Raina berpapasan dengan Budhe Sri di depan pintu dapur.
"Sudah selesai, Na?" tanya Budhe Sri dan Raina hanya mengangguk lalu melanjutkan masuk ke dalam dapur. Ia harus menyimpan timba kosong yang ada di tangan nya, bekas penampung air yang ia gunakan untuk menyiram tanaman. Setelahnya Raina masih ingin melanjutkan menyapu. Sementara Budhe Sri melihat kedatangan Lukman bergegas menghampiri lelaki tersebut.
Berbasa basi sebentar meski hanya berniat menyapa keluarga penghuni panti.
Disaat Budhe Sri masih duduk bertiga bersama Lukman dan Nenek Zu, tampak Raina yang membawa sapu sedang menyapu dedaunan yang belum sempat dibersihkannya tadi. Kembali mata Lukman tak sengaja menatap Raina. Ia merasa asing dengan perempuan itu. Rasanya baru kali ini ia mendapati perempuan itu ada di panti. Tadi, saat neneknya menyapa perempuan itu, Lukman berencana bertanya, tapi ia urungkan. Dan sekarang selagi ada pengurus panti tak ada salahnya dia bertanya.
"Dia siapa?" tanya Lukman menunjuk Raina.
Budhe Sri menatap arah tunjuk Lukman lalu tersenyum. "Oh... Itu keponakan saya Mister Luke. Dari Indonesia. Sebenarnya dia sedang mencari pekerjaan. Dan untuk sementara saya memintanya untuk bantu - bantu disini."
Nenek Zu ikut tertarik dengan pembahasan seputar Raina. Lalu, perempuan tua itu menimpali, "Jadi Raina itu sedang mencari pekerjaan? Kukira dia hanya berlibur sementara disini."
Budhe Sri tersenyum menatap nenek Zu dan Lukman bergantian.
"Awalnya, Raina meminta ijin pada saya untuk bekerja disini. Tapi saya tidak yakin jika dia mampu. Karena pekerjaan menjadi babysitter orang dewasa itu lebih berat dan membutuhkan skill. Sementara Raina, dia tidak memiliki kemampuan dalam segi mengurus orang tua. Memang dia bisa belajar, tapi saya yang tidak memperbolehkan. Kasihan jika dia harus berkerja berat. Oleh karena itu sambil saya mencarikan pekerjaan, saya meminta nya untuk bantu - bantu disini. " penjelasan panjang lebar dari Budhe Sri didengarkan dengan seksama oleh Lukman dan Nenek Zu.
Tiba - tiba nenek Zu menepuk pelan lengan cucunya." Luke.... "
" Kenapa, Nek? "
" Bukankah di rumahmu tak lagi ada pembantu sejak mak Jah tidak bekerja. Kenapa kau tak menawarkan bantuan saja pada Raina. Siapa tahu saja dia mau. Bukan begitu Sri?" nenek Zu meminta persetujuan pada Budhe Sri.
Detik itu juga Budhe Sri langsung berminat. Itu adalah kesempatan baik." Jadi Mister Luke sedang mencari pembantu? "Tanya Budhe Sri mendongak menatap lelaki tampan yang merupakan salah satu orang terkenal di Malaysia.
" Sebenarnya saya tak ada plan mencari orang gaji baru. Karena, yang pertama, rumah itu sudah jarang saya tempati. Saya lebih suka pulang ke apartemen bersama manager saya. Dan yang kedua, selama mak Jah tak lagi bekerja, satu minggu sekali saya panggil petugas cleaning service buat membersihkan rumah. "
Entah kenapa nenek Zu jadi tertarik mengenai pembahasan ini. Menyanggah apa yang tadi Lukman jelaskan." Luke... Bukankah lebih elok jika rumah itu ada yang menunggu. Sayang sekali jika harus kamu kosongkan. Nenek rasa tak ada salahnya kau beri kesempatan pada Raina buat bekerja di rumah itu. Sekalian dia bisa menunggu rumah selagi kau tak pulang. Bagaimana?"
" Apa dia mau tinggal disana sendirian? "
" Bagaimana Sri? "nenek Zu ganti bertanya pada Budhe Sri.
" Begini saja. Saya akan bicarakan hal ini pada Raina. Siapa tahu Raina setuju berkerja di rmaah mister Luke. "
Lukman hanya mengangguk. Benar juga apa yang dikata neneknya. Sayang sekali jika rumah ia biarkan tak berpenghuni. Dulu saat ia masih memiliki seorang pembantu, Lukman akan sering pulang karena baginya rumah adalah tempat ternyaman untuk melepas penat setelah lelah bekerja. Akan tetapi sejak mak Jah sering sakit - sakitan, beliau ijin untuk tak dapat lagi bekerja dan memilih pulang kampung. Semenjak itulah Lukman merasa kesepian jika harus pulang ke rumahnya. Itu sebab, apabila dia selesai bekerja maka Lukman akan pulang ke apartmen yang biasa ditinggali oleh managernya.
Lukman Haikal, ia tak punya saudara atau siapa - siapa selain nenek dan mami nya. Dulunya saat kakenya masih hidup, mereka menempati rumah bertiga. Akan tetapi semenjak kakeknya meninggal, nenek Zu bersikukuh meminta pada Lukman agar menempatkan nya di panti wreda. Alasannya, karena sang nenek merasa kesepian tak ada lagi teman. Acapkali ditinggal oleh Lukman, nenek Zu hanya berdua bersama mak Jah. Dan karena sayangnya Lukman pada sang nenek, akhirnya ia memutuskan mengikuti apa yang neneknya minta. Menempatkan nenek Zu di panti ini. Satu minggu sekali tepatnya di kala weekend, Lukman pasti akan menyempatkan diri mengunjungi neneknya. Berusaha menyenangkan hati sang nenek agar wanita itu selalu bahagia.
Sementara itu, Lukman sebenarnya juga masih memiliki seorang mami. Akan tetapi mami nya telah menikah lagi setelah papinya meninggal dunia, dan maminya kini tinggal di Luar negeri. Sesekali mami nya masih akan sering mengunjunginya atau nenek Zu.
***
Malam harinya, dikala semua sedang bersantai sembari menonton televisi, Budhe Sri membuka obrolan bersama Raina.
"Na... Budhe boleh bertanya?"
"Apa itu Budhe?"
"Apa kau yakin ingin mencari pekerjaan disini?"
Raina mengangguk. "Sebenarnya tak apa Budhe aku bekerja disini. Hanya saja aku tak ada pengalaman dan butuh banyak belajar. Jujur Budhe, aku takut menangani para orang tua yang aku tak tau bagaimana kebiasaan mereka. Jika aku salah bertindak maka akan fatal akibatnya. Jika Budhe tidak keberatan, bisakah mengajariku? "
Budhe Sri tersenyum." Bukan nya Budhe tak mau mengajarimu, Na. Tapi seperti yang sering Budhe katakan. Pekerjaan mengurus orang jompo itu berat. Begini, Na. Ini hanya sebuah tawaran. Jika kau mau maka Budhe ikut senang. "
" Tawaran apa Budhe? "
" Apa kau mau menjadi seorang pembantu. Ah maaf, Na. Bukan maksud Budhe mau merendahkanmu dengan menawarkan pekerjaan sebagai seorang pembantu. Budhe tak ada maksud demikian. Hanya saja Budhe rasa menjadi seorang Asisten rumah Tangga akan lebih ringan pekerjaan nya daripada kau harus merawat orang tua. Apalagi Budhe paham sekali dengan sifatmu. Kau itu paling tidak suka dengan hal berbau jorok. Dan merawat orang tua itu, di dalamnya terkadang kau pun harus tahan jika diminta mengganti celana bekas ompol dan bekas kotoran mereka. "
Mendengarnya saja Raina sudah mual dan ingin muntah. Budhe Sri justru tertawa - tawa. Raina tahu jika apa yang dikatakan Budhe Sri benar adanya. Satu minggu berada disini Raina sudah sering memperhatikan para pekerja yang dengan telaten merawat penghuni panti seperti merawat orang tua sendiri. Bahkan mereka tak ada rasa jijik sama sekali. Berbeda dengan Raina yang mungkin saja tak bisa sekuat itu.
"Bagaimana, Na? Eum... Atau begini aja. Malam ini kau pikiran lagi. Jika kau setuju, besok pagi Budhe akan mengabarkan hal ini pada seseorang yang saat ini memang sedang membutuhkan seseorang yang bertugas membersihkan rumahnya.
" Baiklah Budhe. Aku akan memikirkan nya kembali. Besok pagi aku kabari Budhe lagi."