Pelukan Menggetarkan Jiwa

2295 Kata
Laura memotong cerita Bima tentang kejadian dua puluh tiga tahun yang lalu. Nggak usah diceritakan lagi. Laura sudah tahu kelanjutannya. Bima pasti terpaksa menikahi Ratna dan dibodohi oleh Ratna dan ayahnya. Yang mau Laura tanya. Kapan Bima tahu, kalau Abirama itu bukan darah dagingnya. Rasa penasaran Laura yang mengebu-gebu itu langsung membuatnya bertanya. “Jadi kapan kamu tahu, kalau Abirama itu bukan anakmu?” Bima menghela nafas panjang dan berkata. “ Sabar dulu dong, Ra. Kamu harus dengar dulu kelanjutannya, mengapa aku yang keukeh tidak mau menikah selain dengan dirimu, akhirnya bersedia menikahi Ratna. ”Kata Bima. “ Alasannya pasti karena kamu pasti tidak bisa menolak tawaran jadi pemilik perusahaan TV nasional terkemuka. Seperti kata mamamu, kamu itu ibarat dapat durian runtuh.” Kata Laura sinis, ternyata Bima cintanya kepadaku hanya sebatas materi. “ Bukan ! Aku tidak menginginkan TV itu dari awal. Aku hanya ingin membesarkan perusahaan mediaku menjadi yang terbesar agar kamu bisa mendengar tentang kesuksesanku dan kembali padaku suatu saat nanti.”Kata Bima. “ Tapi buktinya kamu menikahi, Bu Ratna juga.” Kata Laura semakin sinis. Bima kembali menghela nafasnya dan Bima dengan sorot mata terluka berkata. “ Mamaku mencoba bunuh diri, Ra. Dia memotong urat tangannya saat aku menolak keras untuk menikahi Ratna dan aku bermaksud keluar dari rumah. Lalu papaku yang melihat mama bunuh diri, shock dan collapse karena sakit jantung. Aku sungguh tidak berdaya saat itu Ra. Semua orang seperti menekanku dari segala arah, sampai sampai aku tak bisa bernafas.” Kata Bima pelan. Di sudut-sudut mataya sudah nampak air yang menggenang. Pasti hatinya sangat sakit, mengingat kejadian itu. Laura wajahnya mulai melembut. Bima ternyata sangat kasihan. Mamanya Bima, si ibu bibit, bebet, bobot, benar-benar culas. Sanggup-sanggupunya dia bunuh diri, demi agar keinginannya tercapai. Ratna lalu berkata lirih “ Maafkan aku, Mas.” Laura menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia tak mengerti. Mengapa ada wanita seperti Ratna yang sanggup membohongi seorang pria tentang anak yang dikandungnya. Kenapa dia tidak bertanggung jawab sendiri untuk kesalahan yang dia lakukan. Ratna yang mengangkat kepalanya dan melihat sinar mata tajam Laura langsung kembali menundukkan kepalanya dan berkata lirih. “ Aku tidak membohongi Bima kok, Dokter Laura. Saat pesta seserahan, aku sudah ngomong jujur ke Bima dan mengatakan kalau aku saat itu telah hamil. Tapi apa yang bisa kami berdua lakukan? Kami benar-benar tidak berdaya di depan kedua keluarga kami.” “ Iya dan aku juga tidak bisa mundur lagi, Ra. Akhirnya aku dan Ratna membuat kesepakatan. Kalau kita hanya menikah sebatas kertas saja. Aku dan dia tidak pernah tidur di kamar yang sama dan kami hanya tampil bersama untuk keperluan karirku baik di perusahaan ataupun di politik. Ratna berjanji akan mendukungku sepenuhnya agar aku bisa sukses. Aku juga kepingin sukses agar kamu yang ntah raib di benua Eropah mana, suatu saat bisa mengetahui tentang aku, dan bisa mencariku kembali. Tapi rupanya bukan kesuksesanmu yang membuat kita bertemu, malah aku terkena penyakit yang membuatku bisa bertemu lagi denganmu.” Kata Bima, kali ini air matanya sudah mengalir dari matanya dan cepat-cepat dihapusnya. Laura tampak memandang Bima. Benarkah apa yang dikatakan Bima? Tidak mungkin dia berani berkata yang tidak benar di depan Ratna dan Ratna juga sama sekali tidak membantah, dia hanya diam dan tetap menundukkan kepalanya. “ Jadi, Ra. Kembalilah padaku. Aku sekarang sudah sangat mampu untuk berdiri di kakiku sendiri. Dan orangtuaku juga sudah tidak bisa memaksaku lagi untuk melakukan semua keiniginan mereka. Sudah cukup aku berkorban selama dua puluh tiga tahun ini. Aku tidak ingin lagi hidup hanya untuk mencari kekuasaan dan harta. Sekarang tujuan hidupku hanya ingin bersamamu. Kalau kamu menyuruh aku pindah ke Denmark. Aku akan ikut denganmu dan menghabiskan sisa hidupku ini bersamamu. Maukah kamu?” Tanya Bima lembut dan dengan sinar mata penuh cinta kepada Laura. “ Nggak! Maafkan aku, Bima. Aku tidak mau terlibat dengan masalah kalian. Aku tetap doktermu saja. Dan kamu tidak perlu berkata tentang sisa hidup, karena aku pasti akan menyembuhkanmu. Setelah itu aku akan kembali ke Denmark. Jadi Bu Ratna, tetaplah dampingi Bima untuk meraih semua kekuasaan yang sudah susah payah, Bima lakukan selama ini untuk bisa menjadi seorang walikota.” Kata Laura tegas. Laura tidak suka dengan kehidupan penuh drama seperti kehidupan Bima. Tiba-tiba kerinduannya dengan kehidupan tenangnya di Denmark merasuki jiwanya. “ Kalau kamu tidak mau kembali padaku, kamu sekarang langsung pulang saja ke Denmark. Aku tidak mau kamu merawatku. Aku lebih baik mati saja!” Kata Bima dengan nada berapi-api. Laura menghela nafasnya. Bima ini uda hilang akal. Kenapa dia kembali lagi ngotot seperti ini? “ Beri aku kesempatan lagi Laura. Kamu sudah tahu semua alasan mengapa aku mengawini Ratna. Perkawinan kami itu benar-benar tidak berdasarkan cinta. Aku selama ini tetap mencintai dirimu. Dan Ratna juga tahu tentang kamu. Aku dari awal sudah ngomong ke Ratna, kalau suatu saat , jika aku menemukanmu. Dia harus bersedia, aku ceraikan. Aku bertahan dalam perkawinan itu untuk mengumpulkan bekalku dulu agar aku bisa segera terbebas dari belenggu keluarga kami. Sekarang aku adalah pemilik tunggal perusahaan Media Nusantara. Dan ayahku juga ayah Ratna tidak lagi menjadi anggota dewan. Aku bersedia ikut pemilihan walikota Medan juga demi untuk menemukanmu. Aku akan membuat namaku terkenal, agar kamu bisa mengetahui berita tentang aku. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Bahkan mempersiapkan klinik ini. Kamu pikir, klinik ini kepunyaan ayahku?? Bukan! Klinik ini aku yang bangun untuk kupersembahkan kepadamu, saat aku menemukanmu. Please, Ra. Beri aku kesempatan untuk meraih cintamu lagi. Aku yakin , kamu juga masih mencintaiku. Buktinya kamu belum menikah sampai sekarang.” Kata Bima dengan yakin. Percuma berdebat dengan Bima, kalau dia sudah bertekad seperti ini. Apapun yang Laura katakan dia pasti tidak akan mendengarkan. Bima pasti akan berusaha sekuat tenaganya, sampai Laura luruh dan menerima cintanya. Seperti dulu saat dia ingin menjadikan Laura pacar. Laura menatap Bima dengan binggung. Kenapa Bima mempersiapkan semuanya untuk Laura? Apakah dia begitu yakin , akan bertemu Laura dan Laura akan menerima cintanya lagi ? “ Aku benar-benar tidak bisa Bim. Aku masih trauma dengan mamamu yang menghina aku dan mamaku. Aku juga tidak ingin menyakiti hati Abirama dan juga Bu Ratna. Kalian sudah bersama puluhan tahun, tidak mungkin tidak ada perasaan di antara kalian berdua. Jangan karena euphoria bertemu denganku lagi, kamu jadi melupakan orang-orang terdekatmu yang selalu mendukungmu selama ini, sampai kamu bisa sesukses sekarang.” Kata Laura pelan. “ Tidak ada yang aku lupakan. Abirama tetap anakku dan Ratna akan mendapat tunjangan hidup dariku sampai dia menikah kembali. Atau kamu mau saham perusahaanku. Na? Atau mau aku kembalikan TV Nusantara kepadamu?” Tanya Bima kepada Ratna yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata. “ Aku tidak mau semua itu. Aku hanya mau minta pertolongan dokter Laura untuk tetap merahasiakan kalau Bima bukan ayah biologis Abirama saat nanti dilakukan test DNA untuk donor Bima. Aku tidak mau Abirama terluka. Biarkan dia tetap menggangap Bima ayahnya dan aku bersedia bercerai tanpa menuntut apa-apa darimu, Mas Bima.” Kata Ratna tetap menunduk. Laura terpaku memandang mereka berdua , bagaimana dua insan ini, bisa hidup penuh drama seperti ini selama puluhan tahun? Apakah semua politikus dan orang kaya seperti itu? Tidak mementingkan kebahagiaan dirinya, hanya mementingkan kekayaan dan kekuasaan. “ Kamu sudah mendengar dari Ratna sendiri kan. Ra? Jadi please beri aku kesempatan untuk meraih cintamu lagi. Biarkan aku berbahagia di sisa hidupku ini.” Pinta Bima sambil meraih tangan Laura untuk digenggamnya. Secepat kilat, Laura menarik tangannya kembali. Pembicaraan ini tidak akan berakhir kalau dia biarkan terus. “ Bisakah kita berbicara tentang ini lain kali saja. Kita juga baru bertemu kembali,mungkin kita tidak lagi saling cinta. Hanya euphoria sesaat saja. Jadi sekarang ini, biarkan aku memeriksamu agar kita bisa menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok untukmu sehingga kamu bisa sembuh 100 % dan bisa segera kampanye untuk pemilihan walikotamu.” Kata Laura. “ Perasaanku kepadamu bukan euphoria. Perasaan cintaku kepadamu tetap ada dari dulu sampai sekarang. Jadi aku tetap pada keputusanku tadi. Kalau kamu mau memberiku kesempatan untuk mendapatkan cintamu kembali, baru aku mau dirawat olehmu. Tapi kalau tidak, kamu boleh kembali ke Denmark sekarang juga. Aku tidak mau dirawat!’Kata Bima dengan tekad bulat. Laura memejamkan matanya. “ Setelah kalian bercerai resmi,baru kita bicarakan lagi. Sekarang ini, aku tetap doktermu. Kita seiring sejalan, karena tidak gampang Bima, untuk menentukan donor sumsum. Jadi aku akan tetap merawatmu dan kamu urus perceraianmu. Kalau perasaan kita tetap sama saat putusan cerai ditetapkan, aku akan memikirkan semuanya kembali , apakah aku akan memberimu kesempatan atau tidak? Kita sudah berpisah terlalu lama, Bim. Aku sekarang sudah mati rasa.’Kata Laura mencoba mendinginkan hati Bima yang masih menggebu-gebu kepada dirinya. Bima tampak mengerutkan dahinya. Sepertinya dia sedang berpikir keras. Dua wanita yang berdiri di samping tempat tidur memandang diri Bima yang kini memejamkan matanya. Lalu Bima membuka matanya dan berkata tegas. “Baik kita jalankan seperti kemauanmu. Tapi sambil menunggu donor sumsum yang cocok untukku. Aku mau, kamu dua puluh empat jam menemaniku dan selalu ada di sisiku. Aku ingin tahu semuanya tentang dirimu selama kita terpisah dan aku ingin kamu mengetahui semuanya tentang aku. Kamu jadi dokter super pribadiku yang selalu ada untukku.” Kata Bima memberi perintah layaknya pimpinan kepada karyawan. “Aku ini dokter Bima, bukan baby sitter.” Kata Laura kesal. Bima tertawa. Laura memang tidak ada takutnya. Dari dulu Laura selalu teguh pada pendiriannya. Dia satu-satunya cewek yang tidak pernah takut mengemukakan pendapat dan beradu argumen dan selalu berhasil membuat Bima tertawa dengan celetukan-celetukannya. “ Kamu kan dokter VVIP ku, dokter pribadiku, Di sini kamu tidak perlu mengurusi pasien lain.Pasienmu hanya aku. Jadi aku berhak dong, mendapat pengawasan penuh darimu selama dua puluh empat jam demi kesembuhanku. Katamu, aku bisa tiba-tiba pingsan lagi, kalau belum mendapatkan donor sumsum. Tentu sebagai dokter, kamu tidak mau itu terjadi denganku, kan?” Kata Bima keras kepala tapi memang penuh logika. Pasien seperti Bima, memang harus selalu diawasi agar tidak pingsan mendadak, apalagi setelah pengambilan sumsum tulang belakang. “ Baiklah Pak Bima, aku akan mengawasimu dua puluh empat setelah pengambilan sumsum tulang. Jadi sekarang biarkan aku mengambilnya agar bisa segera kuperiksa di lab. Setelah itu baru bisa dipersiapkan test HLA dan test DNA untuk keluarga lainnya untuk mencari donor sumsum yang sesuai.” Kata Laura Ratna mengangkat kepalanya ketika mendengar kata-kata Test DNA untuk keluarga lainnya. Dia harus memastikan sekali lagi dengan Laura . “Dok. Tolong untuk tidak mengungkapkan kepada Abirama ya, dia bukan anak kandung Bima. Saya minta tolong banget, Dok. Hanya itu satu-satunya kekhawatiran saya. Kalau untuk perceraian, saya memang sudah siap. Karena sejak kami menikah, hubungan kami berdua ini bukan hubungan suami istri, saya dan Mas Bima sudah seperti abang dengan adik. Kami tidak pernah tidur di kamar yang sama dan kami tidak pernah saling mencintai. Aku merasa bersalah pada Mas Bima dan aku juga ingin, Mas Bima menemukan kebahagiaannya. Dia sudah terlalu banyak menderita. Dan semua yang dia lakukan selama ini, hanya untuk menemukan dokter yang merupakan cinta sejati Bima. Cinta Bima kepada dokter tidak berubah meskipun kalian sudah berpisah selama dua puluh tiga tahun. Bima benar-benar mencintai dokter.” Kata Ratna sambil berjalan mendekati Laura dan menggenggam tangannya untuk membuatnya berjanji. “ Tugas saya hanya untuk menentukan cocok atau tidaknya sum-sum tulang belakang, pasien dengan pendonor. Untuk hal lainnya, tidak akan saya ungkapkan, meskipun tertulis dilaporan DNA nya. Saya juga terikat dengan kode etik dokter. Jadi Bu Ratna tidak usah khawatir.” Kata Laura tegas. Ratna baru menghela nafas lega. “ Terimakasih Dok. Saya akan kembali ke Jakarta sore ini dan akan kembali lagi ke sini bersama Abirama untuk persiapan test apakah dia cocok menjadi donor bagi Bima. Tolong jaga Bima baik-baik , dok. Dia lelaki baik yang sangat mencintai, dokter.” Kata Ratna. Lalu hanya melambai kepada Bima dan keluar dari kamar perawatan ini. Sekarang hanya tinggal Laura dan Bima di kamar ini. “Yuk Bim, aku mulai ya, proses pengambilan sumsum tulang belakangmu. Nggak sakit kok. Aku uda berpengalaman, asal kamu jangan tegang. Rilekskan badanmu.” Kata Laura sambil menepuk-nepuk pundak Bima untuk menenangkannya. “ Bolehkah aku memelukmu dulu. Hanya pelukan antara dokter dan pasiennya.” Pinta Bima. Laura menganggukkan kepalanya. Memang dia sering memeluk pasiennya untuk menguatkan mereka sebelum dilakukan pengambilan sumsum tulang. Laura langsung memeluk Bima erat dan Bima balas memeluknya erat dan menelungkupkan kepalanya di bahu Laura. Getaran-getaran memori masa lalu, ketika Laura memeluk erat pinggang Bima di motor Bima, merasuki jiwa Laura. Harum tubuh Bima, masih sama. Pundak Bima masih sama bidangnya. Badan Laura bergetar. Badan Bima juga bergetar dan air mata Bima turun di sudut matanya. Mata Laura juga basah. Oh! Mengapa sebuah pelukan saja bisa membuat mereka berdua merasa ada ikatan yang dalam diantara mereka. Mengapa sebuah pelukan yang mulanya hanya pelukan antara dokter dan pasien, bisa membuat semua memori tentang kisah cinta mereka merasuki relung-relung terdalam jiwa mereka dan saat Laura melepaskan pelukannya sambil memandang mata Bima yang menatapnya dengan penuh cinta. Laura lupa segala prinsipnya. Laura lupa tentang traumanya kepada mama Bima. Laura lupa kata-katanya yang ingin Bima menyelesaikan perceraian dulu. Laura lupa segalanya dan menyambut bibir Bima yang menciumnya dengan lembut dan penuh perasaan. Mereka berciuman lembut. sangat sangat lembut. Hanya saling menyesap bibir dan saling menikmati setiap sentuhan -sentuhan intim itu. Ciuman yang dulu sekali selalu mereka lakukan diam-diam di lorong rak buku paling ujung di ruang perpustakaan . Ciuman penuh cinta yang tak lagi mereka rasakan sejak dua puluh tiga tahun lalu, karena takdir kejam yang memisahkan mereka. “Tok.. Tok… Tok.” Ciuman mereka pun langsung terhenti . Laura mendorong badan Bima pelan dan langsung berteriak. “ Ya. Silahkan masuk!” Seorang perawat, masuk ke ruang perawatan VVIP Bima dengan membawa perlengkapan pengambilan sumsum tulang belakang untuk dokter Laura. Bima menatap Laura sambil tersenyum. Ciuman itu membuat Bima yakin, kalau Laura masih tetap mencintainya . Ciuman itu membuat hatinya tenang untuk menjalani pengambilan sumsum tulang belakangnya karena dia yakin Laura bisa menyembuhkannya dan Bima akan baik-baik saja. Akankah???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN