita sering membantu mereka. Tidak mungkin mereka tidak mau membantu," jawab Zack. "Tidak, aku tidak akan melakukan itu. Mana mungkin aku meminta bantuan mereka, apa kata dunia nanti. Seorang Leonel Dixon Connor pemimpin kelompok The Crusher meminta bantuan kelompok lain, kamu jangan menjatuhkan harga diriku!" tukas Leonel emosi. "Maaf, Bos. Lalu kita harus bagaimana? Jika kelompok lain mendengar bahwa kita berhasil dikacaukan oleh kelompok lain, kita juga akan kehilangan harga diri." "Kumpulkan semua orang kita dari setiap wilayah, kamu cari kelompok yang bersedia menyiapkan senjata. Lalu kita serang kelompok rendahan itu, jangan semua harus diajari. Kapan kamu bisa punya inisiatif sendiri?" tanya Leonel kesal. "Maaf, Bos. Saya akan segera lakukan perintah Anda," jawab Zack. Leonel yang kesal hanya menendang beberapa barang yang dilewatinya, emosinya meluap karena merasa dipermainkan oleh kelompok yang jauh lebih kecil. Dia tidak bisa percaya jika gudang senjatanya berhasil di terobos, untunglah hanya senjata simpanan yang akan mereka gunakan sendiri yang ada di sana. Karena baru beberapa hari yang lalu, Leonel mengirimkan stok senjata ilegalnya. *** Sementara itu, tanpa Leonel tau ternyata semua yang dilakukan di gudang senjata hanyalah sebuah pancingan. Mereka sudah tau jika di gudang itu tidak akan terlalu banyak yang berjaga karena Leonel sudah melakukan pengiriman. Sesungguhnya mereka hanya ingin membuat kehebohan dan menyerang markas utama yaitu rumah Leonel. Sebuah truk besar menghantam gerbang markas Leonel, beberapa mobil ikut masuk ke dalam dan cukup banyak orang yang keluar dari hampir sepuluh mobil itu. Anak buah Leonel yang tersisa langsung bersiaga menyerang, tapi mereka kewalahan karena di serang secara mendadak oleh banyak orang. "Eric, cepat hubungi Bang Zack. Katakan kalau kita di serang," ucap salah satu anak buah Leonel. Eric yang mendapatkan perintah untuk menelpon, langsung berlindung dan menelpon Zack. Sementara rekan-rekannya yang lain sibuk membalas serangan, saat Zack mengangkat panggilan Eric langsung memberitahu jika mereka di serang. "Bagaimana ini, Bang. Kami tidak akan bisa melawan mereka, jumlah mereka sangat banyak. Bahkan peluru kami tidak akan cukup untuk terus menyerang," lapor Eric lagi "Baiklah, tunggu sebentar biar aku laporkan lebih dulu pada bos." Zack langsung melapor pada Leonel tentang apa yang terjadi, Eric bisa mendengar apa yang di perintahkan Leonel. "Kamu dengar apa yang bos katakan?" tanya Zack. "Iya, Bang. Kalau begitu biar saya minta yang lain mundur dan sembunyi," jawab Eric. "Iya segera laksanakan, kita perkecil korban dari pihak kita. Biarkan mereka merasa menang, kalian tutup pintu dan sembunyikan seluruh orang rumah di tempat biasanya!" "Baik, Bang." Panggilan pun di akhir, Eric langsung menoleh ke arah Eddy rekannya. "Apa kata bang Zack?" tanya Eddy. "Kita mundur, tutup pintu dan sembunyi. Kita tunggu ditempat persembunyian sampai mereka kembali," jelas Eric. Eddy mengangguk dan langsung memberi kode pada rekan-rekannya yang selamat untuk mundur dan masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa anak buah Leonel yang selamat masuk, mereka menutup pintu. Sementara itu, semua seisi rumah berkumpul di dapur. Saat mendengar suara tembakan mereka bergegas berkumpul di sana, termasuk Violetta yang di bawa oleh Mary dan Elina yang menemaninya. "Ada apa ini, Eddy?" tanya paman Deck. "Kita di serang, ayo kita ke ruangan belakang! Lalu sembunyi di ruang bawah tanah," sahut Eddy. Mereka pun bergegas menuju ke ruangan tersembunyi, di mana pintu menuju ruang bawah tanah berada. Tempat yang memang disediakan untuk mereka berlindung jika dalam keadaan darurat. Pauline, Evelyn dan Catrina terus berpelukan dan berjalan mendahului untuk