Pernikahan

1557 Kata
Beberapa hari kemudian, Hari yang dinanti pun tiba, Hari ini hari pernikahan Radit dan Elena, namun di rumahnya tak nampak jika ada acara. Pernikahan mereka hanya dihadiri 25 orang keluarga inti beserta penghulu dan petugas KUA. Tak tampak hiasan apapun di dalam rumah itu, hanya gelaran karpet di ruang tengah rumah itu. Elena masih di kamarnya sedang dirias oleh Mua yang merupakan sahabat nya sendiri, Eca. Eca melihat tak ada kegembiraan di wajah sahabatnya itu. "Apa yang sedang kau pikirkan Elena? bukankah harusnya kau bahagia? Aku melihat tadi calon suami mu begitu tampan, aku pun mau jika dijodohkan dengan nya.. hehe" Eca tertawa menggoda Elena, Elena hanya tersenyum tipis, ia penasaran, apakah benar setampan itu. Sementara Elena masih di dalam kamar sembari menunggu ijab kabul siap, setelah ijab kabul baru ia akan keluar dari kamar nya. Di ruang tengah para keluarga sudah lengkap, Radit memakai baju Muslim berwarna biru tua, ia tampak semakin gagah meski rambutnya masih ia pertahankan gondrong. Hendra di beri arahan untuk memulai ijab kabul, di jabat nya tangan Radit lalu mengucapkan kata ijab lalu di sambut oleh Radit. "Sah?" Penghulu bertanya kepada para saksi pernikahan Radit dan Elena. "Sahhhhh!" Jawab para saksi diikuti sahutan Alhamdulillah para hadirin yang hadir di sana. Prosesi ijab kabul selesai, Elena langsung di minta untuk keluar dari kamar nya. Elena berjalan menuju ke arah tengah tepat di mana Radit berada. ia memakai kebaya warna senada dengan Radit. Elena duduk di samping Radit, tanpa menatap Radit. Kemudian Radit mengulurkan tangan nya ingin menyalami Elena, tangan nya pun di sambut oleh Elena, di cium nya punggung tangan Radit. Ketika usai menyalami Radit, Elena mengangkat kepala nya, di tatapnya pria yang baru saja menjadi suami nya. "Radit!" Elena terkejut, dirinya tak menyangka, staf baru nya ini yang ternyata di jodohkan untuk menjadi suami nya. Seketika pandangan nya gelap, lalu ia jatuh pingsan. semua orang begitu panik, terlebih lagi Radit. Hendra meminta Radit untuk membopong Elena ke kamarnya. Beberapa jam berlalu, Elena baru tersadar dari pingsannya itu, kepala nya begitu sakit. di raba rambut nya yang telah di buka sanggulan nya, namun make up nya masih merias diri nya. Perlahan ia bangun dari tidurnya, di lihat nya sesosok lelaki melihat ke arah luar jendela. Radit.. yah dia Radit, pria yang telah menjadi suami nya. "Kenapa kau tidak bilang jika kau yang di jodohkan dengan ku?" Elena tampak kesal bahkan sangat kesal, Radit hanya tersenyum, melihat betapa cantik istri nya itu, bahkan lebih cantik dari biasa nya. "Ku kira kau tau tentang perjodohan ini?" Radit mengembalikan pertanyaan nya. "Ah mimpi apa aku bisa dapat suami seperti mu" Elena mencebis, Radit lalu berjalan mendekati nya. "Maa..mau apa kau? jauhi aku!" Elena menarik selimut menutupi tubuh nya, padahal ia masih mengenakan kebaya pernikahan nya tadi. "Kau istri ku Elena, di sini kau bukan bos ku" Radit makin mendekatkan diri nya pada Elena hingga jarak wajah mereka hanya sejengkal, Elena menunduk menutup mata nya, ia merasa belum siap jika Radit nekat mengambil kesuciannya. "Kau jangan kurang ajar Radit! aku menerima mu hanya karna ayah ku" Elena mengerjapkan mata nya, nyali nya menciut begitu berhadapan dengan wajah Radit. wanita manapun pasti takkan menolak Radit dengan wajah tampannya itu, tapi Elena berusaha menepis pikiran ny itu. "Kau halal bagiku, bagaimana jika kita melakukan nya sekarang?" Radit tersenyum nakal, ia begitu menikmati wajah ketakutan atasannya itu, ia tak menyangka bahwa wajah bos nya itu sangat menggemaskan ketika ketakutan seperti itu. Elena semakin dalam menenggelamkan wajah nya. "Hahaha hei Elena! kau kira aku seperti itu? kau pikir aku akan menyentuh mu?" Radit beranjak kemudian tertawa terbahak tak tahan melihat wajah lucu Elena, Elena langsung mengangkat wajah nya, ada rasa syukur karna Radit tak jadi menyentuhnya. "Keluar dari kamar ku!" "Kau yakin? keluarga besar mu masih berada di sini, mereka menginap di rumah ini, jika kau mengusirku, coba pikirkan apa yang ada di pikiran mereka?" Elena terdiam, perkataan Radit ada benarnya juga, ia tak ingin ayahnya mendapatkan nama yang buruk karna tingkah nya. Elena bangkit dari ranjang nya dengan tertatih, ia menuju kamar mandi nya, rasa nya ia ingin segera mandi agar merasa lebih segar. "Mau ku bantu?" Radit mencoba untuk memapah Elena, namun tangan nya di tepis oleh Elena. "Jangan sentuh aku, Anggap saja aku tak terlihat oleh mu" Elena masih dengan sikap angkuh nya, padahal kepala nya masih sangat pusing. ia berjalan perlahan menuju kamar mandi nya. Radit hanya tersenyum tipis melihat istri nya itu, ia tau ini tak kan mudah, terlebih Elena bukan gadis biasa, ia tak gampang untuk jatuh cinta dengan cepat kepada seseorang. ****** Malam berlalu, Radit diminta untuk tidur di sofa yang berada di kamar Elena, Elena selalu memperingatinya agar tak mendekati nya. Pagi ini Elena dan Radit langsung masuk kerja, padahal ayahnya meminta untuk meminta mereka mengambil cuti beberapa hari untuk bulan madu, Namun di tolak oleh Elena. Radit ikut Elena menaiki mobil Elena. "Setelah kita pindah, aku ingin kau berangkat dengan motor mu sendiri, aku tak ingin karyawan lainnya mengetahui kau suami ku" Elena membenarkan duduk nya sedikit kurang nyaman duduk di sebelah Radit. Radit hanya terdiam, sebenarnya ia tak peduli jika pernikahan nya ini diketahui oleh khalayak ramai, tapi ia masih menghargai Pak Hendra dan mengikuti semua permainan dan aturan Elena yang terkadang tak masuk di akal. Sedikit lagi sampai di kantornya, tiba tiba Elena menyuruh supirnya berhenti. "Kau turun di sini, aku tak ingin karyawan ku melihat kau turun dari mobil ku" "Kau keterlaluan Elena" Radit menarik lengan Elena, wajah mereka kembali bertemu dekat. Namun Elena memalingkan wajah nya. ia tak peduli. Radit keluar mobil dengan kesal, Elena keterlaluan padahal ini hari kedua pernikahan mereka. Radit langsung berpikir, bagaimana ia akan tahan dengan sikap seenaknya Elena. Radit memilih berjalan kaki, karna perusahaan nya hanya tinggal beberapa ratus meter lagi sampai. 20 menit kemudian Radit telah sampai di meja kerja nya, tubuhnya berpeluh, penampilannya nampak kucel, namun aroma maskulin tubuh nya begitu harum, ntah parfum apa yang ia pakai, malah makin memikat para kaum hawa di sana. "Radit, apa kau berlari untuk ke kantor?" Tiar usil bertanya dengannya sembari tertawa. "Iya nih.. aku habis berlari" "Haa? kau serius? Hei Siska berikan gebetan mu tisu dulu, untuk mengeringkan keringatnya itu" Tiar asal berbicara kepada Siska, wajah Siska langsung memerah malu. namun ia tetap mendatangi Radit memberikan tisu. Radit menerima nya, ia pikir Siska gadis yang baik, andai istrinya baik seperti Siska, mungkin pernikahan ini akan ia terima dengan sepenuh hati. "Nanti.. siang nanti aku ingin pergi ke foodcourt tak jauh dari sini, apa... kau mau menemaniku?" Siska memberanikan diri untuk mengajak Radit jalan. "Boleh.. tapi aku tak membawa kendaraan, apa kau tetap mau ku temani?" "Tak masalah, kita bisa naik kendaraan umum" "Oke.." Radit menyetujui ajakan Siska, Siska tersenyum malu, pipi nya merona. ia begitu bahagia rasanya karna ternyata gayung bersambut oleh Radit. Jam makan siang pun tiba, Radit dan Siska tengah bersiap akan pergi ke foodcourt yang di maksud Siska. Elena melihat nya dari kejauhan, Tapi ia tak menghalangi mereka, ia tau betul Siska sangat menyukai Radit, wajar karna Radit yang begitu tampan, tiba tiba terlintas dalam pikiran nya, pria yang begitu banyak menarik perhatian pegawai nya adalah suami sah nya. Blush... pipi nya menghangat merona, di tepis nya pikiran itu cepat, ia akan segera melepaskan lelaki itu. jadi lebih baik jika tak ada perasaan lebih di antara mereka. ****** Jam pulang pun telah sampai, Radit membenahi meja kerja nya bersiap untuk pulang. Radit tiba tiba terpaku, 'Pulang?' gumam nya, ia pun bingung bagaimana ia akan sampai ke rumah pak Hendra. Elena melihat Radit yang tampak tengah melamun. Elena menghubunginya dengan ponselnya. "Kita pulang ke apartemen ku, tak jauh dari sini, akan aku kirimkan alamat nya.. semua barang dan baju mu telah di hantar ke apartemen ku.." Tanpa mendengar jawaban Radit, Elena langsung segera mematikan ponsel nya. Tak lama Radit menerima pesan alamat di mana apartemen Elena. Radit langsung berjalan menaiki kendaraan umum menuju apartemen yang dimaksud Elena. Setiba nya di apartemen tersebut, Radit sedikit takjub, apartemen Elena berada di kalangan elit. Sebelum nya Radit di minta untuk mengambil kartu kunci apartemennya di resepsionis yang ada di lobby bawah. Radit masuk ke apartemen Elena, begitu elegan pemilihan warna cat dan dekorasi apartemen ini. Radit melihat lihat semua ruangan apartemen itu, semua alat canggih untuk keperluan rumah tangga ada di sini. Elena pun tiba di apartemen nya itu, menekan bel apartemen nya. Radit yang masih mengenakan handuk di pinggang nya langsung membukakan pintu untuk Elena. "Radit! apa yang kau lakukan!" Elena terkejut melihat pemandangan indah di depan matanya. "Aku baru saja siap mandi setelah siap memasak, perut ku lapar.. jadi aku masak saja bahan yang ada di kulkas mu" "Tapi pakai dulu baju mu, jika orang lain yang melihat nya apa kau tak malu?" Elena berjalan masuk, ia langsung duduk di sofa nya, hidungnya menangkap bau masakan yang sangat lezat. "Oh.. apa kau cemburu jika orang lain melihat tubuh ku?" "Aku tak peduli" "Oke jika kau tak peduli.. oh ya aku telah memasak, makan lah, lebih sehat masakan rumah di banding kau membeli nya di luar" Radit masuk ke dalam kamar nya, sementara Elena langsung menuju meja makan nya, ternyata Radit sangat pintar memasak. Elena mengambil piringnya lalu mengisi nasi beserta lauk nya, ia bawa masuk kekamarnya, ia tak ingin Radit melihat ia makan masakan nya. Sebelumnya, Elena dan Radit sepakat untuk pisah kamar. akan sangat nyaman jika mereka tidak satu kamar. _________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN