Mengingat Kejadian

1209 Kata
"Kamu baru saja kehilangan hal paling berharga bagi seorang wanita, tapi kamu tanya alasannya kenapa harus sedih. Kamu benar-benar polos atau bodoh, aku tidak bisa membedakannya." Leonel mengungkapkan rasa bingungnya dengan sikap Violetta yang tidak ada sedih-sedihnya. "Hal paling berharga? Maksudnya keperawananku, memangnya aku punya pilihan lain. Toh cepat atau lambat itu pasti akan direnggut dariku, kebetulan itu diambil pria sepertimu. Bukan oleh pria yang menjadi suamiku, aku sedih dan menangis sekalipun tidak akan bisa mengembalikannya." Violetta bicara jujur tentang apa yang ada dalam pikirannya. "Sudahlah, kamu tidak cukup pintar untuk diajak bicara. Sudah sana mandi!" tukas Leonel dan langsung berbalik meninggalkan Violetta di kamar mandi. "Dia maunya apa sih, apa memang perempuan yang kehilangan keperawanan harus menangis tersedu-sedu? Aku memang sedih, tapi apa salahnya menerima takdir dan berdamai dengan keadaan?" tanya Violetta pada dirinya sendiri. Leonel yang keluar dari kamar mandi tidak habis pikir, dia masih bingung dengan perempuan yang baru saja menjadi pelampiasan hasratnya. Saat wanita lain akan bersedih, tapi dia seolah menerima keadaan. Dia tidak tau, apakah harus senang atau aneh dengan sikap gadis itu. "Dasar gadis bodoh, ternyata ada perempuan sebodoh dia. Sudahlah, yang penting dia tidak memberontak untuk menjadi penghangat di ranjangku. Yang bersedia aku gunakan kapan pun," gumam Leonel dan kembali berbaring di atas tempat tidur dengan senyumannya. Violetta membersihkan diri, menggosok seluruh tubuhnya dengan kuat. Sebenernya apa yang di katakannya sejak tadi, hanya menjadi penghibur. Sungguh sebenarnya dia sendiri jijik dengan tubuhnya yang sudah dinikmati Leonel. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa pun dan hanya bisa menerima. Apalagi, dia tidak ingin keluarganya menerima dampak jika sampai dia membangkang Leonel. Selesai mandi, perlahan Violetta berdiri di depan cermin menyentuh tubuh bagian depannya dengan ujung jari. "Semua sudah tidak berharga, tidak ada yang perlu dipertahankan. Semua ini karena kak Brian, bisa-bisanya dia berhutang dan menjaminkan adiknya sendiri. Meskipun dia bukan kakak kandungku, tapi kami besar bersama. Kenapa dia tega sekali," ucap Violetta menatap nanar cermin. Ya, Brian bukanlah kakak kandungnya. Ayah dari Brian pergi meninggalkan ibunya saat sedang mengandung Brian. Sampai akhirnya ayah Violetta tidak tega dan menikahi ibunya, lalu melahirkan tiga orang anak lagi. Memang meskipun terlihat adil, tetap saja perlakuan ayah mereka pasti ada bedanya pada Brian. Terlebih saat ayah mereka bangkrut dan mereka harus tinggal di tempat kumuh, Brian yang baru beranjak remaja harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Semenjak saat itu, ayah mereka sering membuat Brian bekerja lebih keras. Sampai akhirnya Brian lulus sekolah menengah dan memutuskan untuk bekerja di kota. Berharap jika Brian bisa membantu ekonomi keluarga, tapi yang dia lakukan malah sebaliknya. Tiba-tiba saja ada orang-orang yang datang dan menagih hutang, lalu membawanya ke sini sebagai jaminan. "Jangan, Tuan. Tolong jangan bawa anak kami, apa kesalahan kami sampai kalian membawanya?" tanya Adrian ayah dari Violetta. "Putra Anda berhutang banyak pada kami dan dia menjaminkan adik perempuannya sebagai pembayaran hutangnya. Kecuali, kalian bisa melunasi hutang itu!" bentak Zack saat itu. "Memangnya berapa hutangnya, kami akan berusaha membayarnya." Ayah Violetta berusaha untuk mempertahankan putrinya dengan membayar hutang Brian. "100 ribu dollar, apa kalian punya uangnya sekarang?" tanya Zack. "Apa? Kenapa banyak sekali, darimana kami bisa membayar uang sebanyak itu?" "Itu bukan urusan kami, jika tidak bisa membayarnya maka kami akan membawa putri Anda. Jadi tolong menyingkir dan lepaskan dia!" tukas Zack. "Jangan, Tuan. Dia tidak tau apa-apa, Brian yang harusnya bertangung jawab. Kenapa malah putri kami yang harus menjadi alat pembayarannya, kenapa tidak cari dia saja?" Ayah Violetta masih berusaha agar putrinya tidak dibawa. "Jika kami bisa menemukannya, Anda tidak usah mengajari kami. Dia menghilang entah kemana, andai dia ada maka kami akan merobek setiap tubuhnya dan menjual semua organ tubuhnya. Tapi karena dia tidak ada, maka kami harus membawa putri Anda." "Pa, sudah biarkan saja mereka membawa Violetta. Jangan sampai mereka mengambil seluruh organ tubuh Brian," ucap ibu Violetta. "Apa kamu bilang, Ma? Membiarkan mereka membawa Violetta? Dan itu hanya supaya anakmu itu tidak diambil organ tubuhnya, bisa-bisanya kamu seperti itu!" tukas ayah Violetta emosi. "Bukan begitu, Pa. Setidaknya Violetta tidak harus diambil organnya dan masih hidup, tapi kalau Brian sampai tewas bagaimana? Dia putra kita juga, dia sudah berkorban banyak sejak remaja. Semua juga kesalahan kita yang sudah jahat padanya," ucap ibu Violetta. "Diam, kalau kalian mau berdebat silahkan. Kami harus pergi sekarang, kalian bawa gadis itu!" titah Zack pada anggota kelompoknya. "Jangan, Tuan. Jangan bawa putri kami," ucap ayah Violetta masih berusaha. Tubuh pria paruh baya itu di dorong hingga tersungkur, Violetta dan adik-adiknya menjerit ketakutan. Violetta ditarik keluar, sambil berteriak meminta tolong. Tapi tidak seorang pun yang berani melakukannya, sampai akhirnya dia bawa pergi dari rumahnya. Violetta tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara pintu di buka. Ternyata Leonel masuk ke dalam kamar mandi, Violetta bergegas mengambil bathrobe dan menutupi tubuhnya. "Kenapa lama sekali?! Kamu pikir kamu saja yang mau mandi, sana keluar!" bentak Leonel kesal. "Maaf, Tuan." Violetta berjalan perlahan keluar, karena miliknya yang masih terasa sakit. "Kenapa dia malah melamun di kamar mandi, apa dia baru menyadari kebodohannya?" tanya Leonel bicara sendiri. Leonel mengendikkan bahunya, lalu berjalan ke bawah shower. Air hangat bisa mengurangi rasa lelahnya, setelah berjuang sendiri mendapatkan kepuasannya tadi. "Aku harus mengajarinya, supaya dia ikut bekerja keras. Jika aku sendiri yang menjadi joki, lama-lama aku bisa mati kelelahan." Leonel membatin, mengingat dirinya yang berusaha sendiri tadi. Sementara itu, Violetta kebingungan di depan lemari pakaian di dalam walk in closed. Dia tidak tau harus mengenakan pakaian apa, karena yang ada di sana hanya lingerie. Violetta berbalik dan memutar melihat beberapa pakaian Leonel yang tergantung. "Ah, aku pakai saja pakaian miliknya. Siapa suruh dia hanya menyediakan pakaian kurang bahan itu," ucap Violetta dan berjalan ke arah lemari khusus pakaian berbahan kaos. Violetta memilih pakaian mana yang enak digunakan dan bisa menutupi tubuhnya sampai ke bagian bawah. Karena kebanyakan kaos milik Leonel adalah kaos pas body, yaitu pakaian yang ketat dan menonjolkan otot-otot tubuh kekarnya. "Apakah dia sengaja memakai pakaian seperti ini, agar tubuh kekarnya terlihat jelas. Dia seperti pria narsis yang ingin menunjuk bentuk tubuhnya," gerutu Violetta. "Nah ini ada satu yang sepertinya cukup besar," sambung Violetta meraih salah satu kaos. Violet langsung mengambil dan mengenakan kaos milik Leonel, sampai si pemilik pakaian itu masuk dan terkejut karena Violetta memakai pakaian miliknya. "Apa-apaan ini, kenapa kamu memakai pakaianku?" tanya Leonel mengejutkan Violetta. "Eh, anu ... aku bingung harus memakai pakaian apa. Semua pakaian yang kamu berikan tidak ada yang bisa menutupi tubuhku, jadi aku pinjam pakaianmu saja." "Aku sengaja melakukan itu, karena tugasmu hanya melayaniku di tempat tidur. Jadi kamu harus mengenakan pakaian yang bisa menaikkan hasratku, jadi buka kaos itu sekarang." Leonel mendekati Violetta dan memintanya membuka pakaiannya. "Tapi, Tuan. Bagaimana kalau pelayan atau anak buah Anda masuk, mereka pasti akan ikut menikmati tubuhku. Apalagi kalau aku keluar kamar, apa tidak apa-apa mereka ikut melihatnya?" tanya Violetta sengaja memancing. "Ngapain juga kamu harus keluar kamar, selama di sini kamu hanya boleh di kamar saja." "Ya meskipun di kamar, pasti aku ingin menikmati udara. Ya biar pun hanya di dekat jendela saja," sahut Violetta beralasan. "Ada saja alasanmu, sudah sana keluar." Leonel akhirnya pasrah dan mengusir Violetta keluar. Benar apa yang dikatakan Violetta, Leonel juga tidak mau jika tubuh wanitanya ikut dinikmati oleh anak buahnya meski hanya dengan tatapan mata. Dia pun merubah keputusannya dan akan meminta Zack membelikan pakaian layak untuk Violetta nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN