Lima tahun kemudian..
Suara hentakan sepatu dengan tinggi sepuluh centimeter menggema di lorong lantai delapan di mana dirinya bekerja di perusahaan besar itu sebagai seorang sekretaris saat ini. Tatapan tajam ditunjukan oleh Kiran di setiap langkahnya kepada siapa saja yang berpapasan dengan dirinya sepanjang perjalanan tadi. Tidak ada sapa dan senyum dari wanita cantik yang berubah menjadi pribadi dingin itu. Semua orang yang mengenal Kiran memberi julukan wanita kutub karena sifat dan sikapnya yang dingin selama ini.
“Bagaimana? Apa kamu sudah siap untuk melakukan meeting hari ini? Rekan bisnis kita memang baru bekerja sama dengan perusahaan ini. Tapi saya telah membaca latar belakang perusahaan itu dengan baik dan detail. Jadi saya berharap kita tidak akan pernah melakukan kesalahan sedikit pun hari ini. Apa kamu sanggup Kiran?” ucap atasan Kiran yang bernama Dave sembari memberikan penjelasan cukup panjang dan detail kepada wanita cantik itu.
Kiran menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh laki-laki tampan itu. “Baik Pak Dave. Insha Allah saya siap dengan meeting hari ini. Saya akan berusaha untuk menampilkan yang terbaik saat meeting nanti.”
“Saya percaya dan yakin kamu mampu untuk menghadapi meeting kali ini. Saya tahu bagaimana kemampuan kamu dalam menghadapi tekanan bisnis kita. Siapa pun itu. Kamu sudah berhasil menunjukan kinerja kamu. Kamu memiliki kualitas yang sangat baik dan bagus Kiran,” sambung Dave dengan nada tegas.
“Pak Dave tidak usah terlalu berlebihan memuji saya seperti itu. Saya hanya manusia biasa yang bekerja sesuai dengan kemampuan yang saya miliki Pak Dave,” sambung Kiran dengan nada dingin dan datar.
Dave mengangguk-anggukan kepala saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Kiran. Dave yang telah banyak mengetahui bagaimana sifat dan karakter sekretaris pribadi yang telah bekerja dengan dirinya selama hampir dua tahun itu memutuskan untuk menghentikan pembicaraan di antara mereka berdua saat mendengar nada bicara Kiran yang mulai berbeda saat ini. Dave tidak ingin berdebat dan membuat wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan suasana pagi hari ini.
“Ayo.. Kita berangkat Kiran,” seru Dave sembari meraih kunci mobil dan ponsel yang berada di atas meja kerjanya.
“Baik Pak Dave,” tukas Kiran.
Dave dan Kiran melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan ruang kerja pribadi laki-laki tampan itu menuju ke basement di mana tempat parkir mobil khusus pemilik dan pemimpin perusahaan itu berada di sana.
***
“Saya mohon maaf karena datang terlambat,” ucap sosok laki-laki yang memiliki tubuh tinggi menjulang dan suara bariton berat khas dirinya setelah masuk ke dalam ruang meeting di salah satu restoran terkenal.
Detak jantung Kiran bekerja dua kali lipat dengan tidak normal saat mendengar suara bariton yang masih dikenali oleh dirinya hingga detik ini. Kiran yang sedang mempersiapkan berkas untuk presentasi itu seketika mengangkat kepala untuk memastikan jika tebakannya itu benar adanya saat ini.
Kiran membelalakan kedua bola mata dengan sempurna saat melihat sosok laki-laki yang tampak tidak asing bagi dirinya sedang berada di hadapannya pagi hari ini. Kiran yang masih sangat membenci laki-laki itu berusaha untuk bersikap tenang seakan tidak sedang terjadi sesuatu kepada dirinya saat ini.
“Tidak apa-apa Pak Indra. Saya dan sekretaris pribadi juga baru datang beberapa menit yang lalu. Jadi Pak Indra tidak datang terlambat terlalu lama hari ini,” balas Dave dengan nada dan sikap sopannya.
Indra menganggukan kepala sembari mengulas senyuman hangat ke arah Dave sebagai bentuk ucapan terima kasih dirinya kepada calon tekan kerjanya itu.
“Baik Pak Dave. Terima kasih untuk pengertian dari Pak Dave,” sambung Indra.
“Baiklah Pak Indra. Saya sebelumnya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum kita memulai meeting kali ini. Bukankah kata pepatah tidak kenal itu tidak sayang?” seru Dave.
“Anda benar Pak Dave. Kita lebih baik saling memperkenalkan diri terlebih dahulu agar bisa lebih baik ke depannya nanti,” balas Indra.
Dave dan Indra saling berjabat tangan satu sama lain dengan penuh rasa hangat di dalam ruangan VVIP itu. Indra masih belum menyadari keberadaan sosok wanita cantik yang berada di antara mereka bertiga saat ini.
Senyuman ramah nan hangat diberikan oleh Dave saat menerima jabat tangan dari rekan bisnisnya itu. Dave mengalihkan perhatian ke arah Kiran yang duduk di samping dirinya setelah berjabat tangan dengan laki-laki tampan itu.
“Perkenalkan sekretaris sekaligus asisten pribadi saya di perusahaan, Pak Indra,” ucap Dave membuka percakapan setelah suasana hening semoga menyelimuti di antara mereka berdua.
Indra menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Dave. “Ah.. Baik Pak Dave. Bak Dave membawa sekretaris pribadi. Saya pikir Pak Dave sendiri ke pertemuan ini.”
“Tidak Pak Indra. Tidak mungkin saya datang seorang diri ke meeting. Saya selalu mengajak sekretaris pribadi untuk menemani meeting selama ini. Sekretaris pribadi saya ini sangat bisa diandalkan dan memiliki kemampuan bekerja yang sangat baik. Jadi saya tidak akan pernah melepaskan dan meninggalkan sekretaris pribadi di kantor seorang diri. Bukan saya tidak mampu menangani semua hal itu sendiri. Tapi daya selalu berpikir bekerja sebagai tim. Walaupun perusahaan itu milik saya sendiri. Tapi kita semua yang berada di perusahaan saya itu sebuah tim. Tim harus kompak dan saling bekerja sama satu sama lain tanpa alasan apa pun itu,” sambung Dave sembari memberikan penjelasan lebih detail kepada Indra.
“Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Pak Dave. Wajar.. Kalau Pak Dave bisa menjadi pengusaha muda yang sukses. Cara berpikir dan cara pandang Pak Dave benar-benar liar biasa dan tidak seperti orang lain yang saya kenal selama ini,” seru Indra memberikan pujian dengan tulus dan jujur kepada Dave.
“Anda terlalu berlebihan Pak Indra. Baiklah. Saya rasa tidak usah panjang lebar membahas tentang semua hal ini. Perkenalkan ini Kiran sekretaris dan asisten pribadi yang saya ceritakan tadi,” balas Dave sembari memperkenalkan Kiran yang sedang sibuk dengan berkas pekerjaannya.
Indra mengalihkan perhatian ke arah telapak tangan Dave menunjuk kepada seseorang yang sedang duduk di samping rekan bisnisnya itu.
“K-Kiran..” Indra tercengang saat melihat sosok yang tidak asing lagi bagi dirinya dan masih sangat dikenali oleh laki-laki tampan itu.
Dave menautkan kedua alis dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Indra saat melihat keberadaan Kiran. Banyak tanya di dalam benak laki-laki tampan itu. Namun Dave yang sangat tidak menyukai berburuk sangka kepada orang lain itu memutuskan untuk menanyakan semua hal itu kepada Indra dan Kiran.
“Apa Pak Indra dan Kiran saling mengenal sebelum pertemuan hari ini?” tanya Dave dengan tatapan bingung ke arah mereka berdua yang sedang dalam keadaan diam.
“Iya Pak Dave,” jawab Indra dengan nada jujur dan apa adanya.
“Tidak Pak Dave,” jawab Kiran dengan alibinya.
Dave menatal ke arah Kiran dan Indra dengan tatapan bingung saat ini. Dave bahkan meminta penjelasan kepada Kiran dan Indra dengan semua hal itu.
"Siapa yang benar? Pak Indra apa Kiran?" tanya Dave.
"Saya dan rekan Pak Dave tidak saling mengenal satu sama lain. Kami hanya kuliah di tempat yang sama dulu. Tidak saling mengenal dan tidak pernah memiliki hubungan apa pun itu Pak Dave.."