Episode 1 : Awal mula

1440 Kata
Tiga ribu tahun yang lalu terdapat sebuah kerajaan terbesar di Asia tenggara, kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Ilyas, seorang raja yang arif, adil dan bijaksana, kerajaan itu bernama Bintang tenggara. Kerajaan tenggara memiliki seorang ratu yang sangat cantik jelita, ia bernama Ratu Bilqis, banyak para raja dari semua kerajaan mengharapkan kasih sayang darinya tapi kesetiaannya terhadap sang raja tidak pernah luntur sama sekali, mereka dikaruniai 2 orang putri dan seorang putra. Putra pertama mereka bernama Zein zulkarnain, dia memiliki paras sangat rupawan seperti bulan purnama, setelah itu ratu Bilqis melahirkan lagi seorang anak perempuan yang diberi nama Setia ningrum dan Cempaka sari. “Selamat pagi, Yang Mulia Zein.” Seorang pelayan perempuan memberi hormat kepada pangeran muda yang sedang ngambek gara-gara ibu dan ayahnya tidak mengizinkannya untuk ikut berburu dengan Mahesa, seorang jendral perang dan pengawal pribadi ayahnya. “Aku tidak membutuhkan kalian semua, pergi!” Zein mengusir para pelayan tersebut, pangeran berusia 12 tahun tersebut tidak mau makan sudah dua hari membuat para pelayan tersebut kebingungan tersebut. “Yang Mulia, anda harus makan. Sudah dua hari anda belum makan, bagaimana nanti kalau Yang Mulia Raja kembali dan mendapati anda sakit?” para pelayan itu sangat takut dan khawatir, mereka tidak ingin mendapat hukuman dari rajanya karena lalai dalam menjaga pangeran mahkota. “Pangeran Zein, sebaiknya kau makan. Kau tidak ingin bukan, kalau ayahmu pulang dan melihatmu sakit?” Seorang wanita memakai mahkota merak di kepalanya dan baju dari sutra dengan lembut menasehati putranya. Para pelayan tersebut menundukkan kepala dan mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang untuk permaisuri kerajaan Bintang tenggara. Ratu Bilqis mendudukkan diri di samping ranjang putranya, ia tersenyum lembut terhadap putranya tersebut,”Pangeran Zein, kau harus makan, nak. Kau adalah putra mahkota, calon raja selanjutnya kerajaan Bintang tenggara. Jagalah kesehatanmu, pola makanmu, jangan sampai hanya karena masalah sepele kau sampai tidak mau makan.” Tatapan mata lembut dan senyum ketulusan dari ibunya membuat Zein tidak dapat menolak, ia pun mengangguk dan meminta para pelayan tersebut untuk membawakan makanan,”Bunda, aku semalam bermimpi.” Zein menaruh kepalanya di pangkuan ibunya. “Pangeran memimpikan apa?” Balqis membelai lembut surai kuning keemasan panjang milik putranya, entah kenapa ia memiliki firasat tidak menyenangkan ketika putranya mengatakan tentang mimpinya, selama ini ketika putra pertamanya itu bermimpi nyaris tidak pernah meleset, kali ini dia berharap mimpinya tidak memiliki tafsiran yang buruk. “Bunda, kerajaan ini akan baik-baik saja’kan? Aku bermimpi kerajaan ini diliputi dengan asap hitam, lalu ada dua gunung yang saling berbenturan. Bunda, aku takut.” Zein menikmati setiap belaian ibunya, meski dalam hati masih ada rasa takut dan kecemasan yang menghinggapi. Balqis terdiam, lidahnya terasa kelu untuk memberikan penjelasan atau pun menghibur putra pertamanya, arti dari mimpi dua gunung yang saling berbenturan adalah dua pemimpin besar yang akan berperang, sedang asap hitam adalah masa depan yang suram,”Di mana asap itu, pangeran?” Ia berharap asap itu tidak berada di atas kerajaan miliknya. “Di atas menara kerajaan Bintang tenggara, bunda.” Mata safir pangeran kecil itu memandang paras cantik permaisuri Bintang tenggara tersebut, wajah sang permaisuri tidak dapat ditebak, ada rasa cemas, takut dan kesedihan membuat pangeran kecil tersebut bingung. “Bunda.” Zein sedikit menggoyangkan tangan ibunya meminta perhatian. Mata crimoson permaisuri tersebut membalas pandangan iris safir putranya, bibir ranum tersenyum teduh, “Itu hanya bunga tidur, pangeran Zein. Sekarang kamu makan ya? Biar bunda suapi.” Ratu Bilqis mengambil makanan ada di atas nampan yang dibawa oleh pelayan, setelah itu ia menyuapkan makanan kepada putranya dengan penuh kasih sayang. Terdengar suara ledakan dari arah paviliun kerajaan, Ratu Bilqis, Zein dan para pelayan sangat terkejut mendengar suara ledakan yang tiba-tiba tersebut,”Bunda, itu suara apa?” Pangeran Zein ketakutan. “Bunda juga tidak tahu, pangeran. Sebentar, biar bunda lihat dulu.” Permaisuri tersebut menaruh mangkuk makanan kembali ke atas nampan, setelah itu ia bangkit dari posisi duduknya dan melangkahkan kakinya meninggalkan kamar putranya. “Ayahanda, apakah kerajaan kita diserang? Zein merasa, mimpi Zein itu bukan memiliki pertanda baik juga bukan hanya bunga tidur.” Pangeran kecil tersebut memeluk guling dengan tubuh gemetar karena ketakutan. Terlihat kobaran api membakar salah satu paviliun kerajaan, Ratu Balqis memperhatikan pelayan serta dayang-dayang berlarian mencari perlindungan diri,”Apa yang terjadi?” Dia bertanya pada salah seorang pelayan pria yang kebetulan melintas di depannya. “Ampun Yang Mulia Ratu, istana diserang.” Pelayan tersebut segera melarikan diri setelah memberikan jawaban pada permaisuri tersebut. Ratu Bilqis terkejut, sekarang istana sedang kosong, suaminya pergi berburu bersama para punggawa kerajaan yang tersisa hanya prajurit biasa dan ketiga putranya,”Suamiku, aku harap kamu segera kembali. Istana sedang diserang. Selamatkan anak-anak kita, selamatkan para warga.” Permaisuri tersebut berdoa semoga sang suami segera kembali. ** Hutan Kemuning adalah sebuah hutan yang terletak di sisi barat kerajaan Bintang tenggara, hutan tersebut memiliki beraneka ragam tanaman dan bunga, semua itu berwarna kekuningan karena itulah disebut hutan Kemuning. Dalam hutan tersebut terdapat juga berbagai macam hewan buruan seperti Kijang, Rusa dan masih banyak lagi lainnya. “Mahesa, menurutmu, apakah istriku dan anak-anakku akan senang dengan hasil buruan yang kubawa untuk mereka?” Raja Ilyas dengan panah busur di tangannya serta baju zirah duduk di atas kuda hitam besar yang berjalan santai. “Saya yakin Yang Mulia, mereka pasti akan sangat senang.” Mahesa duduk di atas kuda warna coklat, mereka berdua berjalan berdampingan. Binatang hasil buruan dibawa oleh para prajurit yang berjalan di belakang mereka. terdengar suara ledakan dari arah kerajaan, Ilyas dan Mahesa sangat terkejut mendengar suara ledakan tersebut, mereka mengalihkan perhatiannya kearah kerajaan, sepertinya ledakan itu bersalah dari kerajaan Bintang tenggara,”Astagfirullah hal adzim. Mahesa, apa kau mendengar itu?” sang raja meminta pendapat dari pengawal pribadinya. “Ya Yang Mulia, dan sepertinya itu berasal dari Bintang tenggara.” Mahesa memperhatikan arah kerajaan tempatnya mengambil tersebut. “Kita harus segera kembali, Mahesa.” Ilyas segera memacu kudanya menuju kerajaan Bintang tenggara begitu pun Mahesa, dia mengikuti rajanya. Berikutnya para prajurid juga ikut berlari mengikuti mereka berdua. ** Seorang pria berjubah hitam dengan ikat kepala merah berdiri tegak di atas salah satu atap paviliun istana, matanya mencari sesuatu dalam istana tersebut tepatnya seseorang. Seseorang yang telah digariskan untuk menghancurkannya serta menegakkan keadilan di muka bumi,”Di mana anak kecil itu?” Dia bertanya entah pada siapa. “Yang Mulia raja, sepertinya bocah itu telah disembunyikan di suatu tempat.” Seorang pria menggenggam busur dengan surai hijau panjang sebahu dan poni hampir menutupi matanya. “Tong Sam Pah, aku perintahkan kau segera cari dia! Sekalian bawa permaisuri cantik kerajaan ini untuk menjadi istriku.” Pria yang merupakan raja Ka Le Nan tersebut memberi perintah, senyum aneh terukur di bibir dengan pewarna ungu tersebut. “Baik, Yang Mulia.” Tong Sam Pah segera melompat dari satu atap ke atap lain untuk mencari anak kecil yang dimaksud . ** “Tidak, Zein adalah seoarang putra mahkota. Zein harus melindungi ibu, Zein harus melindungi orang-orang.” Pangeran kecil tersebut bermonolog sendiri, dengan berusaha menyingkirkan rasa takutnya, dia menyibakkan selimutnya dan melemparkan gulingnya lalu bergegas mengenakan jubah kuning keemasan serta mahkota berbentuk bulan bintang dan huruf alif di tengahnya.. “Tapi, Zein tidak memiliki senjata.” Lagi-lagi pangeran kecil tersebut bermonolog sendiri, ia melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa mengobrak-abrik semu barang-barangnya, tapi tak satupun senjata yang ditemukannya. “Zein harus pergi ke ruang persenjataan.” Pangeran kecil segera berlari meninggalkan kamarnya dan pergi keruang persenjataan. “Pangeran, anda tidak boleh keluar. Di sini sangat berbahaya, kerajaan diserang, Yang Mulia Raja Ilyas dan Jendral Mahesa belum kembali. Sekarang perdana mentri dan para kesatria yang lain sedang melawan para penyusup itu.” Seorang prajurit dengan memegang tombak dan tameng di tangannya melarang Zein kecil berkeliaran. “Aku adalah putra mahkota! Kalau ayahku tidak ada, maka akulah yang harus menggantikannya memimpin kerajaan ini! Sekarang kerajaan sedang dalam bahaya, kau ingin melarangku keluar! Apa kau tahu apa tugas seorang pemimpin?! melindungi rakyatnya!” Zein kecil berteriak di depan prajurit tersebut. Sang prajurit terkejut mendengar anak seusia itu sudah mengerti tugas seorang pemimpin, memang tidak salah kalau rajanya memilih pangeran kecil tersebut sebagai penerus. “Ta-tapi, pangeran.” Prajurit tersebut tidak tahu harus berkata apa, bagaimana pun juga Zein masih 12 tahun, kemampuan ilmu bela dirinya juga belum sebanding dengan musuhnya, bagaimana mungkin anak seusia itu akan bertarung melawan musuh. “Diam! Sekarang kau menyingkir, karena aku mau mengambil pedang, aku akan membunuh penyusup itu.” Zein bersikeras untuk pergi ke gudang persenjataan. “Tidak boleh, kau harus kembali ke kamar.” Mahesa datang tepat waktu, dia segera mengangkat tubuh mungil Zein dan membawanya pergi, ia tidak perduli dengan berontakan pangeran kecil itu, lagi pula tenaga kecil itu tidak akan menyusahkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN