Episode 6: Bintang Tenggara

1981 Kata
Zein Zulkarnain dan Yuda melompat dari satu dahan ke dahan yang lain tanpa merasa kesusahan, mereka sudah terbiasa melakukannya karena telah mempelajari ilmu meringankan tubuh. Pangeran mahkota Bintang Tenggara tersebut berdebar ketika memikirkan bahwa sebentar lagi mereka akan tiba di kerjaan milik keluarganya, dendam dan kebencian kembali membara ketika mengingat setiap p*********n yang dilakukan oleh kerajaan Xioxing pada keluarganya. Yuda merasa ada yang aneh dengan teman seperguruannya tersebut, pria itu memang terkenal dingin tapi juga tidak sedingin ini, semenjak keluar dari perguruan, aura pembunuhan selalu keluar darinya, seperti sedang pergi untuk membalas dendam pada musuhnya. Ia mempercepat lompatannya agar bisa sejajar dengan temannya tersebut. “Satria, kau baik-baik saja?” tanyanya heran. Zein hanya melirik sekilas pangeran Kayumas tersebut, hari ini ia tidak berminat untuk terlalu banyak bicara, hatinya sedang kacau karena dipenuhi dendam pada penguasa kerajaan Bintang Tenggara yang sekarang. Yuda menelan ludahnya sendiri, temannya itu sungguh sangat sulit ditebak, ekspresinya selalu datar, tenang dan dingin, meski begitu, ia tak pernah meragukan ketulusan yang diberikan pria itu. Memang sejak mulutnya seperti terus sakit gigi. “Kita akan segera sampai.” Zein menatap lurus gerbang kerajaan milik peninggalan keluarganya. Pangeran Kayumas ikut menatap lurus gerbang tersebut, tidak disangka bentuk gapura kerajaan Bintang Tenggara sangat indah. Mereka berdua mendarat dengan sempurna di depan gerbang tersebut, pemandangan pertama semenjak terakhir kali Zein berada di tempat itu sungguh menyesakkan hati, banyak sekali warga yang hidupnya tidak layak. Kurus kering seperti tak pernah makan, entah apa yang sebenarnya terjadi, banyak gadis yang kehilangannya kegadisannya akibat perbuatan keji raja mereka yaitu Ku Ba Ngan. “Huhuhuhu…ayah, aku tidak mau. Jangan biarkan aku menjadi korban kegananan raja Ku Ba Ngan, dia raja yang sangat keji, selalu menyiksa gadis setelah menodainya.” Seorang gadis 18 tahun menangis pilu sambil memeluk tubuh kuris ayahnya, wajah sang ayah terlihat sangat tak berdaya, kehidupan mereka memang sudah seperti ini setelah raja Ilyasa wafat dan kerejaan diambil oleh Ku Ba Ngan. Zein tak tega melihatnya, ia pun berjalan menghampiri anak dan ayah tersebut,”Kenapa kau harus memaksa anakmu?” Yuda mengikuti temannya tersebut, ia merasa heran dengan Zein, pria itu terlihat sangat perduli dengan keadaan orang-orang Bintang Tenggara. “Kami bisa apa? Hanya rakyat kecil yang hidup di bawah kekuasaan raja yang dzalim dan kejam. Menindas rakyat, mengambil pajak yang besar, memberi upah sangat kecil, dan mengambil gadis-gadis muda untuk dijadikan selir,” jelas pria tua kurus tersebut. “Ayah, aku tidak akan dijadikan selir, tapi setelah diambil kegadisanku, aku akan dijadikan pelayan. Aku tidak mau ayah.” Gadis muda 18 tahun tersebut menyela pembicaraan. “Kalau tidak ingin menjadi pelayan di istana, kau tidak perlu kesana. Aku akan melindungimu, kapan Ku Ba Ngan akan datang menjemputmu?” balas Zein. Yuda terkejut, ia merasa apa yang dilakukan temannya itu sudah gila. Berani melawan penguasa Bintang Tenggara yang terkenal sadis dan hebat itu, mereka pasti tidak akan bisa pulang dengan selamat. “Satria, kau tidak sedang bercanda bukan? Raja Ku Ba Ngan itu ilmunya sangat tinggi, kau bisa kalah darinya.” Pangeran Kayumas tersebut berusaha untuk memberikan nasehat pada teman seper guruannya. “Aku tahu, pria tua sepertinya bisa apa? Selain hanya mencuri milik orang, dia bukan Raja. Karena dia dan keluarganya mencuri kerajaan Bintang Tenggara dari raja Ilyasa,” balas Zein penuh dengan demdam dan kebencian. Gadis 18 dan ayahnya serta pangeran Kayumas menatap Zein heran, pria itu terlihat sangat marah bahkan seperti tahu sejarah kelam kerjaan Bintang Tenggara, siapa sebenarnya pria tersebut? “Siapa yang kau sebut dengan pencuri?!” sebuah tandu kerajaan yang sangat indah, keluar seorang pria menggunakan mahkota bulu merak berjalan angkuh dengan beberapa pengawal kerajaan terlatih menghampiri Zein. Tatapannya sangat dingin dan mengeluarkan aura iblis yang kuat. “Hormat pada Yang Muli Raja.” Gadis 18 tahun, ayah tua kurusnya serta Yuda memberi hormat pada Ku Ba Ngan, berbeda dengan Zein. Melihat wajah penguasa kerajaan Bintang Tenggara yang sekarang mengingatkan akan pembataian yang dilakukan mereka pada keluarganya. Ku Ba Ngan menatap lurus pada Zein, tatapannya sangat mengintimidasi dan bengis, tapi pangeran mahkota Bintang Tenggara yang sesungguhnya tidak pernah gentar sedikit pun, dia sudah mengalami pahitnya kehilangan keluarga tercintanya, hidup dengan menyembunyikan selama bertahun-tahun, apa lagi yang perlu ditakutkan? “Siapa kau?! berani sekali menyebut Raja Agung Ku Ba Ngan sebagai pencuri.” Zein Zulkarnain menyeringai, tatapannya sangat merendahkan penguasa Bintang Tenggara tersebut,”Siapa aku, itu bukan urusan pencuri sepertimu. Kau tidak setuju disebut pencuri? Tidakkah kau masih ingat, betapa terkutuknya kau dan keluargamu 18 tahun yang lalu?” Ku Ba Ngan terkejut, ia tidak menyangka masih ada orang yang mengetahui rahasia 18 tahun silam, ayahnya telah menghabisi semua orang yang berkaitan dengan p*********n dan perampasan kerajaan ini dari penguasa sebelumnya. Tapi kenapa sekarang masih ada yang mengungkit. “Kau jangan sembarangan bicara! Aku bisa membunuhmu dan menggantung mayatmu di alun-alun kerajaan jika kau masih bicara sembarangan,” ancamnya. “Lakukan saja jika kau bisa, selain mencuri kerajaan, merampas hak rakyat, m*****i dan menyiksa gadis muda. Kedzaliman apa lagi yang bisa kau lakukan?” tantang Zein tanpa rasa takut sedikit pun. Ku Ba Ngan sangat marah, ia pun memerintahkan orang pengawal untuk menyerang Zein Zulkarnain,” Bunuh pengkhianat itu.” “Hahahah… kau sungguh manusia sampah! kau sebut diriku pengkhianat setelah kau mengkhianati sahabatmu sendiri.” Zein tertawa merendahkan pada penguasa tersebut. Mata Ku Ba Ngan melebar, ia mengingat sahabat kecilnya, pangeran mahkota Bintang Tenggara yang sangat cerewet dan menyebut dirinya sahabat bahkan memanggilnya kakak, dia curiga kalau pria di depannya itu adalah pangeran kerajaan Bintang Tenggara yang sesungguhnya,”Kau, apakah kau Zein Zulkarnain?” Yuda dan gadis 18 tahun serta ayahnya terkejut, mereka mengalihkan perhatiannya pada Zein, mereka juga sangat penasaran benarkah apa yang dikatakan oleh penguasa Bintang Tenggara tersebut? “Oh, apakah kau sangat merindukan sahabat kecilmu itu? Sampai kau harus berhalusinasi?” Zein sengaja mengecoh penguasa Bintang Tenggara sekaligus memprovokasinya. “b*****h! Kau akan mati hari ini!” Ku Ba Ngan langsung menarik pedang dari sarungnya lalu menyerang pangeran Mahkota Bintang Tenggara. Zein dengan sigap menangkis serangan tersebut dengan pedanganya, iris kecoklatan bertatapan dengan mata merah , mereka saling mengeluarkan tatapan membunuh. Yuda sangat bingung dan khawatir, mereka baru saja datang ke negara orang, tapi kenapa temannya itu memulai permusuhan dengan penguasanya? Lagi pula, belum tentu saja kemampuan bertarung sang sahabat akan sebanding dengan penguasa iblis tersebut. ** Di perguruan Rajawali, putri Su Kam Pret terus uring-uringan karena Pangeran Yuda malah pergi dengan Zein ke Bintang Tenggara,”Kenapa sialan itu malah mengajak Satria? Sepertinya dia sudah tidak menurut lagi sekarang. Aku harus mengejarnya ke Bintang Tenggara.” Kam Pret sangat sangat kesal, ia pun segera memanggil ketika temannya, San Da Lan dan Gem Pa Ran. “SAN DAL, GEM PA…” San Dal Dan Gem Pa terkejut mendengar teriakan panggilan tersebut, mereka sedang berdandan dan San Dal harus tercoret lipstik gara-gara teriakan tersebut sedang Gem Pa harus kebanyakan menumpahkan air. “Apa Kam Pret itu tidak bisa tidak membuat keributan pagi-pagi begini?!” omel San Dal. “Tidak tahu juga, air ku sampai harus tumpah. Awas saja kalau penggil-panggil tidak ada hal yang peting.” Gem Pa Ran juga merasa sangat kesal. Mereka pun langsung membereskan perlengkapan lalu segera bangkit dan menghampiri puti Kam Pret. “Kenapa kau teriak-teriak?!” tegur Gem Pa Ran. “Ranran, Yuda pergi bersama Satria ke Bintang Tenggara. Aku sangat kesal, padahal aku yang akan meneaminya. Bukankah itu sangat menyebalkan?” Kam Pret mengadu dengan ekspresi sok nelangsa. “Ya sudahlah, kita hanya perlu mintak izin pada kak Merik. Setelah itu kita susul mereka,” saran San Da Lan. “Nah, kan. Sudah, kamu putri seorang Bupati tapi tingkahnya seperti anak pasaran. Kamu tidak perlu teriak-terika, kak Ring sedang bermeditasi. Kalau kak Ring terganggu, kak Avei akan mencincangmu,” timpal Gem Pa Ran. “Baik-baik, ayo kita temui kak Merik.” Su Kam Pret menurutu saran kedua temannya tersebut. ** Zein dan Ku Ban Ngan saling mengeluarkan kekuatannya hingga terjadi benturan di udara, mereka berdua berdiri dengan tatapan pembuhan. Yuda sangat kagum pada teman seperguruannya tersebut, tidak menyangka ternyata dia memiliki kekuatan sehebat itu, tapi tetap saja lawannya jauh lebih kuat dan sangat sulit untuk dihadapi. “Aku tidak menyangka ternyata kekuatan Satria sangat besar, dia tidak pernah menggunakan kekuatannya saat berlatih bersama ku,” komentarnya. Tiupan angin menggoyang helaian rambut kedua pria tersebut,”ayahku sudah lama mencarimu, Zein Zulkarnain. Tapi ternyata kau muncul sendiri, sekarang aku harus membunuhmu dengan tanganku sendiri.” Zein zulkarnain tersenyum remeh mendengar ucapan Ku Ba Ngan, dirinya sudah bukan seorang pangeran lemah yang hanya bisa menggunakan pedang kayu dan bersembunyi di balik punggung ayahnya,”Seperti kau bisa saja.” Ku Ba Ngan semakin marah, ia pun kembali menerjang putra mahkota Bintang Tenggara yang sesungguhnya. Pedangnya terhunus siap menembus jantung sang pangeran tapi sekali lagi Zein mengelak hingga Ku Ba Ngan menyerang udara kosong. Zein menendang punggung Ku Ba Ngan hingga raja dzalim itu tersungkur dan menabrak beberapa warung serta rumah warga,”Kau tidak bisa mengancamku, Ku Ba Ngan.” Melihat raja mereka tersungkur para pengawal raja dzalim tersebut langsung menyerang Zein secara bersamaan. Yuda tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya diserang banyak orang, ia pun segera menangkis serangan para pengawal tersebut,”kalian tidak bisa menyerang orang bersamaan, itu namanya kalian bersikap tidak adil. Mana ada 1 lawan 10 orang begini, kalian benar-benar pengecut.” Yuda terus mengomel-ngomel sambil menangkis serangan para prajurid tersebut. Zein tidak bisa membiarkan Yuda bertarung sendirian melawan orang-orang yang ingin menyerangnya, dia harus membantu sahabatnya untuk melawan orang-orang tersebut. “Raiton Sora…” Bersamaan dengan teriakan Zein tersebut, sebuah petir dengan kekuatan besar turun dari langit menyambar para pengawal dari Ku Ba Ngan menyebabkan mereka semua hangut terbakar hingga menjadi api,”Dalam pertempuran, kalau kita tidak membunuh artinya kita memilih untuk dibunuh.” Yuda terkejut melihat halilintar tersebut menyambar para pengawal tersebut, entah dari mana sahabatnya tersebut mendapat kekuatan sebesar itu. Ku Ba Ngan tercengang melihatnya, setelah 18 tahun tidak bertemu ternyata mantan sahabatnya itu sekarang memiliki kekuatan yang sangat hebat. “Satria, kamu sungguh sangat hebat. Aku tidak menyangka kamu memiliki kekuatan yang sehebat ini.” Yuga memeluk-meluk teman seperguruannya membuat pria itu risih dan sangat ingin untuk dilepaskan. Ku Ba Ngan bangkit dari posisi tersungkurnya, ia mengeluarkan sebuah kekuatan secara diam-diam dari tangannya dan langsung mengarahkannya pada Zein Zulkarnain. “Kakak tampan hati-hati…!!!” gadis 18 tahun itu berteriak memberi peringatan pada putra mahkota Bintang Tenggar agar pria itu segera menghindar dari serangan tersebuat. Mata Zein membulat, ia tak dapat menghindari serangan tersebut keduali menahannya dengan kekuatan yang dimilikinya. “Tirai Salju…!!!” Zein menangkis serangan api dari Ku Ba Ngan dengan kekuatan es yang mampu membekukan. Bola api dari dari Ku Ba Ngan saling berbenturan dengan tirai salju dari Zein. Kedua kekuatan tersebut saling dorong mendorong sama kuatnya. Ku Ba Ngan mengeluarkan seluruh kekuatannya begitu juga dengan putra mahkota Bintang Tenggara, tidak ada sedikit pun di antara mereka yang bersedia mengalah. “Jarum Neraka…” Puluhan Jarum beterbangan menyerang Zein, pria itu tidak dapat menghindar hingga salah satu jarum tersebut berhasil menembus tubuhnya. Jleb…. “Akh…” Zein terpaksa menghentikan serangannya tapi bisa menghindar dari serangan maut Ku Ba Ngan, meski begitu dia sedikit terdorong ke belakang karena serangan jarum neraka tersebut. “Yang Muli Raja, anda baik-baik saja?” seorang pria bertubuh tinggi kekar berikat kepala merah berdiri di samping Ku Ba Ngan. Zein Zulkarnain menatap tajam pria yang berdiri di samping mantan sahabat kecilnya tersebut,”Tong Sam Pah,” sebutnya dingin. Yuda menghampiri teman seperguruannya, ia menatap khawatir temannya tersebut. Sepertinya jarum-jarum tersebut telah melukainya,”Satria, kau baik-baik saja? Sepertinya mereka melakukan kecurangan.” Pangeran Kayumas tersebut menatap kedua anggota kerajaan tersebut jijik,”Tidak ku sangka seorang perdana mentri Bintang Tenggara, Tong Sam pah bisa bersikap curang. Menyerang orang dari belakang,” hinanya. “Mereka memang selalu curang,” timpal Zein. Putra Mahkota Bintang Tenggara tersebut tidak menurunkan kewaspadaannya sama sekali terhadap musuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN