Telepon tadi, membawa Rado kembali ke rumah. Dia menatap lelaki yang duduk di depannya, tengah menyantap bubur ayam tanpa berbicara. Sedangkan Rado, menatap semangkuk bubur ayam yang belum tersentuh. Pagi ini bisa dibilang dia mendapat rezeki. Makanan dari Meyka saja belum sempat dibuka, lalu mendapat makanan lagi dari papanya. "Nggak makan?" tanya Papa Rado melihat makanan anaknya belum tersentuh. Dia mengambil segelas air dan menegaknya hingga tandas. "Papa sebenernya mau ngomong apa?" "Makan dulu." "Nggak terbiasa sarapan," jawab Rado sambil mendorong semangkuk bubur itu menjauh. Papa Rado menatap anaknya saksama. "Kemarin Papa ketemu orangtua Ciana." Tubuh Rado seketika menegang. "Di mana?" "Kamu nggak perlu tahu." "Mereka ngomong apa?" tanya Rado penasaran. Papa Rado geleng-g