ke tempat persembunyian. "Terus dobrak, kita harus mendapatkan adikku sebelum si b******k itu kembali." Brian meminta orang-orang yang bersamanya untuk mendobrak pintu. Brian, kakak dari Violetta ternyata sudah satu bulan bergabung dengan kelompok Black Master. Dia memberikan beberapa informasi yang dia ketahui tentang kelompok lain, sehingga dalam waktu singkat dia cukup mendapatkan kepercayaan ketua kelompok itu. Sampai akhirnya dia mendengar jika adiknya diambil paksa oleh Leonel. Dia meminta ketua kelompoknya agar membantunya mengambil kembali sang adik. Karena merasa kalah jumlah, kelompok Black Master menyusun rencana. Mereka memperdaya dengan mengacaukan gudang senjata milik Leonel, sehingga membuat Leonel lengah dan membiarkan markas utamanya tidak dalam penjagaan ketat. Akhirnya pintu terbuka, mereka segera menerobos masuk. Tapi saat melihat ke sekeliling rumah dengan sikap siaga, mereka tidak menemukan apapun. Bahkan di lantai lainnya, semua sunyi seperti rumah ini tidak berpenghuni. "b******k! Kemana mereka menyembunyikan adikku, aku pasti akan membunuhmu Leonel!" geram Brian. "Bagaimana ini, adikmu tidak ada lagi di sini. Kita tidak bisa lama-lama di sini, kalau mereka kembali habislah kita. Ayo kita pergi saja!" ajak Ken tangan kanan pemimpin Black Master. "Tapi, Bang. Adik saya belum ditemukan, mereka pasti masih di sekitar sini bersembunyi. Saya tidak bisa membiarkan dia di sini, Leonel pasti menyiksanya. Apalagi jika sampai dia tau aku yang mengacau di tempatnya," ucap Brian dengan wajah memohon. "Tidak, kamu tidak boleh egois. Saat ini mereka pasti sedang ke sini, anggota mereka yang masih di wilayah sini juga pasti sudah diminta bergerak. Bahkan kita tidak membawa separuh anggota kita, kalau mereka kembali atau ada anggota lain yang datang. Kita bisa kewalahan, nanti kita akan susun rencana lain. Kita tidak punya waktu mencari lagi, ayo semuanya kita pergi!" ajak Ken. Akhirnya mereka semua keluar, Brian masih mencoba mencari satu kali lagi di area lantai bawah. Saat tidak berhasil juga menemukan Violetta, akhirnya dia ikut keluar. Dia tidak mau sampai Ken kesal dan meninggalkannya, dia pasti tewas jika sampai bertemu Leonel. Sementara itu, Leonel sedikit panik. Dia bukan takut dikalahkan oleh kelompok lain, tapi dia tidak ingin banyak orangnya yang menjadi korban. Apalagi di markas utamanya, ada beberapa pelayan dan para wanitanya. Dia cemas jika mereka tidak sempat berlindung, sedangkan Zack tidak bisa menghubungi yang lainnya karena memang di tempat persembunyiannya itu tidak ada jaringan telepon. "Bisa cepat sedikit, kita harus segera sampai di rumah." "Baik, Bos." Salah satu anak buah Leonel yang menyetir, langsung menambah kecepatan mobilnya. "Saya sudah minta anggota kita yang dekat dengan wilayah markas untuk lebih dulu datang. Semoga saja mereka berhasil menahan kelompok Black Master," ucap Zack memberitahu. Baru juga Zack selesai bicara, ponselnya berdering. Zack langsung mengangkat panggilan dari salah satu anak buah Leonel yang dimintanya datang lebih dulu. "Bagaimana, Frans?" tanya Zack. "Kami sudah sampai, Bang. Tapi markas sudah sepi, sepertinya mereka sudah kabur dari sini. Apa kami langsung masuk?" tanya Frans. "Nanti, tunggu saja kami sampai. Kita tidak tau apa mereka sedang memasang jebakan, jadi sebaiknya kita masuk sama-sama." "Baiklah, Bang. Kami menunggu tidak jauh dari markas, " jawab Frans. Leonel yang mendengarkan perbincangan itu, menarik napas panjang. Dia benar-benar kesal karena perbuatan kelompok Black Master, selama ini mereka memang tidak akur. Tapi ini kali pertama kelompok itu berani menyerang dan membuat kekacauan di tempatnya. "b******k," geram Leonel sambil memukuli jok mobil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN