41. A Man With a Lucrative Offer

1201 Kata
Cukup lama Selena terjebak adu tatap dengan pria di depannya hingga akhirnya Selena memilih untuk mengalah. Wanita muda itu menelengkan wajahnya ke samping dan melepaskan napas yang sudah ditahannya sejak tadi. Selena mendongak dan berusaha untuk terlihat tenang, sekalipun di hatinya sudah berkedut dan membuat emosinya tersulut. Sementara lelaki yang berdiri tak jauh dari Selena itu tampak menyunggingkan seringai penuh arti. Ia menoleh ke belakang, menyandarkan bokongnya ke tepi meja lalu melipat kedua tangan dan menumpunya di depan ulu hati. “Kau tidak ingin bertanya bagaimana aku bisa masuk di ruangan bosmu?” tanya lelaki itu dengan sangat santai. Selena masih terdiam. Mulutnya terbuka, melepas sekaligus mengentak napasnya dengan kuat. Gadis itu tahu bahwa dia membutuhkan tenaga untuk menghadapi manusia di depannya. Entah mengapa naluri Selena menangkap sesuatu berbeda. Ya, dia memang tak pernah bertemu langsung dengan lelaki ini. Selena hanya mengingatnya sebagai salah satu pria yang duduk bersama Jonathan dan dua pria lainnya ketika malam sial itu terjadi. Setelah merasa siap, Selena akhirnya memutar tubuhnya, memandang lelaki itu dengan pandangan berani. “Tuan, tanpa mengurangi rasa hormat, saya meminta Anda untuk segera meninggalkan ruangan presdir.” Mendengar perintah tersebut sontak membuat lelaki itu tergelak. Masih sambil memeluk dirinya, ia pun menelengkan wajahnya ke samping. “Presdir katamu?” gumamnya. Dengan kedua matanya, Selena bisa melihat dengan jelas betapa senyum itu sangat arogan dan seperti meremehkan situasi. Sekarang Selena bisa sepuasnya menilai bagaimana karakter lelaki di depannya. Terdengar desahan singkat dari lelaki itu sebelum ia mendorong tubuhnya, berdiri tegap dan melepas kedua tangannya yang terlipat dari tadi di depan d**a. “Sepertinya aku tak perlu mengingatkan padamu bahwa Joonie, ah ....” Lelaki itu menggeleng sambil menggerakkan telunjuknya di depan d**a. Selena yang melihatnya lalu mengerutkan dahi. “Maksudku Kim Seo Joon,” koreksinya. Ia kembali mendongak, memandang Selena layaknya seorang bos memandang bawahannya. Ia kembali melempar tubuhnya pada kursi kerja milik Kim Soe Joon dan dengan sangat tidak sopan menaruh kedua kakinya di atas meja. “Kau tentu tahu bahwa pria setengah wanita itu tak mengizinkan orang lain masuk ke ruangan ini,” ujarnya. Satu hal yang kembali diketahui oleh Selena bahwa lelaki di depannya punya mulut frontal. Bagaimana dia bisa menyebut serang presdir The King Holdings dengan sebutan ‘pria setengah wanita’ oh ya Tuhan, Selena mulai tertekan. Tampaknya dia lebih menyebalkan dari Kim Soe Joon. Tanpa berniat untuk menjawab, Selena pun memilih untuk mendongak. Kedua sisi rahangnya mengenang sewaktu ia melepaskan desahan napas dengan entakkan kuat. “Tuan,” panggil Selena dengan nada mengentak. “sekali lagi. Saya tidak ingin mengusik ketenangan Anda. Saya di sini hanya untuk menjalankan tugas saya maka kumohon, biarkan saya menjalankan tugas saya dengan baik. Bolehkah Anda pergi dari ruangan presdir?” Sambil mematri tatapan pada lelaki di depannya, Selena pun memutar tubuh dan mengulurkan tangan menunjuk pintu keluar. “Kumohon,” ucap Selena. Lelaki di depannya mendongakkan dagu, mendesah sambil melayangkan satu tangan ke udara. “Ya Tuhan, mengapa sulit sekali membuat kalangan bawah paham.” Gumaman itu sontak membuat Selena menatapnya penuh penghakiman. “Maaf?!” Selena pun tak mau tinggal diam. Namun, lelaki itu malah mendengkus dan memandang Selena dengan pandangan penuh cela. “Aku juga bosmu!” tandasnya. Selena tak memberikan reaksi berlebihan selain kedua alisnya yang melengkung ke tengah. Demi Tuhan, ingin sekali ia melemparkan sepatu hak tinggi di kakinya ke arah lelaki angkuh di depan sana. Namun, belajar dari pengalaman sebelum-sebelumnya, Selena harus berusaha menyingkirkan sikap impulsif yang membuat rugi dan menyeretnya ke dalam masalah besar. Lelaki yang duduk pada kursi milik Kim Soe Joon itu kemudian mendesah kesal sambil menelengkan wajahnya ke samping. Ia berdecak bibir sebelum kembali memandang Selena. “Duduklah, ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Ucapan itu kembali memecah lamunan Selena, sekaligus menyeret kewarasannya kembali ke permukaan. Gadis itu menggoyangkan kepala untuk menarik kesadaran penuh. “Ayo, kemarilah. Aku jamin kau tidak akan rugi apabila duduk lima menit di depanku daripada memintaku untuk pergi karena kantor ini milikku. Ayo cepat. Duduklah,” ucapnya. Untuk sekelebat, Selena masih terdiam. Ia mendongak dan kembali melepaskan desahan berat hingga kedua bahunya ikut merosot. Tangan Selena pun telah mengepal pada kedua sisi tubuhnya untuk meredam amarah yang mulai mengacaukan akal sehatnya. Selena akhirnya mengalah. Samar terdengar decakan bibir dari gadis itu sebelum akhirnya ia mengambil langkah menghampiri lelaki di depannya. Selena duduk sambil membusungkan d**a. Wajahnya tampak tegas membuat lelaki di depannya memerengut bibir. “Oh ... lihat ekspresi itu. Jika Darren melihatnya mungkin dia akan menamparmu lagi.” Lelaki itu menutup ucapannya dengan gelak tawa. Mendengar nama Darren membuat Selena mengencangkan kedua sisi rahangnya. Ia pun berdecak dan bangkit dari tempat duduk. Tak ada setitik keraguan di dalam hati Selena. Dia sudah menjalankan tugasnya dan apabila Kim Soe Joon akan memarahinya setelah ini, maka Selena akan menerimanya. Itu lebih baik daripada menahan emosi bersama pria asing dan menyebalkan di belakang sana. “Putri Anthony Mahendra!” DEG Kedua kaki Selena kontan berhenti melangkah. Tubuhnya sedikit terhuyung, tetapi ia berhasil mengembalikan keseimbangannya. Maka dengan cepat gadis itu memutar wajah dan melayangkan pandangan membunuh yang ia arahkan tepat di mata si lelaki. Alih-alih takut, lelaki itu malah menarik satu sisi bibirnya dan membentuk seringai di wajahnya. Dia menarik kedua kakinya dari atas meja, berdiri tegap dan menaruh kedua tangannya di atas meja untuk menahan bobot tubuhnya di sana. “Anak satu-satunya dari sir Anthony dan nyonya Miriam Mahendra.” Bola mata cokelat milik Selena semakin melebar ketika mendengar nama kedua orang tuanya di sebutkan. Ia pun memutar tubuhnya dengan sempurna. Melotot sambil mengencangkan kedua tangan pada kedua sisi tubuhnya. Sungguh, Selena tak tahu betapa lelaki itu menikmati ekspresi di wajahnya hingga ia tak bisa berhenti menyunggingkan senyum penuh kemenangan. “Gadis yang datang dari sebuah negara bernama Indonesia. Astaga! Aku bahkan harus membesarkan google map untuk menemukan negara itu hanya untuk menemukan rumahmu di Kuningan.” Selena semakin terbelalak. Ia syok dan lebih daripada itu, Selena merinding. Betapa mengerikannya lelaki itu sehingga ia bisa mengetahui di mana letak persis tempat tinggal Selena. “Hem, aku yakin kamu sudah sangat penasaran bagaimana aku bisa tahu semua tentang dirimu,” ujar lelaki itu. Sekilas ia menoleh ke bawah lalu kembali dengan senyum iblis. “Namun ... aku yakin kamu akan lebih penasaran jika aku katakan bahwa ....” Dia menunda ucapannya dengan menarik tubuh dan berdiri dalam posisi tegap. Lelaki itu memandang Selena sedikit lebih lama, seperti membiarkan Selena berimajinasi dan memicu rasa penasaran Selena semakin tinggi. Lalu pria itu bergeming dan kembali berucap, “bahwa aku bisa mengeluarkan ayahmu dari penjara.” DEG Selena melihat sesuatu runtuh dan menimpanya. Ada sesuatu yang memberat di d**a dan menyumbat jalan napasnya. Gadis itu terdiam kaku tanpa bisa melawan, tetapi sekujur tubuhnya sukses dibuat merinding oleh ucapan lelaki di depannya. Seringai itu semakin sering menghiasi wajah arogannya. Ia pun mengedikkan satu alisnya, seperti menantang Selena. “Bagaimana? Kau tidak ingin bertanya apa yang bisa kulakukan untuk melepaskan narapidana dengan tuduhan penipuan dan penggelapan uang yang dijatuhi hukuman dua puluh tahun penjara?” Pria itu berucap dengan nada rendah, tetapi lewat tatapannya, dia seperti ingin membunuh Selena. Namun, yang membuat Selena ketakutan adalah ... pikirannya yang mulai dikuasai sampai ia mulai merasa penasaran dengan apa sebenarnya yang sedang diucapkan oleh pria asing tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN