Beberapa hari kemudian, pada suatu sore hari Elena telah sampai di sebuah cafe, Eggy mengajak nya untuk bertemu, Elena di antar oleh Radit namun hanya Elena yang turun untuk menemui Eggy, setelah beberapa hari Eggy meminta untuk menemuinya.
Eggy menyambut Elena dengan mengenakan baju kaos merek ternama dengan setelan jeans yang juga kelihatan begitu mahal.
"Hai Elena.. Setelah sekian lama kau menghindari ku, akhirnya kita berjumpa juga" tampak wajah Eggy begitu sumringah
Elena hanya tersenyum lalu kemudian duduk di sofa yang berhadapan dengan Eggy.
"Ada apa kau begitu ingin menemui ku?" tanya Elena sedikit ketus.
"Hei.. santai Elena..Aku cuma rindu, Aku juga ingin menagih janji mu untuk meninggalkan suami mu itu" Tatap Eggy tajam.
"Ku pikir.. aku takkan pernah meninggalkannya" ujar Elena melemparkan tatapan nya keluar
"Elena.. kau pikir ancaman ku cuma main main saja?, Berhentilah mempermainkan ku" Eggy tersenyum kecut
"Apa yang kau harapkan dari ku Eggy? kau seorang yang tampan dan mapan, kau mampu mencari perempuan yang lebih baik dan single di luar sana" Elena kembali menatap Eggy.
"Hah.. Elena.. Elena.. Kau pikir jatuh cinta semudah itu untuk berpaling ke orang lain?" Eggy memijit pelipisnya.
Elena terdiam, secinta itukah Eggy kepada dirinya hingga Eggy tak ingin berpaling ke perempuan lain.
"Elena.. jika aku ingin, aku bahkan bisa mencari 10 bahkan lebih perempuan yang lebih baik dari mu, kenapa kau tak mengerti juga?" Nada suara Eggy perlahan melembut.
"Tapi kau juga harus mengerti.. aku sudah menikah.. aku tak sendiri lagi sekarang" Elena mencoba menjelaskan.
"Ya.. kau memang telah menikah.. tapi bukankah kau tak mencintai nya? pernikahan kalian tak lebih dari sebuah kesepakatan, bukan?" Eggy meraih tangan Elena lalu menggenggamnya erat.
Elena termangu, ada benarnya juga perkataan Eggy, bukankah awal nya ia ingin melepaskan Radit?
"Elena.. jika aku mau, aku benar benar akan menghancurkan perusahaan ayah mu, aku akan membuat mu betul betul terpuruk.. tapi.. aku tak melakukannya, karna rasa cinta ku jauh lebih besar dari kebencian ku"
Elena menarik nafas nya dalam dalam, sepertinya cinta Eggy benar benar terlalu dalam padanya. Hati Elena mulai goyah dengan ucapan Eggy.
"Hmmmp Eggy sorry, aku ada janji untuk rapat dengan klien sore ini" Elena lalu berdiri pamit.
"Elena.." Eggy menarik lengan Elena lalu mendekapnya erat.
Elena tertegun tiba tiba di peluk oleh Eggy, tanpa sadar Radit melihatnya dari dalam mobil Elena, hatinya panas, rasa cemburunya hampir membumi hanguskan tubuhnya.
Tangan Radit mengepal, rasanya ingin ia meninju wajah Eggy, namun ia menahan sekuat hati nya.
Elena kemudian tersadar, ia segera melepas dekapan Eggy, ia begitu terbawa suasana, terlebih aroma parfum Eggy yang tak pernah berubah, Segitu setia nya kah Eggy?.
Elena berjalan ke arah mobil, langkah nya ragu, pikirannya mulai melayang, mengingat dirinya dulu yang masih bersama Eggy.
Bisa di bilang Eggy dulu selalu ada untuk Elena, hingga Elena menjadi ketergantungan dengan Eggy.
Radit melihat Elena yang tengah termangu di jalan, berjalan ingin menyebrangi jalan menuju parkiran.
Tiba tiba sebuah mobil berwarna hitam melaju lalu tanpa sengaja menabrak Elena, Tubuh Elena kemudian terpental lalu jatuh ke trotoar.
Brukkk.. Elena terhuyung jatuh. Kepala nya terluka terkena pembatas jalan, kaki dan tangannya juga tampak terluka.
"Elena!!!" Radit dan Eggy berteriak melihat Elena, keduanya pun berlari ke arah Elena.
******
Elena membuka matanya perlahan, ia baru saja siuman dari pingsannya, di lihatnya Radit dan Eggy duduk di sebelah sisi ranjangnya.
Tampak raut wajah mereka berdua sangat khawatir.
"Elena.." Radit langsung menggenggam tangan Elena ketika melihat Elena tampak membuka mata nya.
"Singkirkan tangan mu" ujar Eggy kepada Radit.
"Elena istri ku! kau tak berhak melarang ku" Radit membalas tatapan Eggy
"Ya..dia memang istri mu, tapi hanya istri di atas kertas" Eggy tersenyum mengejek.
"Siapa yang bilang? lebih baik kau pergi dari sini, kau hanya partner kerja Elena, tidak lebih!" Radit mengusir Eggy
"Oh yaa.. kau salah besar! aku bukan hanya partner kerja Elena, tapi juga cinta Elena" Eggy kembali tersenyum menang
"Apa! Berani nya kau..." Ujar Radit terputus, tangan Elena menggenggam tangan Radit erat.
"Tolong.. hentikan.." pinta Elena lirih
Radit pun terdiam, begitu pun dengan Eggy yang langsung berdiri dari tempat duduk nya.
"Baiklah.. aku pergi dulu, Elena.. nanti aku akan kembali, aku mengalah bukan karna takut dengan suami mu ini.. tapi karna aku ingin kau tak terganggu.." ucap Eggy sembari mengelus lembut rambut Elena.
"Terimakasih.. karna udah ngerti" jawab Elena pelan, dirinya masih belum terlalu kuat untuk berbicara.
Eggy pun tersenyum, lalu keluar dari kamar rawat Elena.
"Kau juga lebih baik pulang Dit.. kau pasti sangat lelah.." Elena menatap Radit.
"Tolong.. jangan usir aku, ayah mu meminta ku untuk selalu berada di sisimu, ia lagi di perjalanan dari australia ke indonesia.. aku tak ingin meninggalkan mu Elena.." Radit memohon
"Baiklah.. Tetap lah di sini, aku ingin tidur kembali, rasa nya mata ku sangat berat" Ujar Elena menutup matanya.
"Istirahatlah.. Aku akan berada di sisi mu selalu" ucap Radit lalu mencium kening Elena.
Radit menatap istrinya lekat, ia begitu sedih melihat luka di kepala Elena yang harus di jahit, tangan nya juga terluka, kaki nya hanya mengalami keseleo, yang pasti akan membuat Elena sedikit kesusahan berjalan untuk sementara waktu.
Pikiran Radit melayang, mengingat kejadian sore tadi, hal yang begitu mengerikan terjadi pada istrinya.
Beruntung dirinya begitu cekatan menolong Elena. meskipun ada sedikit cekcok mulut diri nya dengan Eggy yang juga tak mau kalah menolong Elena.
Supir yang membawa mobil nahas tersebut juga bertanggungjawab, dirinya mengaku lalai karna mengemudi mobil sembari bermain ponsel, hingga ia tak sadar jika ada seseorang di depannya.
Belum lagi ketika mereka sampai di Rumah Sakit, Radit dan Eggy kembali saling menyalahkan, Radit menyalahkan Eggy karna jika bukan karna ia, tentunya Elena takkan datang ke cafe itu, kecelakaan itu pasti takkan terjadi.
Eggy pun tak mau kalah menyalahkan Radit yang memarkirkan mobil terlalu jauh.
Perseteruan mereka pun terhenti karna perawat meminta mereka untuk diam, karna itu mereka tampak terlihat akur ketika Elena sadar dari pingsannya tadi.
__________