Hawa panas

1150 Kata
Semalam Chilia sudah ke bar, mencari pria tampan itu untuk memohon pertolongannya. Namun tidak ada. Dan hari ini Chilia berniat mencari pria itu lagi. Namun Chilia sempatkan dulu dirinya ke resto. Dia merasa sangat lapar. Malas bertemu dengan Alexa dan Riska, Chilia lebih memilih untuk tidak sarapan lebih dulu. Langsung berangkat untuk kembali menjalankan misinya. Namun siapa sangka, perutnya yang lapar malah membawanya ke pada Lucas. Ya, pria itu juga sedang makan di sana, bersama dengan teman-temannya. Tidak, dengan para tangan kanannya kalau Chilia tahu. "Om, om!" Seperti anak yang memanggil ayahnya, Chilia heboh. Buru-buru masuk dan menghampiri pria itu. "Om, om lagi apa disini?" tanya Chilia dengan khasnya yang pecicilan dan sembrono. Beberapa gelas disana bahkan sudah tumpah akibat gerakan Chilia yang tidak feminim. Lucas sudah memijit kening, sepertinya dia harus menyelesaikan perkara tidak penting ini. Masa bodo dengan pembalasannya tempo hari, Lucas tidak memperdulikannya lagi. "Siapa kamu?" tanya Lucas pura-pura tidak kenal. Chilia melotot. Sial! Setelah dia nyuri bibir gue, sekarang dia berpura-pura ngga kenal? Ck! Ngga bisa di biarin! Chilia duduk di paha Lucas, membuat semua yang hadir melotot terkejut. Siap gadis ini? Berani sekali dia. "Hey, apa kau gila!" Beranjak dan membuat Chilia langsung terjungkal. "Auw!" Chilia yang sudah dandan cantik dan sexy merasa sangat kesal. Ternyata benar, pria tua memang susah di ajak kompromi. Lihatlah, baru saja sehari tidak bertemu dia sudah amnesia. Untung aja tampan, kalau tidak udah dia getok pake pancai presto 8 liter. "Ck! Mengganggu saja. Ayo kita pergi!" Bukannya menolong Chilia, Lucas mengajak Frad dan kedua bodyguarnya pergi ke meja lain. Membuat gadis itu berteriak dan mengumpat menyumpahinya. Sebenarnya Lucas sedikit terguncang saat b****g Chilia mengenai juniornya tadi, terasa sangat empuk dan nikmat. Itulah sebabnya dia langsung berdiri karena terkejut. Lucas juga ingin menolong gadis itu tadi, tapi mengingat masalah dia yang belum selesai, Lucas memilih untuk tidak main-main lagi. Chilia mengerucutkan bibir, duduk di tempat bekas Lucas dan memakan makanannya. Masa bodo dengan pria itu dia akan mencari pria lain yang lebih tajir dan berkuasa. Bukankah bumi ini luas? Jadi untuk apa dia mengemis pada satu pria. Mengambil makanan Lucas dan memasukkannya ke mulut. Tak lama seorang pria muda yang baru saja turun dari motor balapnya datang menghampiri Chilia, duduk disamping gadis itu dan merangkulnya. Chilia sontak terkejut. "Dion?" Lucas yang masih berada tidak jauh diposisi Chilia sedikit melirik, "Siapa dia?" "Apa kabar?" tanyanya. Chilia loading dulu, tapi akhirnya ingat dan berteriak. "Aaaaa kemana aja lo! Kok baru nongol." Memeluk Dion dan menempelkan dadanya ke d**a pria itu. Sial! Lucas yang saat itu sedang menyeruput kopinya langsung batuk melihat hal itu. Sekertaris Frad sonak panik dan memberi tuannya air putih, "Ini, Tuan." "Katanya lo di skors? Emang bener?" tanya Dion penasaran. Pria yang selalu berolahraga dengan balap itu memang sering sarapan disini. Sudah lama dia mencari Chilia, tapi Lulu mengatakan jika gadis ini telah di skors selama satu semester. Sayang sekali, padahal satu semester lagi mereka akan lulus sama-sama. Itulah sebabnya Dion mencari Chilia, berniat mengajak gadis itu menemui Pak Dekan untuk mendapatkan keringanan. Dan siapa sangka, akhirnya dia bertemu dengan gadis itu disini. "Hm?" jawab Chilia singkat. Selain malas, dia sedang sangat lapar sekali saat ini. "Kenapa?" tanya Dion langsung menyerang. Sangat terlihat jika pria itu begitu tertarik tentang semua perihal Chilia. "Biasalah," jawab Chilia enteng. Jika dulu dia sangat takut di skors karena tidak ingin tertinggal kini tidak lagi. Cilia tidak peduli hal itu lagi. "Maksudmu?" Halis tebal Dion berkerut, membuat Cilia gemas sekaligus terpana melihatnya. "Tidak ada yang penting!" "Sekarang katakan, gimana aktifitas lo di kampus?" "Bla.. bla .. bla." Kedua pemuda tampan dan cantik itu mengobrol, tidak menghiraukan keberadaan Lucas diam-diam memperhatikan mereka. Entah lupa atau sengaja, Lucas berdecih. Apalagi saat melihat gadis itu sok dekat-dekat. Merasa ada hawa panas yang menyerang tubuhnya, Lucas segera berdiri, menarik piringnya untuk ia bawa ke dekat Chilia. Ya, hawa itu membuat ia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lebih lama. "Sayang kau mau apalagi, hm?" Menghiraukan mata Dion, Lucas melempar kasar tangan yang sejak tadi merangkul gadis itu. Merangkulnya dan menatap tajam. Ha? Chilia menatap Lucas heran. Tadi aja nolak, sekarang dempet-dempet. Kenapa dia? Apa dia kesetrum? "Atau kau ingin aku mau menyuapimu?" Belum sempat Cilia menjawba, Lucas kembali bicara. "Oh, ya. Kurasa kau sangat lelah karena kita telah bermain semalaman." Cilia menganga. Ini orang, ngomong apa sih! Dion bertanya lewat tatapan matanya. Cilia menganggat bahu sebagai jawaban. Sungguh, dia juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan pria di sampingnya ini. "Pelayan!" Tidak menunggu jawaban Cilia, Lucas memanggil seorang pelayan. Memesan begitu banyak makanan dan terus menatap gadis itu. "Om, apa om sehat?" tanya Cilia seraya menempelkan punggung kepalanya di kening Lucas. Bukan apa-apa. Masalahnya Cilia sering baca artikel yang menjelaskan banyak pria tampan yang depresi bahkan sakit jiwa karena terlalu banyak penggemar. Membuat mereka sampai tidak bisa tidur nyenyak karena sering di teror. Namun sial! Perlakuan Chilia membuat adik Lucas kembali mode on. Membuatnya kepanasan dan menarik tangan Chilia erat. Nah, nah, kan. Chilia makin panik saja. "Om, kenapa?" Haha, jangan bilang dia mau berubah jadi zombie, kan? "Chil?" Dion yang masih di tempat kesal karena pandangannya terhalang pria di depannya. Pundak pria itu menutupi seluruh wajah cantik Chilia. "Eh, iya. Dion kenapa?" Lucas sigap, membelokkan wajah Chilia agar tetap menatapnya. "Tatap aku!" "Ah, iya," jawab Chilia langsung. Ini orang, kenapa, sih! "Chilia, Hallo!" Masih tidak terima dengan perlakuan pria di depannya, Dia melambaikan tangan. Sedang Lucas sudah memainkan matanya. Meminta Frad untuk membuang pria ini dari hadapannya. Dan benar saja, saat Chilia sudah di beri ruang ia tidak melihat Dion lagi di tempatnya. "Kemana dia?" "Siapa?" tanya Lucas pura-pura tidak tahu, menarik steak yang ada di tangan Chilia dan memakannya. "Dion! Si pembalap yang tampan itu," kata Chilia jujur. Dia memang menyukai Dion yang keren. Sedang Lucas sudah menggertakkan gigi mendengar Chilia memuji bocah kemarin sore itu. "Auw!" Chili baru sadar saat Lucas ternyata diam-diam mengemut jarinya, hingga menggigitnya. "Om?" "Kamu memujinya di depan saya?" Sudah berwajah tidak bersahabat dan berahang. Chilia yang merasa ada yang salah langsung menarik tangan, takut tangannya putus karena pria itu menggigitnya. "Hm, tidak om. Maksud Chilia ...." "Eh om, om. Mau kemana?" Chilia lari, mengejar Lucas yang tiba-tiba pergi meninggalkannya. Sebenarnya Lucas juga bingung dengan dirinya sendiri. Kesal tidak jelas kemudian memilih pergi saja. "Ada apa?" tanya Lucas saat Chilia sudah berada di depannya, membentangkan tangan. Chilia tidak langsung menjawab, mendekati Lucas lebih dulu kemudian menjijitkan kaki untuk mencapai telinga Lucas yang tinggi. "Aku mau adikmu," bisik Chilia dengan nada sensual. Lucas langsung melotot, gerakan bibir Chilia di telinganya membuat dia panas terbakar. Sial! Dia mau menantangku ya! Sedang Chilia sudah menutup mulut. Aaaaa bodoh, bodoh, bodoh! Sebenarnya bukan kata adik yang ingin Chilia katakan, melainkan 'Aku mau bantuanmu' tapi karena Chilia yang oon dan amatiran membuatnya salah ucap. Tanpa basa-basi lagi Lucas menggendong Chilia, naik ke dalam lift dan masuk ke dalam hotel yang ada di atas resto tersebut. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN