SATU
Decitan suara ban mobil bergesek dengan aspal terdengar memekakan telinga.
"Aaa!" suara jeritan seorang gadis terdengar begitu memilukan.
Kekacauan terjadi di jalan tol Malang-Surabaya. Kemacetan panjang di ruas tol itu langsung terjadi karena banyaknya kendaraan yang melewati jalur itu.
Tepat di depan sana sebuah mobil Pajero sport bertabrakan dengan truk Fuso dari arah berlawanan. Keadaan mobil Pajero itu begitu mengenaskan. Bagian depannya ringsek tak berbentuk lagi lantaran menabrak bagian depan Fuso.
Di dalamnya ada seorang wanita yang duduk di kursi kemudi dalam keadaan tak sadarkan diri. Wajahnya berlumuran darah hingga siapapun yang melihat tak dapat mengenalinya.
Seorang laki-laki yang kebetulan berada tepat di belakang mobil itu bergerak keluar untuk mengecek kondisi korban kecelakaan itu. Tak berapa lama pengendara yang lain juga ikut keluar dari mobil masing-masing.
"Cepat telepon ambulans! Wanita yang menyetir masih bernapas! Tolong bantu saya mengeluarkan dia dari mobil!" teriak laki-laki yang pertama kali mendekati mobil.
Ia membuka membuka pintu bagian kanan dengan susah payah dibantu pengendara yang lain. Saat pintu itu berhasil dibuka paksa mereka yang ada di sana dapat melihat keadaan seorang wanita muda di sana dalam keadaan terluka parah.
Deru mobil disertai suara sirine
ambulans dan polisi terdengar mendekat. Para medis bergerak cepat mengevakuasi gadis itu. Sementara di truk Fuso, supir truk itu mengalami luka ringan dan juga segera dilarikan ke rumah sakit.
"Maaf, Pak, boleh saya ikut mobil ambulans untuk menemani korban perempuan?" tanya laki-laki itu pada seorang paramedis yang hendak menaiki ambulans.
"Sialakan!" jawab petugas itu.
Laki-laki itu kembali ke mobil korban dan mengambil tas yang kebetulan tergeletak di kursi samping kemudi. Ia segera mengendarai mobilnya sendiri mengikuti ambulans yang telah berangkat ke rumah sakit terlebih dahulu.
"Halo, Do, aku datang telat ke Surabaya. Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit di daerah Pasuruan," ucap laki-laki itu menelepon dengan headset bluetooth.
"Nanti aku telepon lagi. Bye." Belum sampai lawan bicaranya menjawab, laki-laki itu mematikan sambungan teleponnya.
Ia melaju dengan kecepatan tinggi mengiringi laju ambulans yang telah keluar dari jalur tol dan menuju rumah sakit.
Sampai di rumah sakit, gadis itu segera dibawa ke UGD untuk mendapatkan penanganan.
"Maaf, apa anda keluarga pasien?" tanya salah seorang perawat.
"Saya Aderald, tapi, saya bukan keluarganya. Kebetulan mobil saya ada tepat di belakang mobil dia waktu kecelakaan. Saya akan segera menghubungi keluarganya," ucap laki-laki yang ternyata bernama Aderald itu.
"Baik." Perawat itu berlalu pergi meninggalkan Aderald di depan ruang UGD.
"Maaf ya, Mbak, saya lancang buka tas kamu," guman Aderald sambil mencari-cari ponsel dan tanda pengenal gadis itu.
"Ketemu!"
Tanpa membuang waktu lagi, Aderald segera mencari nomor kontak keluarga Claretta, nama gadis itu di KTP.
"Clarie! Kamu di mana? Sudah tengah malam seperti ini kenapa belum pulang?" Satu kalimat panjang menyambut Aderald saat sambungan telepon terhubung.
"Halo, selamat malam, maaf, Bu sebelumnya. Saya bukan Claretta." Aderald menjeda kalimatnya.
"Siapa kamu? Ke mana anak saya Claretta?" Suara di seberang sana terdengar panik dan khawatir.
"Begini, Bu ... Claretta anak ibu mengalami kecelakaan lalulintas di tol Malang-Surabaya. Keadaannya cukup parah dan sekarang berada di rumah sakit Pasuruan."
"Ibu tenang ya. Sekarang anak ibu sedang dalam perawatan di UGD. Tolong secepatnya perwalian keluarga segera datang ke rumah sakit."
Pelan-pelan Aderald berusaha berkomunikasi dengan keluarga Claretta. Ia sangat yakin jika keluarga gadis itu pasti sangat terkejut dengan berita kecelakaan yang menimpa gadis itu.
Usai menelepon keluarga gadis itu Aderald kembali duduk di depan ruang UGD. Tak berselang lama beberapa polisi datang mendekat ke ruang UGD.
"Malam, Pak, apa Bapak yang akan mengurus kasus kecelakaan di tol Malang-Surabaya?" tanya Aderald pada beberapa polisi yang berhenti di depannya.
"Malam. Ya, betul. Apa saudara mengenal korban?" tanya salah satu polisi.
"Sebenarnya tidak. Hanya saja kebetulan mobil saya berada tepat di belakang mobil korban. Barusan saya sudah menghubungi pihak keluarga korban, ini beberapa barang korban, Pak." Aderald mengulurkan tas dan ponsel milik Claretta pada polisi itu.
"Baik. Terima kasih. Saya akan mencatat data diri anda untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu.
"Silakan, Pak. Saya bersedia memberikan keterangan sekarang. Karena saya juga harus segera kembali ke Surabaya."
"Baik, kalau begitu mari ikut kami."
***
"Mama! Mama kenapa? Ada apa?"
"Clarie, Pa ...."
"Kenapa dengan Clarie? Ada apa dengannya?"
"Claretta ... dia kecelakaan, Pa ...." Wanita yang tak lain adalah ibunda dari Claretta mendadak pingsan setelah mengatakan kabar kecelakaan pada suaminya.
"Mama! Sadar, Ma!"
Hendro, Papa Claretta segera membawa istrinya ke atas tempat tidur. Ia berusaha menyadarkan istrinya dengan meletakkan minyak kayu putih di hidung wanita itu.
"Kamu sudah sadar?" Wajah Hendro sedikit lega melihat istrinya sadar.
"Claretta, Pa! Di mana dia? Dia baik-baik saja kan, Pa?"
Wajah Arina, mama Claretta berlinang air mata dan terlihat bingung. Ia terus saja merancau mencari Claretta.
"Ma, tenang! Tadi Mama dapat telepon dari siapa?" tanya Hendro sambil memegang pundak istrinya.
"D-dari ... dari nomor Claretta, Pa. Orang itu suaranya laki-laki ... d-dia ... dia bilang Claretta kecelakaan di tol Malang-Surabaya." Arina menceritakan apa yang dia dengar dengan sesenggukan.
"Oke ... Mama tenang dulu ya, sekarang kita pastikan dulu, kita telepon nomor Clarie untuk memastikan ya."
Hendro beranjak dari tempat tidur untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di ruang tamu.
Bersama Arina, Hendro menghubungi nomor kontak anaknya. Nada sambung terdengar cukup lama hingga akhirnya suara seorang laki-laki menjawab panggilan itu.
"Maaf, di mana anak saya?" tanya Hendro.
Pria paruh baya itu mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh orang di seberang sana. Ia menyimak baik-baik setiap informasi yang diberikan.
"Baik, saya akan segera ke sana. Mungkin sekitar satu atau dua jam saya baru bisa sampai," ucap Hendro berusaha setenang mungkin agar istrinya tidak kembali panik.
"Kami berangkat dari Malang. Baik. Saya titip anak saya. Kalau ada apa-apa segera hubungi saya. Terima kasih."
"Gimana, Pa? Apa Clarie beneran kecelakaan?" tanya Arina.
"Iya. Kita segera ke sana. Dia pasti baik-baik saja."
***
Sebuah tayangan berita malam mengabarkan berita kecelakaan yang terjadi di ruas tol Malang-Surabaya yang terjadi beberapa jam lalu. Lebih tepatnya sekitar pukul delapan waktu setempat. Dalam berita itu diberitakan jika seorang korban perempuan pengendara mobil Fortuner mengalami luka parah dan dilarikan ke rumah sakit terdekat di Pasuruan. Sementara pengemudi truk Fuso mengalami luka ringan dan juga dilarikan ke rumah sakit Pasuruan.
"Apa kecelakaan ini ya yang buat Aderald gak jadi ke Surabaya?" guman laki-laki berkaca mata yang fokus dengan berita yang ditayangkan.
"Ck! Untuk apa dia ikut-ikutan ke rumah sakit mengurusi kecelakaan itu? Kurang kerjaan sekali. Padahal di sini pekerjaan sedang menunggunya."
Usai berita itu tayang, laki-laki bernama Aldo yang tadi sempat dihubungi Aderald itu mematikan layar televisi yang tergantung di dinding ruang kerjanya.
"Saatnya pulang," gumannya pelan.
Duk-duk-duk!
Suara seperti sedang mengetuk meja tiba-tiba terdengar di ruangan itu. Aldo yang sendirian di ruangan itu mulai merasa tak nyaman.
"Tolong dong, jangan ganggu! Aku gak ganggu kamu," ucap Aldo sedikit keras.
Ctaak!
Kali ini seperti suara kaca yang di pukul keras terdengar oleh Aldo. Laki-laki itu segera membereskan barang-barang dan buru-buru keluar ruangan.
"Jangan ngikutin aku! Jangan ngikutin aku!" ucap Aldo sepanjang jalan menuju lift.
***