NATHAN Aku menghela napas kesal. Bagaimana tidak? Sudah seminggu Alice menolak keluar bersamaku, bahkan hanya sekedar untuk makan. Yang dikatakannya? Sorry, gue sibuk. Padahal sebenarnya tidak. Yang dikerjakannya hanya melamun dan mondar-mandir dalam ruangannya, setidaknya itu yang dilakukannya dua hari terakhir. Alice menyelesaikan pekerjaannya yang lain dan memfokuskan pikirannya pada target barunya, restoran Singapore itu. Seharusnya aku bisa memakluminya, tapi... yah, mau bagaimana lagi? Rasanya, aku diabaikan. Saat ini aku sedang duduk sambil menopang dagu di depan ruangan Alice, menunggunya, ditemani segelas Hot Choco yang sudah dingin sejak sejam yang lalu. Di kursi, ada Ryan yang sedang membaca majalah bisnis. "Man, muka lo serem." Komentar Ryan tiba-tiba. Aku menaikkan alis, b