Delapan

1401 Kata
Maaf banyak typo Happy reading... Tadi malam tubuhnya baik-baik saja. Segar dan bersemangat. Tapi, kenapa di saat ia bangun tidur barusan. Ayu merasa semua tulang belulang yang ada di tubuhnya seakan sudah copot dari tempatnya. Ayu merasa lemas, dan untuk berdiri juga, Ayu merasa tak kuasa. Ayu juga tidur lebih awal dan barusan ia bangun pukul setengah 6 pagi. Dan di saat Ayu bangun, Ayu tidak melihat Alex ada di sampingnya. Ya, Ayu dan Alex sejak mereka menikah, tidak ada drama tidak tidur bareng. Maksudnya mereka sejak menikah sudah tidur di ranjang yang sama. Dalam tanda kutip mereka tidak melakukan apa-apa selain tidur untuk mengisi energi. Terkecuali di saat Alex mabuk 5 hari yang lalu itu di luar dugaan Ayu dan Ayu tak kuasa melawan Alex yang memiliki kekuatan lebih dan tubuhnya sebesar gabah. "Mana Pak Alex?"Gumam Ayu sambil menyapu bersih setiap sudut kamarnya. Ah, kamar Alex suaminya. Dan tidak ada batang hidung Alex. Gorden aja masih belum di singkap, nggak mungkin kan, Alex ada di balkon? Ayu terlihat memejamkan matanya kuat dan menajamkan indera pendengarnya. Mungkin saja, Alex sedang ada dalam kamar mandi. Tapi, zonk. Tidak ada suara apa-apa yang Ayu dengar. Misal suara gemercik air. Dan usaha terakhir untuk melacak keberadaan Alex. Ayu menoleh dengan gerakan kaku kearah sisi ranjang samping kiri yang kosong. Terlihat sedikit kusut, dan dengan jantung yang berdegup kencang, dan dengan tangan yang sialannya gemetar, Ayu meraba ranjang itu.... Dan Ayu menegang kaku merasakan betapa dingin ranjang dan bantal Alex. "Jadi, dia nggak tidur di kamar ini semalam?"Cicit Ayu pelan. Dan Ayu mengusap wajahnya kasar dengan pikiran liar dan sudah lari kemana-mana. "Mungkin kah, Alex ke rumah, Bu Lisa? Alex... Alex ke rumah Bu Lisa lalu mereka b******a tadi malam bahkan hingga subuh ini?" Sakit kepala dan hati Ayu. Dan Ayu butuh mandi. Mengguyurkan tubuhnya dengan air yang sangat-sangat dingin agar kepala dan hatinya yang sedang panas di dalam sana, bisa kembali dingin dan tenang. ***** Larut dalam kesedihan dan sakit hati nggak baik. Oleh karena itu, dengan wajah dingin, tanpa suara sepatahpun. Ayu mandi, siap-siap untuk berangkat sekolah, dan juga sarapan dalam diam. Membuat pembantu yang menyiapkan sarapan untuk Ayu bingung. Pasalnya Ayu selalu melempar senyum dan menyapa. Dan mengucap terimah kasih setelah sarapan. Ayu adalah Nyonya muda yang ramah. Tapi, Ayu hanya diam dengan wajah dingin tadi. Ayu tidak enak badan. Tapi, Ayu nggak sudi berdiam diri di rumah dan bolos lagi. Rasa sakit hatinya akan menjadi-jadi mengingat Alex yang tidak ada di rumah malam ini. Atau bahkan laki-laki itu keluar menyelinap diam-diam di malam hari bagai pencuri. "Kamu jangan jadi wanita bodoh, Ayu. Kamu harus bilang sama Alex. Jangan zina dengan wanita lain dulu apabila Alex masih jadi suami mu."Ucap Ayu dengan kedua tangan mengepal erat. Ya, jangan anggap ia bocah yang penakut dan tidak tahu apa-apa. Bocah yang mau saja harga dirinya di injak-injak. Ya, di injak-injak Alex apabila laki-laki itu zina sama wanita lain padahal sudah ada istri di rumah. "Termasuk Bu Lisa. Mereka mau apapun, kalau memang aku kalah nanti, nggak bisa jerat hati Alex. Mereka nggak boleh zina dan mengkhianati kamu. Alex cerain kamu baru mereka bis----," Brak Ucapan Ayu terpotong telak oleh suara sesuatu yang ada dalam ruang keluarga yang hening dan sepi yang terbentur dengan lantai. Dan dengan gerakan kaku, Ayu memutar kepalanya untuk melihat keasal suara Dan tubuh Ayu menegang kaku, melihat... melihat di atas sofa panjang di depan sana.... ada tubuh seorang laki-laki tinggi tegap yang sedang berbaring resah dan risih. "Alex?" Ya, itu Alex. Ayu tanpa membuang waktu segera mendekati dimana tempat Alex sedang baring dengan resah saat ini. Dan Ayu sudah berdiri tepat di depan Alex saat ini. Alex yang terlihat kusut, kedua matanya terlihat hitam dan dalam. Ayu menelan ludahnya kasar, melihat sisa bungkus makanan berserakan di atas lantai dan meja. Alex... Alex nggak kemana-mana? Alex tidur di sofa? Ya, sepertinya Alex tidur di sofa. Rasa bersalah dan malu perlahan menyusupi hati Ayu di dalam sana. "Alex....," "Arghhhh,"Teriak Ayu tertahan di saat dalam waktu seperkian detik, tangan Alex yang melayang di udara menarik tangan Ayu kuat tapi lembut, dan tubuh mungil Ayu sudah ada di atas tubuh Alex yang masih berbaring di atas sofa saat ini. Ayu meronta ingin lepas. Tapi, Alex tidak membiarkannya. Dan Ayu menahan nafasnya kuat, melihat kedua mata Alex yang menyeramkan dan terlihat lelah terbuka dengan berat. Ayu menelan ludahnya kasar mendapat tatapan tajam dari kedua mata lelah Alex saat ini. Dan sekali lagi, Ayu memekik di saat Alex dengan mudah dan kasar bangun dari baringannya , jelas dengan Ayu yang masih duduk di atas perut Alex. Tapi, saat ini, Ayu sudah duduk di atas kedua paha empuk-empuk keras Alex. "Ka... kamu nggak merasa bersalah sedikitpun?"Desis Alex tajam, jelas membuat Ayu mengerutkan keningnya bingung tidak paham. Melihat wajah bodoh Ayu. Alex mengusap wajahnya kasar. Alex juga mencngkram kuat kedua bahu Ayu. Mengguncang tubuh Ayu agak kuat. Alex sungguh merasa kesal dan frustasi saat ini. '"Tubuhku pegal, semalaman harus tidur di sofa sialan ini! Tadi malam, di saat aku ingin terlelap. Tangan... tangan sialanmu yang rasanya lembut itu dengan lancang dan berani memegang 'ituku'di bawah sana. Aku pusing. Mandi dan berendam sudah aku lakukan. Tapi, tetap aja 'ituku' nggak mau lemas. Dan sorry, aku bukan laki-laki b******k. Bisa saja aku menyentuhmu tadi malam. Tapi, aku nggak mau di bilang terkesan seperti memperkosamu!"Ucap Alex dengan suara yang sudah meledak. Dan urat-urat di leher dan kening Alex semakin menonjol hebat melihat wajah bingung dan bodoh Ayu saat ini. Namanya juga bocah, Alex. Bisik hati Alex di dalam sana dengan kedua sinar mata yang memancarkan sinar licik dan penuh arti Dan Alex menggunakan kesempatan sebaik mungkin di saat Ayu masih mencerna ucapan panjangnya barusan. Alex.... Alex... Cup! Mengecup cepat bibir Ayu yang sedikit terbuka dan tangannya di bawah sana sedang meremas salah satu d**a yang ada di balik baju Ayu. Membuat Ayu membelalak kaget dan tidak terima. Ayu memukul tangan laknat Alex kuat yang meremas d**a nya hingga saat ini. "No, Alex. Cabut dulu ucapanmu, kalau aku adalah bocah. Cabut ucapanmu kalau aku ... kamu nggak suka aku. Maksudnya kamu nggak suka dan nggak akan sentuh aku. Cabut ucapanmu kalau kamu nggak sudi sent---," "Diam sial*n! Rasa tub*hmu enak. Rasa tub*hmu enak Ayu walau aku nggak ingat apapun di saat pertama kali aku menidurimu. Kamu bukan bocah. Tapi, kamu istriku yang akan jadi milik ekslusive Alex. Kamu milik sahku yang sudah aku nikahi beberapa hari yang lalu. sekali lagi, kamu hanya nya milik Alex..."Racau Alex dengan kedua tangan yang sudah sama -sama aktif merayapi tu*uh Ayu. Tubuh Ayu yang sedang menahan senyumnya saat ini. Bukan kah ini sudah menjadi awal yang baik? Nggak salah kan, Ayu ingin mempertahankan suami dan rumah tanggannya. Walau rumah tangganya di bangun dengan cara di grebek oleh warga lalu mereka di nikahkan paksa beberapa hari yang lalu? Nggak salah Ayu! Kamu malah keren dan hebat! Ayu menjawab sendiri pertanyaan batinnya dengan tegas. Dan supaya Alex semakin menggila padanya. Ayu sudah melingkarkan kedua tangannya pada leher Alex dan membuka mulutnya di saat Alex mendesak ingin masuk untuk menjelajah dan mengicip setiap rongga mulutnya. 10 menit, waktu yang Ayu dan Alex butuhkan untuk meraih pelepasan, dan 2 menit yang lalu, Alex dan Ayu sudah mendapatkannya. Ayu terlihat lemas dalam rengkuhan pelukan Alex saat ini. Sedangkan Alex? Wajah laki-laki itu bagai matahari yang baru terbit. Bersinar-sinar dan hangat dan hatinya merasa sangat bahagia dan ringan di dalam sana. Bahkan dengan reflek, Alex menciun kening Ayu berkali-kali...... "Kamu cium kening aku?"Celetuk Ayu dengan senyum manisnya Dan celetukan Ayu berhasil membuat senyum Alex lenyap. Dan tubuh tanpa busana Alex menegang kaku saat ini di atas sofa. Raut senang yang ada di wajah Alex tadi, kini sudah berubah menjadi raut sesal. Raut penyesalan yang sangat dalam. Dan Alex ... "Lisa... Maaf... Maafkan aku karena barusan, aku sudah mengkhianatimu dalam keadaan sadar. "Ucapan lirih Alex jelas di dengar oleh Ayu. Ayu yang dalam sekejap sudah bangun dari atas tubuh Alex. Memungut pakaiannya dengan hati yang sesak di salam sana. Dan Ayu butuh kamar untuk menumpahkan tangisnya saat ini. Tapi, di saat Ayu baru melangkah 4 langkah. Alex menahan langkahnya dengan ucapan laki-laki itu yang semakin menikam hati Ayu di dalam sana. "Jangan baper, Ayu. Jangan besar kepala juga. Apa yang kita lakukan barusan, aku khilaf. Sungguh aku khilaf dan tidak sengaja. Aku juga berjanji, tadi terakhir kalinya aku menidurimu. Dan di saat aku menceraikanmu. Aku akan menanggung biaya operasi untuk mengembalikan keperawananmu...." Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN