Bertemu dengannya

1574 Kata
Alin sudah berupaya mencoba membujuk Jayaprana agar membantunya membuka studio senam impiannya. Tapi jawaban Jayaprana membuatnya harus bersabar, karena Jayaprana akan menyiapkan banyak syarat jika Alin ingin meminta modal pembangunan studio senam miliknya. Sebenarnya Jagadta di keponakannya bisa saja memberikannya investasi untuk membangun studio senamnya, tapi Jayaprana kakak iparnya tidak akan mengizinkannya selama ia tidak mengikuti keinginannya. Alin masih menduga-duga apa yang sebenarnya Kakak sulungnya itu inginkan. "Kalau nggak ada kerjaan begini aku bosan," guma Alin. Ia mengedarkan pandangannya di cafe tempatnya duduk saat ini. Hari ini Alin merasa bosan berada di Rumah, ia memilih untuk pergi ke Mall bersantai sambil minum segelas coffee dan kelepon cake kesukaaannya. Sudah ada beberapa studio senam yang menawarkannya untuk bekerja disana dan sepertinya ia akan menerima salah satu dari studio itu untuk mengisi kegiatannya. Namanya memang sekarang sudah cukup terkenal, karena bukan hanya senam zumba yang ia kuasai tapi pole dance yang terkenal sulit dikuasai juga menjadi keahliannya. Dulu Alin merupakan atlet senam dan ia sangat terkenal karena beberapa kali mewakili Indonesia adalah ajang senam. Alin sangat berharap ia memiliki bisnis di dunia yang sangat ia sukai dari pada ia harus bekerja di perusahaan keluarga. Bukan tak ingin membantu Jayaprana tapi ia percaya Jagadta bahkan Janisa kelak bisa membangun perusahaan menjadi lebih maju lagi. Dulu keinginannya sekolah di luar negeri selalu ditolak Jayaprana karena kakak sulungnya itu khawatir padanya. Jayaprana buka. hanya membesarkannya sebagai adiknya tapi juga sebagai putrinya. Memikirkan Jayaprana dan Rita selalu saja membuatnya merasa haru karena keduanya sangat menyayanginya. Bahkan Janisa saat kecil selalu cemburu padanya karena ketika pulang dari kantor Jayaprana akan mendekatinya dan menggendongnya. Alin melihat sosok laki-laki tampan masuk kedalam cafe dan ia melototkan matanya saat tahu siapa laki-laki yang saat ini ia lihat. Alin mencoba menutupi wajahnya dengan tasnya, namun ia juga masih ingin terus menatap laki-laki yang ia rindukan. Alin merasa bodoh karena sekian lama sakit hati dengan penolakan cinta laki-laki tampan itu, tetap saja jantungnya berdetak dengan kencang ketika bertemu dengan laki-laki itu. "Dia tetap sama selalu saja menarik perhatian banyak perempuan," ucap Alin sambil menatap di sekelilingnya dan benar saja hampir semua perempuan, terpesona dengan laki-laki itu. "Mas Ganendra," ucap Alin pelan nyaris tak terdengar. Alin menghela napasnya karena menghindari Ganendra dan juga keluarganya membuatnya merasa sedih. Ganendra Candrama merupakan salah satu anak tetangga yang orang tuanya bersahabat dengan Kakak sulungnya. Rumah megah yang berada berseberangan dari rumahnya merupakan rumah utama keluarga Ganendra. Di lingkungan perumahan ini, hanya Rumah Candrama yang terbesar karena rumah mereka sangatlah mewah. Orang tua Ganendra yaitu Gemal Candrama merupakan salah satu cucu Candrama grup yang memiliki sejumlah bisnis perhotelan dan juga bisnis lainnya yang berada didalam dan diluar negeri. Gemal orang tua Gannefra bukan hanya seorang penhusaha tapi juga seorang dokter sama seperti Ganendra. Alin mengehembuskan napasnya, ia ingat masalalu dimana ia jatuh cinta kepada Ganendra hanya karena Ganendra yang lebih terlihat ramah dari pada kembaranya Gatra Candrama. Ganendra cinta pertama yang ia alami sejak ia remaja dan sifatnya yang tidak banyak bicara tapi sangat sopan kepada para orang tua, membuat Alin jatuh hati. Alin lagi-lagi menghembuskan napasnya karena ia berhasil bersembunyi dan Ganendra tidak menyadari kehadirannya. Ia ingat bagaimana dulu ia sangat mencintai Ganendra bahkan mempermalukan dirinya sendiri mengejar cinta Ganendra. Ganendra cinta pertamanya dan untuk pertama kalinya ia jatuh cinta, Ganendra juga menjadi satu-satunya laki-laki yang pernah menolak cintanya. Mengingat semua itu, membuat Alin kesal dan ia berharap agar tidak akan pernah bertemu muka dengan Ganendra. "Jangan sampai aku ketemu dia lagi. Hmmm...apa benar kalau aku masih mencintainya, tapi kenapa setiap bertemu dengannya perasaan kagum, benci dan kesal tetap saja aku rasakan," kesal Alin karena ternyata hatinya masih saja terpaut dengan sosok sombong dingin dan mempesona itu. "Kalau pun bertemu dia lagi, aku harus pura-pura tidak kenal sama dia, aku punya harga diri udah ditolak masa aku masih ramah kayak dulu kalau ketemu sama dia," guma Alin. Alin mengedarkan pandangannya dan ia terkejut melihat perempuan yang dulu ia panggil Mami, satu-satunya perempuan parubaya yang ia panggil Mami. Alin merasa memiliki seorang ibu karena wanita parubaya ini sangat menyayanginya. Tanpa sadar air mata Alin menetes, ia rindu dipeluk dengan hangat dan menerima perhatian pada sosok cantik yang masih terlihat menawan sama seperti dulu. Jika saja saat itu cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, mungkin saat ini ia telah benar-benar menjadi anak perempuan parubaya yang cantik itu. Alin berdiri saat melihat seorang laki-laki menabrak perempuan parubaya itu dan mengambil ponsel perempuan itu, tanpa perempuan itu sadari. Alin mendekati laki-laki yang mengambil ponsel itu dan memegang lengannya dengan kencang. "Balikan nggak ponselnya!" Ucap Alin dengan nada tegas membuat laki-laki itu berusaha untuk lari namun Alin berteriak membuat laki-laki itu memberikan ponsel itu dan ia segera berlari dengan cepat. Alin mendekati wanita parubaya itu dan memberikan ponsel itu kepada wanita itu. Wanita parubaya itu tidak tahu jika ponselnya telah hilang dan saat ini ia sibuk merapikan barang belanjaannya yang terjatuh. "Mami, Hmm...ponsel Mami tadi diambil orang. Ini Mi Alin amb..." Perempuan itu terkejut mendengar suara yang saat ia rindukan. Ia mengangkat wajahnya menatap Alin lalu ia segera memeluk Alin dengan erat. "Astaga nak, ini beneran kamu?" Tanyanya membuat Alin tersenyum. "Alin kenapa kamu pergi Lin, kalau karena patah hati nak, mami temanin kamu biar sembuh sakit hatinya," ucap Vivian Candrama membuat Alin tersenyum haru. Vivian Candrama merupakan ibu kandung Ganendra Candrama laki-laki yang baru dia ia temui. Vivian sangat menyayangi Alin dan ia mendukung Alin remaja yang dulu menyukai Ganendra. "Alin kangen Mami," ucap Alin manja membuat Vivian tersenyum hangat. "Mami lebih kangen kamu, kamu tahu kan kalau Mami sayang banget sama kamu Lin," ucap Vivian dan itu terdengar sangat tulus. Salah satu alasan kenapa Alin menyukai Ganendra saat itu, juga karena Vivian dan keluarga besarnya. Alin merasa sangat bahagia berada ditengah-tengah keluarga besar Candrama, apalagi semua keluarga terlihat ramah dan penyayang. Vivian memberikan perhatian layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan putrinya. Setiap pulang sekolah Alin selalu wajib datang ke Rumah Vivian mencicipi kue buatan Vivian. Apalagi Alin juga sangat nyaman berada dirumah Kediaman utama Candrama yang sangat mewah bak sebuah hotel dengan maid yang lebih banyak dari maid yang bekerja di Rumah Kakak sulungnya Jayaprana Hutama Kamandaka. "Kamu makan siang sama Mami ya Lin!" ajak Vivian membuat Alin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Alin tidak akan bisa menolak permintaan Vivian karena ia tidak akan pernah tega melihat mata yang penuh kasih sayang itu, meneteskan air mata karena penolakannya. Masa lalu yang ia lewati berasa Vivian sangatlah indah, hanya karena penolakan kasar dari Ganendra saat itu membuatnya memilih menjauh dari Vivian. Alin tidak seperti dulu yang datang sesuka hatinya di kediaman Candrama dan menganggap mereka keluarganya sendiri. Alin menjauh karena permintaan Ganendra dan ia menyetujuinya karena cinta bertepuk sebelah tangan sungguh menyakitkan baginya, apalagi saat itu ia masih remaja. Menyukai Ganendra membuat cinta pertama yang ia alami terlihat mengenaskan. Alin berusaha tidak mengingat ucapan Ganendra dan saat ini jika ia kembali dekat dengan Vivian, ia harus tetap menjaga jarak karena tidak ingin lagi laki-laki tampan itu mengucapkan kata-kata kasar padanya. "Ayo nak!" Ajak Vivian memeluk lengan Alin dan melangkahkan kakinya menuju sebuah Restauran. "Mami pergi sendirian ke Mall?" Tanya Alin. "Mami diantar Ganendra dan dia katanya tadi mau beli kopi dan menunggu di Restauran. Ganendra kurang suka kopi buatan Restauran yang mau kita datangi ini. Makanya ia beli ditempat lain," jelas Vivian membuat wajah Alin memucat. Astaga kenapa harus ketemu dia lagi sih... Batin Alin. "Alin nggak apa-apa kan ketemu Ganendra?" Tanya Vivian karena ia tahu kenapa Alin tiba-tiba menjaga jarak dan mengatakan alasan jika ia sibuk kuliah hingga ia tidak bisa datang setiap hari ke kediaman Candrama seperti biasa. "Kalau Ganendra macam-macam sama kamu kan ada Mami Lin," ucap Vivian membuat Alin mengangukkan kepalanya. Keduanya masuk kedalam Restauran dan Alin melihat sosok tampan itu duduk sambil membaca buku yang terlihat sangat tebal. Jantung Alin berdetak dengan kencang dan ia menahan perasaan kecewa dan benci dihatinya karena sosok ini pernah membuat harapan akan cintanya hancur seketika. Cinta pertama yang begitu menyakitkan yang dialami Alin. Alin pernah bermimpi menjadi istri Ganendra dan ia merasa sangat bodoh dan konyol saat ini karena pernah bermimpi menjadi istri Ganendra. Alin berjanji akan membangun dinding tinggi di hatinya agar pertahaananya kuat, hingga tidak akan terjerumus cinta pertama masalalu dan akhirnya mencintai Ganendra lagi. Vivian menarik tangan Alin dengan pelan dan meminta Alin duduk disamping Ganendra. "Ganendra," panggil Alin membuat Ganendra menutup bukunya dan menatap sang ibu sambil tersenyum. Mata Ganendra saat ini tertuju pada sosok wanita cantik yang saat ini duduk disampingnya. "Mami ketemu Alin, nggak apa-apa kan nak kita makan siang sama Alin?" Tanya Vivian membuat Ganendra mengangukkan kepalanya. Vivian tersenyum melihat keduanya, baginya Alin sangat cocok menjadi menantunya. Apalagi Alin adalah perempuan baik, dulu saat Alin bertunangan dengan Gibran kekasihnya, membuat Vivian murka dan ia menangis dipelukan suaminya karena marah dan kesal Alin akan diambil keluarga lain. Saat itu Gatra dan Ganendra harus menerima kemarahan Vivian yang mendiamkannya selama satu bulan. Vivian melihat Alin terlihat kurang nyaman duduk disamping Ganendra dan ia tersenyum lembut membuat Alin terpaksa tersenyum karena ia tidak mungkin menunjukkan kekesalannya kepada Ganendra. "Mami ke toilet dulu, Ganendra pesan makanannya sama Alin ya...Mami pesan makanan yang biasa nak," ucap Vivian meminta Ganendra untuk memesankan makananya. "Iya Mi," ucap Ganendra. Si sombong Ganendra memang akan selalu bersikap lembut kepada ibunya, tapi tidak dengannya. Alin memilih mengedarkan pandangannya dan mencari suatu hal yang lebih enak ia pandang dari pada melihat Ganendra. Namun sayangnya di Restauran ini tidak ada laki-laki tampan lainnya yang mengalahkan ketampanan Ganendra. "Apa kabar?" Tanya Ganendra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN