14. Help Me!

1490 Kata
Sepasang bola mata sebiru laut itu tampak berkilat bagai memercik api. Tatapannya fokus pada si gadis yang kini tengah memeluk dirinya sendiri sambil memandang si mata biru dengan pandangan penuh kewaspadaan. Bibir Selena mulai bergetar dan ia berusaha keras menggelengkan kepalanya. “Please don’t,” lirih gadis itu. Tampak sudut bibir Darren naik membentuk seringaian yang makin membuat alam bawah sadar Selena bergidik ngeri. Wanita muda itu menutup matanya ketika merasakan sentuhan pada rahang sebelah kanannya. Ujung jemari Darren bergerak mengabsen wajah Selena dengan gerakan lembut. Sementara napas pria itu sangat dirasakan Selena bahkan hingga ke tenggorokannya. Selena tak dapat menahan buliran air bening yang memaksa jatuh dari antara kelopak matanya yang tertutup. Tampak d**a gadis itu naik turun menahan tangisannya. “Don’t please,” lirinya sekali lagi. “No …,” gumam Darren. Suaranya terdengar serak dan dalam. “Salahmu mencari masalah denganku.” Akhirnya Selena tak dapat menahan tangisannya. Gadis itu menundukkan kepalanya. Membiarkan air mata keluar lebih banyak lagi sebab batinnya sudah sangat tertekan. Memikirkan apa yang bisa saja dilakukan pria bertubuh kekar ini padanya. Demi Tuhan, Selena ingin menjerit, tetapi otaknya telah lebih dahulu memberi tahu jika semua itu tiada arti. “Akan kuhabisi kau malam ini juga.” Tepat setalah Darren selesai mengucapkan kalimat tersebut, Selena pun membuka matanya. Ia menangkap senyum iblis di wajah Darren sebelum dia meraih kedua tangan Selena. Selena membelalakkan mata ketika tubuhnya diputar. Dan dengan begitu cepat posisi Selena telah berganti. Sekarang wajahnya yang menempel di dinding. Darren menekan belakang kepala Selena sementara satu tangannya mengunci kedua tangan Selena di depan panggulnya. Gadis itu meringis. “Kumohon, lepaskan aku, Tuan. Apa gunanya kau melakukan semua ini padaku,” ucap Selena dengan nada penuh permohonan. Darren tertawa berat dan suaranya seperti menggema di dalam tenggorokan. Nadanya begitu mengintimidasi membuat bulu kuduk Selena berdiri. Air mata Selena makin deras keluar membasahi wajahnya. “Kau …,” gumam Darren. Dia memajukan wajah lalu berbisik tepat di depan telinga Selena, “harus membayar perbuatanmu.” Lanjut pria itu. Jantung Selena makin bertalu dengan cepat diterpa perasaan takut luar biasa. Dalam hati Selena terus memohon agar akan ada seseorang yang bisa menolongnya. “Aku ….” Darren kembali bergumam. “Akan menghajarmu habis-habisan,” kata pria itu. Mata Selena kembali membelalak. Wanita itu menggelengkan kepala kemudian menoleh ke belakang. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menggerakkan tubuhnya. Selena menggeliat lantas mengayun-ayunkan tangannya yang berada dalam genggaman Darren. Perlawanan yang diperlihatkan Selena malah membuat Darren makin b*******h. Pria itu semakin mencengkram tangan Selena lalu mengangkatnya hingga ke tengkuk. “Argh!” Selena meringis. Ia kembali menangis. “Lepaskan aku!” pekik gadis itu. “Ayo. Menangis dengan kuat. Aku ingin kau berteriak dengan kencang,” desis Darren. Dia kembali tertawa berat. “Jangan, komohon. Hentikan!” Selena terus menjerit dengan derai air mata. “Semakin kau memohon, semakin aku bersemangat untuk menikmati tubuhmu.” Darren menutup ucapannya dengan seringaian. Pria itu menarik tubuhnya dari punggung Selena. Memberikan jarak untuk dapat menatap tubuh wanita muda itu. Iblis batin Darren menyeringai dan menjulurkan lidah menyapu seantero bibirnya menikmati tubuh Selena dalam balutan dress hitam ketat. Ia makin memercik api gairah bagi pria itu membuatnya makin tak sabaran. “I’m gonna f*****g you,” desis Darren. “Harder.” Lanjutnya. Seketika tangisan Selena terhenti. Ia langsung memutar pandangannya. “Kau gila!” pekik wanita muda itu. Darren tertawa rendah. “Yes. I am,” kata pria itu dengan bangga. Alam bawah sadar Selena mengirimkan kekuatan, membuatnya bisa menggerakan kedua tangan dan kali ini gerakannya berhasil. Tangan Selena akhirnya terlepas dari cengkraman Darren. Wanita itu tak menunggu waktu lama untuk melayangkan pukulan. Selena tak pernah belajar bela diri, akan tetapi seakan-akan nalurinya mendorong sesuatu yang membuat gadis itu bisa langsung memberikan pukulan dengan lututnya yang ia arahkan tepat di ulu hati Darren. Tak sampai di situ, Selena juga memukul tengkuk Darren dengan siku tangannya. Gadis itu menggunakan kesempatan yang ada untuk melarikan diri. Selena melesat menghampiri pintu. Namun, betapa terkejutnya ia ketika pintu di depannya tak bisa dibuka. Dengan perasaan gamang, Selena mengayunkan tangannya berulang kali menarik gagang pintu. Namun, semua usahanya sia-sia. Sementara di belakang Selena, Darren kembali menyeringai. Dahinya bagai ditarik pada kedua sisi dan iblis batinnya benar-benar geram. “Berani-beraninya kau,” ucap suara bass berat yang seketika menciutkan nyali Selena. Gadis itu langsung memutar pandangannya. Wajah Selena berubah pucat. Selena menatap Darren dengan pandangan nanar. Dia menaruh kedua tangan yang terkepal di depan d^da. Selena menggelengkan kepala. “Kumohon, biarkan aku pergi,” lirih gadis itu. Darren bergerak dengan cepat menghampiri Selena. Ia kembali menyandera gadis itu dengan mencekik lehernya. Bola mata Selena kembali melebar. Mulutnya terbuka secara naluriah. Ia membawa kedua tangan menepuk-nepuk lengan Darren. “Kau pikir kau bisa lari dariku, hah?” Darren menggelengkan kepalanya. “There’s no way for you –to running– from me,” kata pria itu. Sudut atas bibirnya kembali naik memberikan seringaian licik. Mulut Selena magap-magap sebab ia mulai kesusahan bernapas. Gadis itu melingkari tangan Darren dengan kedua tangannya lalu Selena menutup matanya. Berusaha menarik tangan Darren, akan tetapi semua usahanya tetap sia-sia saja. Darren malah makin menekan tangannya membuat napas Selena benar-benar terhenti. “Lep- lep- lep-“ Selena menggagap. Ia tak bisa mengucapkan kalimat lepaskan. Walau tahu jika mungkin gadis di depannya akan meninggal, Darren tetap melanjutkan aksinya. Pria itu kembali membiarkan iblis mengambil alih seluruh pikirannya. Bahkan kini mengendalikan tubuhnya. Darren menurunkan tatapannya tepat pada bagian bawah tubuh Selena. Tangannya bergerak meraih permukaan kulit Selena. Wanita itu tak mau menyerah. Ia menepis tangan Darren membuat pria itu mendengkus lalu dengan gampangnya Darren menarik tangannya dari leher Selena. Gadis itu sempat berpikir jika dia akan selamat, tetapi detik selanjutnya Darren malah mengayunkan tangannya. PLAK Wajah Selena terlempar. Belum kembali napasnya, kini pipinya sudah menerima pukulan yang benar-benar menyakitkan. Semua itu membangkitkan amarah dalam diri Selena. Dia langsung memutar wajah. Dadanya berdebar-debar kencang. Napasnya berembus kasar hingga mendorong helaian rambut yang menutupi wajahnya. “Kep^rat!” maki Selena. Seakan mendapatkan perintah dari alam bawah sadarnya, Selena langsung mengayunkan tangannya menonjok d^da Darren. Namun, dengan cepat juga pria itu menangkap kedua tangan Selena. Mendorong gadis itu hingga punggungnya menabrak daun pintu. Selena mengerang kesakitan. Darren masih tidak berhenti. Dia membawa kedua tangan Selena hingga ke atas kepalanya lalu mengunci pergerakan gadis itu. Selena hendak melawan. Dia bersiap mengangkat kakinya untuk kembali menyerang Darren, akan tetapi pria itu telah lebih dulu membaca pergerakan Selena. Darren langsung melempar tubuhnya hingga menempel ke tubuh Selena. “Fu’ck you!” maki Selena. “Ya!” bentak Darren. Napasnya berembus kasar hingga ke permukaan wajah Selena. “I will fu’ck you,” desis Darren. “And it will start –now.” Darren tidak menunggu waktu lama. Ia langsung mendorong tubuhnya lebih dekat ke Selena agar gadis itu tidak bisa bergerak sama sekali. Sementara tangan Darren bergerak agresif menyusup ke dalam dress Selena. Gadis itu menjerit. “HELP … HELP ME, PLEASE!” Darren menyeringai. Tatapannya berubah bak kobaran api yang siap menghanguskan Selena saat ini juga. “Berteriak yang kuat,” desis pria itu. Selena makin kuat menjerit saat merasakan tangan Darren kini mulai menyelusup ke dalam stoking hitam yang dia kenakan. Dan sekarang makin masuk hingga ke bagian sensitifnya. “Bajing^n!” maki Selena. “Yes, but I will show you, how this asshole can’t make you orgasme.” Wajah Selena menjadi merah padam oleh karena amarah dan juga perasaan takut yang kini menyelimutinya. Namun, gadis itu masih tidak ingin menyerah. Dengan cepat ia meludahi wajah Darren. Seketika aktivitas Darren terhenti. Lelaki itu menutup matanya. Detik selanjutnya tampak rahang Darren mengencang dan terdengar geraman di kerongkongannya. Darren kembali membuka matanya memberikan tatapan yang lebih mengerikan. “Setelah aku menidurimu dengan brutal, akan kubunuh kau dan kulempar mayatmu ke laut agar tak akan ada yang bisa menemukanmu.” Pria itu kembali menggerakkan tangannya dan kali ini sedikit brutal. Memasuki bagian intim milik Selena dengan telunjuk dan jari tengahnya. Selena mengerang mengeluarkan tangisan nelangsa. Mulut Selena makin terbuka dan ia mulai memohon ampun. “Kumohon jangan lakukan itu,” lirihnya. Ekspresi Selena malah membuat Darren makin menikmati permainannya. Ia bahkan dengan tega menambah jarinya di dalam bagian intim Selena membuat gadis itu berteriak kesakitan. “HELP!” teriak Selena dengan kencang. “HELP ME!” Lanjutnya. “Yes!” Darren menggeram. “Berteriak semampumu, tapi kujamin tak akan ada yang bisa menyelamatkanmu.” Darren menarik tubuh Selena dan memutarnya dengan cepat. Dia kembali melempar Selena ke dinding, tapi tak sekalipun pria itu melepaskan cengkramannya pada tangan Selena. Dengan cepat Darren memasukkan tangannya lagi ke dalam dress Selena. “HELP … PLEASE ….” Selena hanya bisa berteriak dan menangis. “Aku makin suka saat kau berteriak,” bisik Darren. Pria itu bergegas melucuti celananya dengan satu tangannya. Darren benar-benar begitu antusias. Dia bahkan tertawa berat sekarang. “Now, you’re mine,” gumam pria itu. Dia bersiap melecehkan Selena lebih jauh, akan tetapi sebelum semuanya terjadi terdengar seseorang berusaha mendobrak pintu dari luar. BRAK
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN