episode 9: babak penyisihan

1054 Kata
“Apa?!” Zein menutup kedua telinga ketika mendengar teriakan terkejut dari sahabatnya tersebut, apa yang salah dengan perintah sang guru. Mereka hanya akan melakukan ujian meraga sukma, meski ujian ini bukan termasuk ujian kenaikan tingkat tapi tetap saja ini salah satu sarat untuk mengikuti ujian tersebut. Anggaplah ini ujian babak penyisihan. “Tolong kalau berbicara jangan berteriak, hargai telinga tetanggamu,” celetuk Zein tanpa menoleh sedikit pun pada sahabatnya tersebut. Yuda tersenyum meremehkah, sahabatnya itu selalu saja menggunakan bahasa sopan hanya untuk menyindir orang lain, kenapa juga mereka harus berada dalam satu group? Lagi pula pria satu ini bukankah belum sehat? Jadi kenapa harus memaksakan diri untuk ikut. “Satria, bukankah kau tahu, kalau meraga sukma itu juga menggunakan kekuatan? Kenapa kamu memaksa untuk ikut? Tubuhmu belum fit.” “Aku baik-baik saja, tidak ada alasan untukku tidak ikut. Karena aku haru segera menyelesaikan ujian dan lulus dari perguruan ini. Dengan begitu, aku bisa segera merebut kembali kerajaan Bintang Tenggara dari manusia-manusia dzalim tersebut,” balas Zein. Matanya menatap lurus ke depan, di mana terdapat seorang pemandu acara seleksi ujian tersebut. Yuda menoleh pada Zein, ia sama sekali tidak mengerti maksud ucapan sang sahabat, apakah pria itu memang benar putra mahkota Bintang Tenggara yang asli atau bukan,”Satria, apakah kau benar-benar Zein Zulkarnai? Putra mahkota Bintang Tenggara yang asli, putra dari raja Ilyas dan permaisuri Bilqis?” tanyanya memastikan. “Iya, tapi aku tidak bisa mengungkapkan identitasku yang sesungguhnya. Mereka masih memburuku hingga sekarang, tapi aku tidak akan pernah membiarkan mereka berlama-lama menguasai kerajaan Bintang Tenggara. Rakyat kecil menderita di bawah kepemimpinan mereka,” jawab Zein penuh dendam. “Aku mengerti, kamu tenang saja. Aku bersedia membantumu, aku juga putra mahkota kerajaan Kayumas, begitu aku lulus dari sini, aku akan segera naik tahta. Setelah aku naik tahta aku dan kejaraanku akan membantumu. Aku akan bicara juga pada Surya, dia juga putra mahkota, nanti aku akan bicara pada Su Kam Pret, Gem Pa Ran, San Da Lan. Ketika gadis itu adalah anak dari seorang raja dan adi pati. Kita bisa minta bantuan mereka. Kamu tenang saja, cukup kamu ajak mereka tidur saja, aku yakin setelah mereka mengandung anakmu. Langsung deh kamu nikahi mereka dan kerajaan mereka akan langsung membantumu.” Yuda tersenyum licik, ia sangat yakin kalau rencananya itu pasti akan berhasil. Zein melirik malas sahabatnya tersebut, berbicara soal meniduri putri seorang raja dan adi pati seperti meniduri anak kambing, apakah menurutnya ketiga gadis itu akan bersedia melakukannya? Lagi pula siapa juga yang bersedia melakukan rencana licik seperti itu. “Satria, bagaimana dengan pendapatku barusan? Kau pasti akan sangat setuju.” Yuda tersenyum penuh percaya diri karena yakin sahabatnya itu pasti akan menyetujui ide briliannya. “Tidak,” jawab Zein tegas. Pabgeran mahkota Kayumas tersebut tercengang, sungguh pria tidak menyenangkan, ia sudah memikirkan rencana terbaik tapi malah ditolak menath-mentah, sungguh sangat menyebalkan. Dia pun memalingkan wajahnya karena kesal, matanya membulat ketika melihat gigi merongos tersenyum lebar di depan wajahnya. Tubuhnya bergidik ngeri dan langsung kambaliberpaling pada Zein. ** “Aku sangat yakin kalau Satria pasti bisa melewati ujian meraga sukma ini.” Su Kam Pret senyum-senyum sendiri membayangkan pria tercintanya akan mengikuti ujian babak penyisihan tersebut. “Aku pikir kau sangat menyukai Yuda,” sahut Gem Pa Ran. “Ran-ran, itu tidak benar. Sejak kecil Su-su hanya menyukai Satria, tapi karena Satria tidak pernah menggubris s**u, jadi dia mendekati Yuda hanya untuk menarik perhatian Satria,” timpal Sandalan. “Begitukah? Tapi kenapa aku tidak tahu? Tapi aku lebih suka pada pangeran Surya, dia lebih manis. Dia juga sangat lembut.” Gemparan atau yang biasa dipanggil Ran-ran tersenyum sendiri membayangkan sosok pangeran pujaan hatinya. “Lebih baik kalian segera memikirkan ujian untuk murid putri, karena nanti kalian juga akan bertarung dengan murid-murid yang memenangkan ujian seleksi kali ini.” Avei berdiri di belakang ketiga murid perempuan tersebut hingga membuat mereka menelan ludahnya sendiri, bulu kuduknya terasa merinding mendengar peringatan dari salah satu petinggi perguran rajawali, sekalipun Avei terkenal humorins tapi ketiak memberikan hukuman, pria itu tidak memiliki rasa ampun sedikit pun. “Baik, kak.” Ketika murid perempuan tersebut serentak menjawab dan kabur, akan sangat berbahaya jika menyinggung manusia sok humoris tersebut. Avei menggeleng kepalanya pelan, setelah itu ia menaiki podium untuk memberikan pengumuman mengenai ujian tersebut. “Ehem… ehem…” Pria itu bahkan berdehem beberapa kali hingga melihat pelototan tajam pinpinan perguruan rajawali yang menyuruhnya untuk tidak bercanda lagi. “Aturan pdalam seleksi ujian babak pertama ini tidak sulit, syaratnya hanya satu. Kalian mengeluarkan sukma kalian dan bertarung di alam sukma dengan sesama jenis. Jadi nanti kalian akan bertarung adu pedang, adu cairan atau mengadu yang lain.” “Avei…”Merik naik ke atas podium lalu mengambil lembar kertas tentang peraturan seleksi tersebut. “Maksudnya, dalam penyisihan babak pertama ini. Kalian tidak akan berduel dengan group putri, jadi apakah kalian mengerti. Tolong jangan berpikir yang tidak perlu.” Seluruh murid pria tingkat 8 pun mengangguk, setelah itu Merik dan Avei turun dari podium. Merik merasa jengkel dengan sahabatnya itu, mana ada orang memberikan pengumuman tentang duel bisa membuat pikiran tidak jelas seperti itu. Apakah berniat membuat pikiran kotor?. “Selurih peserta ujian harap mengambil nomer, kalian akan bertarung sesuai dengan nomer yang ada di kertas tersebut.” Petugas pengedar nomer mulai berjalan, Zein dan Yuda mengambil bersamaan. Ketika dibuka ternyata nomer mereka sama, pangeran Kayumas tersebut tidak yakin mampu mengalahkan sahabatnya tersebut, jangan kita orang terluka bisa kalah dengan mudah. Ia pun mewek dan ingin menangis. Sedangkan putra makota Bintang Tenggara terlihat tenang, ia bahkan masih sempat untuk tersenyum. “Aku harap kau bisa mengalahkan seseorang yang masih tahap pemulihat dari lukanya.” “Aku bisa, tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?” balas Yuda sewot. “Tidak masalah, dalam sebuah pertarungan, pasti ada luka. Aku akan merasa sangat senang kalau kau bisa mengalahkanku, karena aku pun tidak akan segan terhadapmu,” jawab Zein tenang. “Baik.” Kedua putra mahkota tersebut bertekad untuk mengalahkan satu sama lain. ** Mahesa tersenyum ketika mendengar kabar bahwa putra angkatnya akan mengikuti babak penyisihan ujian kenaikan tingkat, tapi dia juga khawatir karena pria itu sempat terluka dan belum pulih. Pri 50 tahun itu merasa sangat geram pada Tong Sam Pah, perdana mentri Xioxig itu masih saja suka mencari gara-gara, apun yang terjadi. Dia tidak akan pernah membiarkan putra mahkota harapan masa depan tersebut mengalami masalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN